Sabtu, 19 Juli 2014

EMOSI TIDAK STABIL, TANDA MASIH ABABIL

GEMOLONG - Emosi memang manjadi hal yang lumrah terjadi pada diri setiap orang. Emosi identik dengan kemarahan. Orang yang mudah emosi akan mudah marah. Apalagi masa remaja, emosi lagi tidak stabil. Kayak aku ini, meski sudah berusia 22 tahun, emosi masih kayak anak-anak. Tapi yang menjadi sisi positif dari ini adalah terkadang aku berpikir kenapa masih saja emosi. Kapan aku tumbuh dewasa jika masih emosi. Yang menjadi sasaran utama kalau aku emosi adalah Mamah. Masya Allah. Apa salah mamah sampai aku marah-marah, kenapa enggak papah. Padahal yang berjuang mati-matian, sebagai ibu, pembantu, kepala keluarga adalah mamah. kasihan....kasihan.. kasihan....


Dalam waktu yang tak lama, berpikirlah diriku. Mengingat jasa baik mamah. Bagaimana begitu kuatnya mamah. Sabar banget..... subhanallah. Jangan sampai jadi anak durhaka. Tak ada niat jahat mamah. Terkadang aku membayangkan jika aku marah kemudian mamah membalas kemarahanku, mendiamkan aku., Pada saat ini aku tak bisa berbuat apa-aapa. Dan aku takut ini. Mumpung orang tua masih ada, berarti masih ada tempat untuk berbakti. Itulah ladang pahala.

Dalam Al-Qur'an disebutkan jangan membentak orang tua. Kita harus menghormati dan berlaku lemah lembut. Kenapa dengan orang lain yang hanya berjasa sedikit saja kamu selalu berbuat baik. Sedangkan sama mamah yang jasa baiknya tak akan pernah bisa kau balas, perlakuanmu seperti itu. Aku sendiri terkadang juga tak tahu yah. Mungkin tak ada tempat untuk marah-marah kecuali sama mamah. Sikap emosi orang yang tipe aku sangatlah spesial. Meski pun secara lahir marah-marah, dalam hati selalu ada malaikat baik yang membisikkan jangan marah.

Memang benar-benar belum dewasa. Pantesan banyak orang yang takut sama kamu. Keluarga kamu n kerabat juga. Astaghfirllah. Setiap hari harus dicoba mengendalikan emosi, bersikap sabar, dewasa, dan lemah lembut. Bukankah umur tak ada yang tahu? Memang tak ada, maka dari itu, berikan manfaat seluruh jiwa ini menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain. Jika kamu berbuat baik dengan orang lain niscaya hatimu ikut bahagia. Karena itu perintah Allah dan rahmat Allah. Allah tak ada membiarkan hambanya yang berbuat baik semakin tersiksa.

Begitu banyak orang yang menaggung dan menjadi korban akan emosi ini. Ternyata telah terjadi sejak dulu. dan sekarang baru sadar, meskipun belum terlambat. Tapi orang lain memberiku stigma negatif. Berarti perlu adanya pensterilan nama nih. Perlakuan berbuat baik harus diterapkan seefektif mungkin, meski tahan emosi itu sungguh menyiksa. Padahal aku kira orang yang paling baik n sabar itu aku. Salah besar. Inilah yang baik, ciri orang istimewa, yang menyadari kesalahannya daripada sibuk mengurus dosa orang lain.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar