Selasa, 20 Mei 2014

PENGEMBANGAN MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS III SD MANGUNSARI SEMARANG



 






PENGEMBANGAN MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS III SD MANGUNSARI SEMARANG

PROPOSAL
PENELITIAN PENGEMBANGAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Penelitian Pendidikan SD 1
Dosen pengampu   :  Florentina Widihastrini

Disusun Oleh :
1.      ANNISA ROCHMAWATI                /              1401410081
2.      PUPUT ALFRIANTI                         /              1401410096
3.      HERWINTA INGGIL REJEKI        /              1401410198
4.      SLAMET HARI PAMBUDI              /              1401410199  
5.      HERLINA ENDAH KURNIASIH    /              1401410223
6.      PRATIWI CAHYA RIZKIANA       /              1401410235
7.      BUDI WINOTO                                   /              1401410396
 
 
ROMBEL 08
 
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR, S1
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
 
 
A.    JUDUL PENELITIAN
PENGEMBANGAN MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS III SD MANGUNSARI SEMARANG

B.     RUANG LINGKUP PENELITIAN
Media Pembelajaran Komik dan Hasil Belajar
           
C.    PENDAHULUAN
a.      LATAR BELAKANG MASALAH
Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 33 ayat 1 yang berbunyi “ Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara menjadi bahasa pengantar dalam pendidikan nasional” telah dijelaskan bahwa bahasa Indonesia mempunyai peran penting. Karena peran penting itulah, semua kalangan yang berkaitan dengan pendidikan perlu memahami dan menggunakannya dalam pembelajaran. Baik dari siswa SD, SMP, SMA, maupun perguruan tinggi perlu Bahasa Indonesia. Sebagai seorang pendidik pun kita dituntut untuk menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Apalagi untuk pengantar pendidikan nasional, keterampilan dalam berbahasa perlu diasah lebih dalam. Mulai dari keterampilan membaca, menyimak, mendengarkan, dan menulis.
Menurut Djurie ( 2005 : 120 ), menulis merupakan suatu keterampilan yang dapat dibina dan dilatihkan. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan Ebo ( 2005 : 1 ), bahwa setiap orang bisa menulis. Artinya, kegiatan menulis ini dapat dilakukan oleh setiap orang dengan cara dibina dan dilatihkan.
Menurut Pranoto ( 2004 : 9 ) berpendapat, bahwa menulis berarti menuangkan buah pikiran ke dalam bentuk tulisan atau menceritakan sesuatu kepada orang lain melalui tulisan. Menulis juga dapat diartikan sebagai ungkapan atau ekspresi perasaan yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Dengan kata lain, melalui proses menulis kita dapat berkomunikasi secara tidak langsung.
Berdasarkan pendapat dari para ahli tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa menulis merupakan bentuk komunikasi secara tidak langsung dan dapat dilakukan oleh semua orang untuk menyatakan suatu ungkapan atau ekspresi dan untuk lebih terampil perlu dibina dan dilatih. Menulis merupakan kegiatan yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan. Baik dewasa, remaja, bahkan anak-anak pun perlu keahlian atau keterampilan menulis ini. 
Namun, dalam mengembangkan keterampilan dalam berbahasa itu tidak mudah. Terutama membangun keterampilan menulis dan menanamkan budaya suka menulis itu sulit. Terutama pada anak-anak yang belum memahami pentingnya menulis. Sangat sulit mengajarkan menulis pada anak-anak. Mereka kurang tertarik dengan pembelajaran menulis yang dianggap membosankan. Pembelajaran yang berlangsung masih monoton dan belum menggali ide yang ada dalam diri siswa.
Di SD Mangunsari sendiri khususnya kelas III masih perlu diberikan pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas siswa. Hal ini dikarenakan nilai yang didapatkan siswa belum memenuhi KKM. Siswa belum bisa mengembangkan keterampilan menulis mereka dengan baik. Pembelajaran bahasa khususnya menulis disampaikan terbatas dengan model klasikal.
Dari latar belakang di atas maka peneliti mencoba untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan pengembangan media komik agar dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam menulis karangan dan memberikan ide kreatif dalam belajar sehingga penelliti memilih judul penelitian “Pengembangan Media Komik Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas III SD Mangunsari Semarang “.

b.      IDENTIFIKASI MASALAH
a.       70 % siswa kelas III SD Mangunsari Semarang mengalami kesulitan menulis karangan dalam pembelajaran bahasa Indonesia
b.      30 % siswa kelas III SD Mangunsari mengalami kesulitan menulis aksara Jawa dalam pembelajaran bahasa Jawa
c.       10 % siswa kelas III SD Mangunsari mengalami kesulitan berhitung dalam pembelajaran matematika



c.       PEMBATASAN MASALAH
Berdasarkan observasi dan wawancara terhadap guru kelas III SD Mangunsari Semarang, sebagian besar siswa mengalami kesulitan menulis karangan dalam pembelajaran bahasa Indonesia sehingga nilai siswa dalam materi tersebut masih di bawah KKM. Peneliti ingin mengembangkan media komik untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas III SD Mangunsari Semarang.

d.      PERUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah desain  media komik yang sesuai untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas III SD Mangunsari Semarang ?

e.       TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian pengembangan ini adalah untuk mengembangkan desain media komik yang sesuai untuk  meningkatkan keterampilan menulis karangan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas III SD Mangunsari Semarang.

f.       MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan masalah penelitian dan tujuan penelitian yang dikemukakan di atas, hasil penelitian pengembangan  ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai  berikut.
Manfaat teoritis :
Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan yang sangat berharga pada perkembangan ilmu pendidikan, terutama untuk meningkatkan ketrampilan menulis karangan dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Manfaat praktis :
1.      Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk menambah media pembelajaran yang dimiliki oleh sekolah sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan praktik-praktik pembelajaran guru agar menjadi lebih efektif dan efisien sehingga kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa meningkat.
2.      Bagi Siswa
Bagi siswa hasil penelitian pengembangan ini dapat digunakan untuk membantu meningkatkan kemampuan menulis karangan.
3.      Bagi Guru
Bagi guru hasil penelitian pengembangan ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran menulis karangan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas III SD Mangunsari Semarang.
4.      Bagi Peneliti
Bagi peneliti hasil penelitian pengembangan ini dapat digunakan untuk menambah wawasan serta pengetahuan peneliti mengenai penggunaan media komik dalam pembelajaran.

D.    KAJIAN PUSTAKA
a.      KAJIAN TEORI
                                          1.      Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
a.      Hakikat pengajaran menulis pada pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Pembelajaran pada pelajaran bahasa Indonesia salah satunya adalah pembelajaran menulis. Menurut standar kompetensi menulis di sekolah dasar adalah menulis secara efektif dan efisien berbagai jenis karangan dalam berbagai konteks (Depdiknas, 2003).
Pengajaran menulis, baik di sekolah dasar maupun di jenjang yang lebih tinggi pada hakikatnya merupakan pengajaran yang aktif produkti, yaitu menghasilkan (menghasilkan pesan), yang hasilnya nanti berupa tulisan (Zuchdi, 1996:62). Pengajaran menulis ini dapat meningkatkan pengembangan kecerdasan siswa untuk berbagai aspek, mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas, serta menumbuhkan keberanian dan mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi (Graaves, 1978 dalam Akhadiah, dkk., 1989). Hal itu dapat dijelaskan sebagai berikut.
a.       Menulis dapat mengembangkan kecerdasan untuk mengharmoniskan berbagai aspek. Seseorang permu memiliki kekayaan dan keluwesan pengungkapan, kemampuan mengendalikan emosi, serta menata dan menyumbangkan daya nalarnya dalam berbagai level berpikir dari tingkat mengingat sampai evaluasi.
b.      Menulis dapat mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas, artinya dalam menulis, seseorang mesti menyiapkan dan mensuplai sendiri segala sesuatu, agar hasilnya enak dibaca, apa yang dituliskan harus ditata dengan runtut dan juga menarik.
c.       Menulis menumbuhkan keberanian, maksudnya ketika seseorang menulis harus berani menampilkan kediriannya, termasuk pemikiran, perasaan dan gayanya, serta menawarkannya kepada public.
d.      Menulis mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi. Seorang penulis mempunyai ide, gagasan, pendapat, atau sesuatu hal yang perlu disampaikan dan diketahui orang lain.

b.      Fungsi pembelajaran menulis pada pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Fungsi dasar pengajaran menulis dalam pengajaran bahasa Indonesia adalah sebagai : (1) dasar penguasaan materi lewat mengingat wacana dalam bentuk verbal atau tulisan, (2) sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan dengan pemahaman berbagai jenis pengetahuan (misalnya dengan banyak menulis pokok-pokok pikiran dalam buku dan memahami isinya akan dapat meningkatkan pengetahuan siswa), (3) sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (4) sarana penyebarluasan pemakaian bahasa Indonesia yang baik ( biasanya dengan menulis dalam bentuk bahasa resmi dan baku ) untuk digunakan dalam berbagai keperluan, serta (5) sarana yang menghbungkan siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan disiplin ilmu yang lainnya.
Selain fungsi dasar pengajaran keterampilan menulis di atas, menulis juga berfungsi untuk mengembangkan kecerdasan, daya imajinatif, inisiatif, dan kreativitas, serta menumbuhkan keberanian (Graaves, 1978 dalam Akhadiah, 1989). Sedangkan pengajaran menulis di sekolah dasar, sesuai dengan kurikulum berbasis kompetensi, berfungsi sebagai dasar membentuk dan meningkatkan kemampuan siswa dalam mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaannya melalui menulis karangan dari pikiran sendiri, serta menulis karangan berdasarkan rangkaian gambar seri (Depdiknas, 2003).

c.       Tujuan pengajaran menulis pada pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Secara umum tujuan pengajaranm menulis sesuai dengan kurikulum 2004 pada pelajaran bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
1.      Mampu mengungkapkan ide, gagasan, atau pemikiran dalam bentuk tulisan.
2.      Siswa dapat memahami materi dari berbagai segi, bentuk, makna, dan fungsi serta menggunakanny dengan tepat dan kreativ untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan, baik secara tersurat maupun tersirat dengan bentuk tulisan.
3.      Siswa memiliki kemampuan dalam menggunakan materi yang diajarkan untuk meningkatkan kemampuan intelektualnya, kematangan emosional, dan kematangan sosial. Misalnya siswa mampu menulis kembali dengan bahasanya sendiri beragam teks dan mampu menjelaskan isinya, serta mampu merespons isi bacaan dengan kata-katanya sendiri.
4.      Siswa dapat mengingat materi dan memudahkan dalam mempelajarinya untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan wawasannya.  (Depdiknas, 2003) 
Menurut kurikulum 2004 atau KBK, pembelajaran menulis di sekolah dasar bertujuan agar siswa mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaannya melalui menulis karangan dari pikiran sendiri, menyusun ringkasan bacaan, menulis karangan berdasarkan gambar seri, dan menulis petunjuk (Depdiknas, 2003).

d.      Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran menulis karangan 
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan menulis adalah sebagai berikut.
1.      Penentuan pikiran utama
Salah satu ciri utama tulisan yang baik adalah adanya kesatuan gagasan antarparagrafnya. Sebuah tulisan (karangan) akan menjadi jelas jika mempunyai kesatuan, yaitu semua detail yang berupa contoh, alasan ataupun fakta yang digunakan harus tidak menyimpang dari pikiran utama.
Seperti dikemukakan oleh Mukhsin Ahmadi, pikiran utama adalah pengandali suatu karangan sehingga dengan pikiran utama dimaksudkan isi karangan tidak akan menyimpang. Karangan tersebut ditulis dalam bentuk paragraf dan tiap paragraf mempunyai pikiran utama. Pikiran utama yang paling baik diletakkan pada kalimat pertama pada paragraf (Ahmadi, 1991:13).
2.      Pembentukan paragraf
Agar sebuah karangan mudah ditangkap pembaca dan jelas, maka perlulah disusun suatu paragraf. Paragraf merupakan suatu pikiran atau perasaan yang tersusun teratur berupa kalimat-kalimat dan berfungsi sebagai bagian dari suatu satuan yang lebih besar, (Mukhsin Ahmadi, 1991: 1). Paragraf bisa tersusun dari beberapa buah kalimat yang saling berhubungan sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh untuk manyampaikan suatu maksud.
Untuk membuat suatu paragraf yang baik, kalimat-kalimat yang disusun hendaknya bertalian arti sehingga arti atau maksud tersebut menjadi jelas. Dalam hal ini anak didik dilatih menyusun paragraf secara teratur dalam berbahasa tulis. Kalimat yang bertalian arti, yaitu dalam satu paragraf kalimat-kalimatnya bahu-membahu, bekerjasama untuk menerangkan sesuatu erat atau pokok pembicaraan.


3.      Penulisan kalimat
Kalimat yang jelas dan terang dalam bahasa percakapan (tutur), tidak selamanya jelas dan terang juga apabila dituliskan, sebab intonasi dalam bahasa tutur sulit untuk diterjemahkan dalam bahasa tulis.
Setiap kalimat pada suatu karangan pada dasarnya kalimat itu disusun oleh unsur-unsur yang membentuknya. unsur-unsur itulah yang membangun dan membentuk suatu kalimat. Unsur-unsur kalimat itu tidak lain adalah kata-kata. Kata-kata itulah yang membentuk kalimat. Bagian-bagian kalimat sering disebut konstituen. Bagian-bagian kalimat tersebut antara lain sebagai berikut.
1.      Subjek
2.      Predikat
3.      Objek
4.      Keterangan
5.      Penggunaan tanda baca
Macam-macam tanda baca antara lain : titik, koma, titik dua, tanda seeru dan tanda tanya.

                                                            2.      Media
a.      Pengertian dan fungsi media
Kata media berasal dari bentuk jamak kata medium yang secara harfiah artinya perantara atau pengantar. Gagne (2006: 14) mengemukakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Istilah media dalam bidang pembelajaran disebut juga media pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, alat bantu atau media tidak hanya dapat memperlancar proses komunikasi akan tetapi dapatmerangsang siswa untuk merespon dengan baik segala pesan yang disampaikan.
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan terkendali.
Pemilihan media pembelajaran yang tepat diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses belajar siswa, hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2002: 2) tentang pemanfaatan media pengajaran dalam proses belajar siswa, sebagai berikut:
§  Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
§  Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik.
§  Metode pengajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal  melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru harus mengajar untuk setiap jam pelajaran.
§  Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang efektif dan efisien.
Pada proses belajar mengajar guru harus mempunyai keahlian dalam menggunakan berbagai macam media pembelajaran, terutama media yang digunakan dalam proses mengajarnya, sehingga materi ataupun pesan yang disampaikan akan tersalurkan dengan baik pula


b.      Kriteria pemilihan media
Beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam memilih media pembelajaran, yakni :
1.      Tujuan
Media yang dipilih hendaknya menunjang tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Tujuan yang dirumuskan ini adalah kriteria yang paling cocok, sedangkan tujuan pembelajaran yang lain merupakan kelengkapan dari kriteria utama.
2.      Ketepatgunaan
Jika materi yang akan dipelajari adalah bagian-bagian yang penting dari benda, maka gambar seperti bagan dan slide dapat digunakan. Apabila yang dipelajarai adalah aspek-aspek yang menyakut gerak, maka media film atau video akan lebih tepat. Wilkinson menyatakan bahwa penggunaan bahan-bahan yang bervariasi menghasilkan dan meningkatkan pencapain akademik.
3.      Keadaan siswa
Media akan efektif digunakan apabila tidak tergantung dari beda interindividual antara siswa. Msialnya kalau siswa tergolong tipe auditif/visual maka siswa yang tergolong auditif dapat belajar dengan media visual dari siswa yang tergolong visual dapat juga belajar dengan menggunakan media auditif.
4.      Ketersediaan
Walaupun suatu media dinilai sangat tepat untuk mencapai tuuan pembelajaran, media tersebut tidak dapat digunakan jika tidak tersedia. Menurut wilkinson, media merupakan alat mengajar dan belajar, peralatan tersebut harus tersedia ketika dibutuhkan untuk memenuhi keperluan siswa dan guru.
5.      Biaya
Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan menggunakan media, hendaknya benar-benar seimbang dengan hasil-hasil yang akan dicapai.
Dalam kaitannya dengan pemilihan media pembelajaran yang sesuai dan tepat guna, kriteria yang paling utama adalah media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Sebagai contoh, bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Bila tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan ativitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer).

c.       Media dalam pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Secara umum jenis media dalam pembelajaran bahasa Indonesia dibedakan menjadi 2 (dua), yakni: (1) media alami (natural) dan (2) media buatan (artifisial). Media alami (natural) dibatasi bahwa media tersebut sudah ada demikian adanya (tanpa harus dibuat atau diciptakan) dan tinggal digunakan dalam pembelajaran. Misalnya: lingkungan, peristiwa, dan fenomena alam. Sedangkan media buatan (artifisial) dibatasi bahwa media tersebut belum ada namun dibuat atau diciptakan sebelum media tersebut digunakan dalam pembelajaran. Misalnya: gambar, film, video, buku, kamus atau ensiklopedi. Kedua media tersebut dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar.

d.      Pengajaran menulis karangan dengan media komik
Komik adalah bentuk seni dengan menggunakan gambar yang tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita.Luasnya popularitas komik telah banyak mendorong guru bereksperimen dengan menjadikannya media pembelajaran.Penggunaan media komik bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi sesuai dengan kronologis media komik yang disajikan oleh guru berdasarkan penilaian karangan seperti keutuhan ,kepaduan ,penggunaan ejaan dan tanda baca.

e.       Peran komik dalam meningkatkan pembelajaran mengarang
Nilai Edukatif media komik dalam proses belajar mengajar tidak diragukan lagi.Menurut Sudjana dan Rivai menyatakan media komik dalam proses belajar mengajar menciptakan minat para peserta didik, mengefektifkan proses belajar mengajar dapat meningkatkan minat belajar dan menimbulkan minat apresiasi. Selain itu peran media komik bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan siswa. Selain itu menurut Trimo peranan media komik dalam pembelajaran mengarang yaitu komik menambah pembendaharaan kata – kata penulis, mengembangkan minat baca dan menulis, serta mempermudah peserta didik untuk menangkap hal – hal atau rumusan abstrak.

b.      KAJIAN EMPIRIS
Adapun penelitian mengenai komik sebagai media pembelajaran sudah pernah dilakukan sebelumnya yaitu, penelitian mengenai komik untuk meningkatkan kemampuan mengarang siswa kelas III SD N Sumberejo II kabupaten Sukamaju yang dilakukan oleh Ibu Yuyun selaku guru bahasa Indonesia kelas III SD N Sumberejo II kabupaten Sukamaju.


E.     METODE PENELITIAN
a.      RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian dan pengembangan yang disingkat R & D adalah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan serta menemukan pengetahuan-pengetahuan baru melalui “base research” (Borg dan Gall, 2003: 569-570) dan bertujuan memberikan perubahan-perubahan pendidikan guna meningkatkan dampak-dampak positif yang potensial dari temuan-temuan penelitian dalam memecahkan permasalahan pendidikan dan digunakan untuk meningkatkan kinerja praktik-praktik pendidikan, antara lain melaui pembelajaran dalam bentuk penelitian. Dalam bidang pendidikan, metode R & D ini dapat digunakan untuk mengembangkan buku, modul, media pembelajaran, instrumen evaluasi, model-model kurikulum.
Berikut ini adalah prosedur  penelitian pengembangan menurut Borg Gall yang akan peneliti gunakan dalam penelitian pengembangan ini.



Selanjutnya, untuk dapat memahami tiap langkah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut
1.      Melakukan analisis produk yang akan dikembangkan
Langkah pertama ini meliputi analisis kebutuhan, studi pustaka, studi literatur, penelitian skala kecil dan standar laporan yang dibutuhkan.
a)         Analisis kebutuhan: Untuk melakukan analisis kebutuhan ada beberapa kriteria, yaitu :
1)      Apakah produk komik yang akan dikembangkan merupakan hal yang penting bagi pendidikan?
2)      Apakah produk komik mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan siswa ?
b)         Studi literatur: Studi literatur dilakukan untuk pengenalan sementara terhadap produk komik yang akan dikembangkan. Studi literatur ini dikerjakan untuk mengumpulkan temuan riset dan informasi lain yang bersangkutan dengan pengembangan produk yang direncanakan.
c)         Riset skala kecil: Pengembang sering mempunyai pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan mengacu pada reseach belajar atau teks professional. Oleh karenanya pengembang perlu melakukan riset skala kecil untuk mengetahui beberapa hal tentang produk yang akan dikembangkan.
d)        Standar laporan yang dibutuhkan: perencaaan penelitian R & D meliputi: 1) merumuskan tujuan penelitian; 2) memperkirakan dana, tenaga dan waktu; 3) merumuskan kualifikasi peneliti dan bentuk-bentuk partisipasinya dalam penelitian.
2.      Mengembangkan produk awal
Langkah ini meliputi:
1)      Menentukan desain produk yang akan dikembangkan (desain hipotetik);
2)      Menentukan sarana dan prasarana penelitian yang dibutuhkan selama proses penelitian dan pengembangan;
3)      Menentukan tahap-tahap pelaksanaan uji desain di lapangan;
4)      Menentukan deskripsi tugas pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian.
3.      Validasi ahli dan revisi
Langkah ini merupakan uji produk secara terbatas, meliputi:
1)      melakukan uji lapangan awal terhadap desain produk;
2)      bersifat terbatas, baik substansi desain maupun pihak-pihak yang terlibat;
3)      uji lapangan awal dilakukan secara berulang-ulang sehingga diperoleh desain layak, baik substansi maupun metodologi.
Setelah itu ada Revisi Hasil Uji Lapangan Terbatas (Main Product Revision) yang merupakan perbaikan model atau desain berdasarakan uji lapangan terbatas. Penyempurnaan produk awal akan dilakukan setelah dilakukan uji coba lapangan secara terbatas. Pada tahap penyempurnaan produk awal ini, lebih banyak dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Evaluasi yang dilakukan lebih pada evaluasi terhadap proses, sehingga perbaikan yang dilakukan bersifat perbaikan internal.
4.      Uji coba lapangan skala kecil dan revisi produk
Langkah merupakan uji produk secara skala kecil. Langkah ini meliputi :
1)      melakukan uji efektivitas desain produk;
2)      uji efektivitas desain, pada umumnya, menggunakan teknik eksperimen model penggulangan;
3)      Hasil uji lapangan adalah diperoleh desain yang efektif, baik dari sisi substansi maupun metodologi.
Setelah itu dilakukan Revisi Hasi Uji Lapangan Lebih Luas (Operational Product Revision) merupakan perbaikan kedua setelah dilakukan uji lapangan yang lebih luas dari uji lapangan yang pertama. Penyempurnaan produk dari hasil uji lapangan lebih luas ini akan lebih memantapkan produk yang kita kembangkan, karena pada tahap uji coba lapangan sebelumnya dilaksanakan dengan adanya kelompok kontrol. Desain yang digunakan adalah pretest dan posttest. Selain perbaikan yang bersifat internal. Penyempurnaan produk ini didasarkan pada evaluasi hasil sehingga pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif.

5.      Uji coba lapangan skala besar dan produk akhir
Langkah ini dilakukan dengan skala besar, meliputi:
                                                                                 1.         melakukan uji efektivitas dan adaptabilitas desain produk;
                                                                                 2.         uji efektivitas dan adabtabilitas desain melibatkan para calon pemakai produk;
                                                                                 3.         hasil uji lapangan adalah diperoleh model desain yang siap diterapkan, baik dari sisi substansi maupun metodologi.
Setelah itu ada Revisi Final Hasil Uji Kelayakan (Final Product Revision) akan lebih menyempurnakan produk yang sedang dikembangkan. Penyempurnaan produk akhir dipandang perlu untuk lebih akuratnya produk yang dikembangkan. Pada tahap ini sudah didapatkan suatu produk yang tingkat efektivitasnya dapat dipertanggungjawabkan. Hasil penyempurnaan produk akhir memiliki nilai “generalisasi” yang dapat diandalkan. Desiminasi dan Implementasi Produk Akhir (Dissemination and Implementation) merupakan laporan hasil dari R & D melalui forum-forum ilmiah, ataupun melalui media massa. Distribusi produk harus dilakukan setelah melalui quality control. Teknik analisis data, langkah-langkah dalam proses penelitian dan pengembangan dikenal dengan istilah lingkaran research dan development menurut Borg and Gall terdiri atas:
                                                                   a.         meneliti hasil penelitian yang berkaitan dengan produk yang akan dikembangkan,
                                                                  b.         mengembangkan produk berdasarkan hasil penelitian,
                                                                   c.         uji lapangan
                                                                  d.         mengurangi devisiensi yang ditemukan dalam tahap ujicoba lapangan.



b.      RANCANGAN PRODUK PENELITIAN
Berikut ini adalah rancangan produk penelitian yang peneliti pilih untuk menjadi media pembelajaran bahasa Indonesia :
RANCANGAN PRODUK I :

komik.jpg





RANCANGAN PRODUK II :

KOMIK1.jpg



c.       POPULASI DAN SAMPLE
Penelitian pengembangan ini menggunakan penelitian populasi sehingga populasi dari penelitian pengembangan ini adalah siswa kelas III SD Mangunsari Semarang



d.      WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

                                                            1.      Waktu Penelitian         : Rabu, 28 November 2012 – 10 Desember 2012
                                                            2.      Tempat Penelitian       : SD Mangunsari Semarang


e.       TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik Pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut ini.
                                                            1.      Tes
Teknik tes adalah suatu cara untuk memperoleh data dengan melakukan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai atau prestasi tertentu.
Secara umum terdapat beberapa bentuk tes, yaitu; (a) tes intelegensi, (b) tes sikap, (c) tes hasil belajar, (d) tes diagnostik, dan (e) performance assessment atau penilaian kinerja.
Dalam penelitian pengembangan ini yang akan peneliti amati adalah perubahan atau kemajuan belajar siswa sehingga peneliti menggunakan tes hasil belajar.
Tes hasil belajar merupakan  salah satu bentuk yang diarahkan untuk mengetahui hasil atau prestasi belajar siswa dibedakan atas beberapa jenis. Berdasarkan jumlah atau pengikut tes, maka tes hasil belajar dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu tes individual dan tes kelompok (Nurkancana dan Sumartana, 1986: 25). Tes individual adalah suatu tes dimana pada saat tes tersebut diberikan kita hanya menghadapi satu orang anak. Sedangkan tes kelompok, yaitu dimana pada saat tes diberikan, kita menghadapi sekelompok anak.

                                                            2.      Observasi
Observasi merupakan proses pengamatan secara sistematis dengan melakukan perekaman terhadap perilaku tertentu untuk tujuan pembuatan keputusan-keputusan pengajaran. Pelaksanaan observasi sebagai alat pengumpulan data memerlukan persiapan. Salah satu komponen yang perlu diperhatikan di dalam persiapan pelaksanaan observasi adalah cara perekaman data. Agar teknik observasi ini dapat dipergunakan sesuai dengan prosedur yang benar, yaitu: (1) adanya perencanaan bersama, (2) menetapkan fokus pengamatan, membangun kriteria, dan (3) memiliki keterampilan melakukan observasi. (4) melakukan balikan (feedback). Ada beberapa bentuk observasi yang sering digunakan; (a) observasi terbuka, (b) observasi terfokus, (c) observasi terstruktur, (d) observasi sistematik.
                                                            3.      Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu (Moleong, 1991).Wawancara secara sederhana dapat diartikan sebagai percakapan dengan maksud tertentu. Ada beberapa bentuk wawancara yang sering dipergunakan di dalam pengumpulan data penelitian. Patton (1987) mengemukakan beberapa bentuk wawancara, yaitu; (a) wawancara pembicaraan formal, (b) pendekatan dengan menggunakan petunjuk umum wawancara, dan (c) wawancara baku terbuka.
                                                            4.      Angket
Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk menggali data sesuai dengan permasalahan penelitian. Menurut Masri Singarimbum, pada penelitian survai, penggunaan angket merupakan hal yang paling pokok untuk pengumpulan data di lapangan. Hasil kuesioner inilah yang akan diangkakan (kuantifikasi), disusun tabel-tabel dan dianalisa secara statistik untuk menarik kesimpulan penelitian. Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah (a) untuk memperoleh informasi yang relevan dengan masalah dan tujuan penelitian, dan (b) untuk memperoleh informasi dengan reliabel dan validitas yang tinggi. Hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti dalam menyusun kuesioner, pertanyaan-pertanyaan yang disusun harus sesuai dengan hipotesa dan tujuan penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto, sebelum kuesioner disusun memperhatikan prosedur sebagai berikut:
a.       Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner.
b.      Mengidentifikasikan variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner.
c.       Menjabarkan setiap variabel menjadi sub-sub variabel yang lebih spesifik dan tunggal.
d.      Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus unit analisisnya.

f.       ANALISIS DATA
Analisis data dilakukan untuk memperoleh pemahaman kongkret tentang keberhasilan bahan ajar pembelajaran yang sudah diproduksi. Hasil yang diperoleh digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memperbaiki bahan ajar. Ada dua teknik analisis data yang digunakan untuk mengolah data hasil pengembangan yaitu analisis deskriptif dan analisis uji T.
a.       Analisis deskriptif
Pada tahap uji coba data dihimpun menggunakan angket penilaian tertutup dan angket penilaian terbuka untuk memeberikan kritik, saran, masukan perbaikan. Data – data yang terkumpul dikelompokan menjadi dua yaitu: data kuantitatif yang berbentuk angka-angka dan data kualitatif yang berbentuk kata atau simbol.
Data kualitatif akan dianalisis secara logis dan bermakna, sedangkan data kuantitatif akan dianalisis dengan deskripsi persentase.
Hasil analisis deskriptif ini digunakan untuk menentukan tingkat keefektifan dan kemenarikan produk pengembangan berupa komik bagi siswa kelas III SD Mangunsari Semarang.
Kemenarikan dan keefektifan komik diketehui melelui hasil analisis kegiatan uji coba yang dilaksanakan melalui beberpa tahap, yakni : 1) review oleh ahli materi bidang studi, review oleh ahli media pembelajaran, review ahli bahasa, dan 2) uji coba lapangan terdiri dari seorang guru kelas dan siswa kelas III SD Mangunsari Semarang. Rumus untuk mengelola data tanggapan hasil uji coba per aspek adalah :
a.       Rumus untuk mengolah data per item
P =  x 100
P = Skor yang dicari
X = Jumlah keseluruhan jawaban responden
Xi = Jumlah keseluruhan nilai ideal dalam suatu item
100 = bilangan konstan
b.         Rumus untuk mengolah data per kelompok item dan keseluruhan item
P = x 100
P =Skor yang dicari
X = jumlah keseluruhan jawaban responden dalam seluruh item
 = jumlah keseluruhan nilai ideal dalam suatu item
100 = bilangan konstan
Pedoman menginterprestasikan hasil analisis data, maka ditetapkan kriteria sebagai berikut :

Tabel kriteria konversi nilai
Persentase (%)
kualifikasi
keputusan
90 -100
Sangat baik
Produk baru siapa dimanfaatkan di lapangan sebenarnya untuk kegiatan pembelajaran/tidak revisi
80 - 89
baik
Produk baru siap dimanfaatkan di lapangan sebenarnya untuk kegiatan pembelajaran/tidak revisi
70 - 79
Cukup baik
Produk dapat dilanjutkan dengan menambahkan sesuatu yang kurang. Melakukan pertimbangan – pertimbangan tertentu , penambahan yang dilakukan tidak terlalu besar dan tidak mendasar
60 - 69
Kurang baik
Merevisi dengan meneliti kembali secara seksama dan mencari kelemahan – kelemahan produk untuk disempurnakan
<60
Sangat kurang
Produk gagal.
Merevisi secara besar-besaran dan mendasar tentang isi produk
Apabila hasil yang diperoleh sudah mencapai kriteria minimal 70 %, maka komik ini dinyatakan sudah dapat dimanfaatkan dengan layak untuk proses belajar mengajar mengenai keterampilan mengarang.
Sedangkan data hasil belajar yang diperoleh dari post-test dianalisis dengan membandingkan rerata hasil belajar dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), jika rerata hasil belajar di atas KKM (75) maka disimpulkan bahwa bahan ajar berupa komik efektif.
b.      Analisis uji T
Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat keefektifan produk terhadap hasil belajar kelompok uji coba lapangan pada siswa kelas III SD Mangunsari Semarang sebelum dan sesudah menggunakan produk pengembangan komik. Data uji coba kelompok sasaran dikumpulkan dengan menggunakan pre-test dan post-test terhadap materi pokok yang di uji cobakan.
Hasil pre-test dan post-test kemudian dianalisis menggunakan (1) deskriptif presentase untuk mengetahui presentase pencapaian perolehan hasil belajar sebelum dan sesudah menggunakan komik, dan (2) uji t untuk mengetahui perbedaan antara hasil pre-test dan post-test. Uji t dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS dan pentashihan hasil dengan penghitungan manual.
Rumus analisa uji t :
t =
Dengan keterangan :
Md : Mean dari deviasi (d) antara pre-test dan post-test
 : jumlah kuadrat deviasi
N :  subyek pada sampel
d.b : ditentukan dengan n - 1
hasil uji coba dibandingkan dengan t tabel dengan taraf signifikan 0,05 (5%) untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara sebelum dan sesudah menggunakan komik.
Ho : tidak ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah menggunakan bahan ajar
Ha : ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah menggunakan bahan ajar
Keputusan :
Bila t hitung > t tabel maka Ho diterima
Bila t hitung =/< t tabel maka Ho ditolak

F.     DAFTAR PUSTAKA




G.    LAMPIRAN
a.      KISI- KISI INSTRUMEN PENELITIAN
Judul : Pengembangan Media Komik Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas III SD Mangunsari Semarang

Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Variabel
Indikator
Deskriptor
Instrumen
Sumber data
Bagaimanakah desain media komik yang sesuai untuk  meningkatkan keterampilan menulis karangan dalam pembelajaran bahasa indonesia pada siswa kelas III SD Mangunsari Semarang?
Untuk mengetahui desain media komik yang sesuai untuk  meningkatkan keterampilan menulis karangan dalam pembelajaran bahasa indonesia pada siswa kelas III SD Mangunsari Semarang
Keterampilan menulis karangan



Ketertarikan siswa dalam menulis karangan



Motivasi belajar


1.    Antusias siswa dalam menulis karangan
2.    Frekuensi siswa dalam menulis karangan

1.    Kehadiran siswa
2.    Perasaan senang menulis karangan


1.                            
Observasi
Angket

Guru dan Siswa

Hasil belajar
Tingkat keberhasilan menulis karangan

1.    Nilai siswa memenuhi KKM
2.    Mendapatkan ide menulis
Tes
Media komik
Kualitas media komik

1.     Siswa dapat menulis karangan dengan baik
2.     Siswa memahami cerita komik
Angket