PENGEMBANGAN MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS
KARANGAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS III SD MANGUNSARI
SEMARANG
PROPOSAL
PENELITIAN PENGEMBANGAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Penelitian Pendidikan SD 1
Dosen pengampu : Florentina Widihastrini
Disusun Oleh :
1. ANNISA ROCHMAWATI / 1401410081
2. PUPUT ALFRIANTI / 1401410096
3. HERWINTA INGGIL REJEKI / 1401410198
4. SLAMET HARI PAMBUDI / 1401410199
5. HERLINA ENDAH KURNIASIH / 1401410223
6. PRATIWI CAHYA RIZKIANA / 1401410235
7. BUDI WINOTO / 1401410396
ROMBEL 08
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR, S1
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
A.
JUDUL PENELITIAN
PENGEMBANGAN MEDIA KOMIK UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
PADA SISWA KELAS III SD MANGUNSARI SEMARANG
B.
RUANG LINGKUP PENELITIAN
Media Pembelajaran Komik dan Hasil Belajar
C.
PENDAHULUAN
a.
LATAR BELAKANG MASALAH
Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada pasal 33 ayat 1 yang berbunyi “
Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara menjadi bahasa pengantar dalam pendidikan nasional” telah dijelaskan
bahwa bahasa Indonesia mempunyai peran penting. Karena peran penting itulah,
semua kalangan yang berkaitan dengan pendidikan perlu memahami dan
menggunakannya dalam pembelajaran. Baik dari siswa SD, SMP, SMA, maupun perguruan
tinggi perlu Bahasa Indonesia. Sebagai seorang pendidik pun kita dituntut untuk
menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Apalagi untuk pengantar
pendidikan nasional, keterampilan dalam berbahasa perlu diasah lebih dalam.
Mulai dari keterampilan membaca, menyimak, mendengarkan, dan menulis.
Menurut
Djurie ( 2005 : 120 ), menulis merupakan suatu keterampilan yang dapat dibina
dan dilatihkan. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan Ebo ( 2005 : 1 ),
bahwa setiap orang bisa menulis. Artinya, kegiatan menulis ini dapat dilakukan
oleh setiap orang dengan cara dibina dan dilatihkan.
Menurut
Pranoto ( 2004 : 9 ) berpendapat, bahwa menulis berarti menuangkan buah pikiran
ke dalam bentuk tulisan atau menceritakan sesuatu kepada orang lain melalui
tulisan. Menulis juga dapat diartikan sebagai ungkapan atau ekspresi perasaan
yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Dengan kata lain, melalui proses menulis
kita dapat berkomunikasi secara tidak langsung.
Berdasarkan
pendapat dari para ahli tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa menulis
merupakan bentuk komunikasi secara tidak langsung dan dapat dilakukan oleh
semua orang untuk menyatakan suatu ungkapan atau ekspresi dan untuk lebih
terampil perlu dibina dan dilatih. Menulis merupakan kegiatan yang tidak dapat
dilepaskan dari kehidupan. Baik dewasa, remaja, bahkan anak-anak pun perlu
keahlian atau keterampilan menulis ini.
Namun,
dalam mengembangkan keterampilan dalam berbahasa itu tidak mudah. Terutama
membangun keterampilan menulis dan menanamkan budaya suka menulis itu sulit.
Terutama pada anak-anak yang belum memahami pentingnya menulis. Sangat sulit
mengajarkan menulis pada anak-anak. Mereka kurang tertarik dengan pembelajaran
menulis yang dianggap membosankan. Pembelajaran yang berlangsung masih monoton
dan belum menggali ide yang ada dalam diri siswa.
Di
SD Mangunsari sendiri khususnya kelas III masih perlu diberikan pembelajaran
yang dapat meningkatkan kreativitas siswa. Hal ini dikarenakan nilai yang
didapatkan siswa belum memenuhi KKM. Siswa belum bisa mengembangkan
keterampilan menulis mereka dengan baik. Pembelajaran bahasa khususnya menulis
disampaikan terbatas dengan model klasikal.
Dari
latar belakang di atas maka peneliti mencoba untuk melakukan penelitian yang
berkaitan dengan pengembangan media komik agar dapat meningkatkan minat belajar
siswa dalam menulis karangan dan memberikan ide kreatif dalam belajar sehingga
penelliti memilih judul penelitian “Pengembangan
Media Komik Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas III SD Mangunsari Semarang “.
b.
IDENTIFIKASI MASALAH
a.
70 % siswa kelas III SD Mangunsari Semarang mengalami
kesulitan menulis karangan dalam pembelajaran bahasa Indonesia
b.
30 % siswa kelas III SD Mangunsari mengalami kesulitan
menulis aksara Jawa dalam pembelajaran bahasa Jawa
c.
10 % siswa kelas III SD Mangunsari mengalami kesulitan
berhitung dalam pembelajaran matematika
c.
PEMBATASAN MASALAH
Berdasarkan observasi dan wawancara terhadap
guru kelas III SD Mangunsari Semarang, sebagian besar siswa mengalami kesulitan
menulis karangan dalam pembelajaran bahasa Indonesia sehingga nilai siswa dalam
materi tersebut masih di bawah KKM. Peneliti ingin mengembangkan media komik
untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas III SD
Mangunsari Semarang.
d.
PERUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah desain media komik yang sesuai untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas III SD
Mangunsari Semarang ?
e.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari
penelitian pengembangan ini adalah untuk mengembangkan desain media komik yang
sesuai untuk meningkatkan keterampilan menulis
karangan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas III SD
Mangunsari Semarang.
f.
MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan masalah
penelitian dan tujuan penelitian yang dikemukakan di atas, hasil penelitian
pengembangan ini diharapkan mempunyai
manfaat sebagai berikut.
Manfaat teoritis :
Hasil
penelitian ini dapat memberi sumbangan yang sangat berharga pada perkembangan
ilmu pendidikan, terutama untuk
meningkatkan ketrampilan menulis karangan dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Manfaat praktis
:
1.
Bagi Sekolah
Sebagai
bahan masukan bagi sekolah untuk menambah media pembelajaran
yang dimiliki oleh sekolah sehingga dapat memperbaiki
dan meningkatkan praktik-praktik pembelajaran guru agar menjadi lebih efektif
dan efisien sehingga kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa meningkat.
2.
Bagi Siswa
Bagi siswa hasil penelitian pengembangan ini
dapat digunakan untuk membantu meningkatkan kemampuan menulis karangan.
3.
Bagi Guru
Bagi guru hasil
penelitian pengembangan ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam
pembelajaran menulis
karangan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas III SD
Mangunsari Semarang.
4.
Bagi Peneliti
Bagi peneliti hasil penelitian pengembangan ini
dapat digunakan untuk menambah wawasan serta pengetahuan peneliti mengenai
penggunaan media komik dalam pembelajaran.
D.
KAJIAN PUSTAKA
a.
KAJIAN TEORI
1.
Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
a.
Hakikat pengajaran menulis pada pembelajaran Bahasa
Indonesia di Sekolah Dasar
Pembelajaran pada pelajaran bahasa
Indonesia salah satunya adalah pembelajaran menulis. Menurut standar kompetensi
menulis di sekolah dasar adalah menulis secara efektif dan efisien berbagai
jenis karangan dalam berbagai konteks (Depdiknas, 2003).
Pengajaran menulis, baik di sekolah dasar
maupun di jenjang yang lebih tinggi pada hakikatnya merupakan pengajaran yang
aktif produkti, yaitu menghasilkan (menghasilkan pesan), yang hasilnya nanti
berupa tulisan (Zuchdi, 1996:62). Pengajaran menulis ini dapat meningkatkan
pengembangan kecerdasan siswa untuk berbagai aspek, mengembangkan daya
inisiatif dan kreativitas, serta menumbuhkan keberanian dan mendorong kemauan
dan kemampuan mengumpulkan informasi (Graaves, 1978 dalam Akhadiah, dkk., 1989).
Hal itu dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Menulis dapat mengembangkan kecerdasan
untuk mengharmoniskan berbagai aspek. Seseorang permu memiliki kekayaan dan
keluwesan pengungkapan, kemampuan mengendalikan emosi, serta menata dan
menyumbangkan daya nalarnya dalam berbagai level berpikir dari tingkat
mengingat sampai evaluasi.
b. Menulis dapat mengembangkan daya
inisiatif dan kreativitas, artinya dalam menulis, seseorang mesti menyiapkan
dan mensuplai sendiri segala sesuatu, agar hasilnya enak dibaca, apa yang dituliskan
harus ditata dengan runtut dan juga menarik.
c. Menulis menumbuhkan keberanian, maksudnya
ketika seseorang menulis harus berani menampilkan kediriannya, termasuk
pemikiran, perasaan dan gayanya, serta menawarkannya kepada public.
d. Menulis mendorong kemauan dan kemampuan
mengumpulkan informasi. Seorang penulis mempunyai ide, gagasan, pendapat, atau
sesuatu hal yang perlu disampaikan dan diketahui orang lain.
b.
Fungsi pembelajaran menulis pada pelajaran Bahasa
Indonesia di Sekolah Dasar
Fungsi dasar pengajaran menulis dalam
pengajaran bahasa Indonesia adalah sebagai : (1) dasar penguasaan materi lewat
mengingat wacana dalam bentuk verbal atau tulisan, (2) sarana peningkatan
pengetahuan dan keterampilan dengan pemahaman berbagai jenis pengetahuan (misalnya
dengan banyak menulis pokok-pokok pikiran dalam buku dan memahami isinya akan
dapat meningkatkan pengetahuan siswa), (3) sarana peningkatan pengetahuan dan
keterampilan untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni, (4) sarana penyebarluasan pemakaian bahasa Indonesia yang baik ( biasanya
dengan menulis dalam bentuk bahasa resmi dan baku ) untuk digunakan dalam
berbagai keperluan, serta (5) sarana yang menghbungkan siswa pada mata
pelajaran bahasa Indonesia dengan disiplin ilmu yang lainnya.
Selain fungsi dasar pengajaran
keterampilan menulis di atas, menulis juga berfungsi untuk mengembangkan
kecerdasan, daya imajinatif, inisiatif, dan kreativitas, serta menumbuhkan
keberanian (Graaves, 1978 dalam Akhadiah, 1989). Sedangkan pengajaran menulis
di sekolah dasar, sesuai dengan kurikulum berbasis kompetensi, berfungsi
sebagai dasar membentuk dan meningkatkan kemampuan siswa dalam mengekspresikan
berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaannya melalui menulis karangan
dari pikiran sendiri, serta menulis karangan berdasarkan rangkaian gambar seri
(Depdiknas, 2003).
c.
Tujuan pengajaran menulis pada pelajaran Bahasa Indonesia
di Sekolah Dasar
Secara umum tujuan pengajaranm menulis
sesuai dengan kurikulum 2004 pada pelajaran bahasa Indonesia adalah sebagai
berikut.
1. Mampu mengungkapkan ide, gagasan, atau
pemikiran dalam bentuk tulisan.
2. Siswa dapat memahami materi dari berbagai
segi, bentuk, makna, dan fungsi serta menggunakanny dengan tepat dan kreativ
untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan, baik secara tersurat
maupun tersirat dengan bentuk tulisan.
3. Siswa memiliki kemampuan dalam
menggunakan materi yang diajarkan untuk meningkatkan kemampuan intelektualnya,
kematangan emosional, dan kematangan sosial. Misalnya siswa mampu menulis
kembali dengan bahasanya sendiri beragam teks dan mampu menjelaskan isinya,
serta mampu merespons isi bacaan dengan kata-katanya sendiri.
4. Siswa dapat mengingat materi dan
memudahkan dalam mempelajarinya untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan wawasannya.
(Depdiknas, 2003)
Menurut kurikulum 2004 atau KBK,
pembelajaran menulis di sekolah dasar bertujuan agar siswa mampu
mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaannya melalui
menulis karangan dari pikiran sendiri, menyusun ringkasan bacaan, menulis
karangan berdasarkan gambar seri, dan menulis petunjuk (Depdiknas, 2003).
d.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran
menulis karangan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
kegiatan menulis adalah sebagai berikut.
1. Penentuan pikiran utama
Salah satu ciri utama tulisan yang baik
adalah adanya kesatuan gagasan antarparagrafnya. Sebuah tulisan (karangan) akan
menjadi jelas jika mempunyai kesatuan, yaitu semua detail yang berupa contoh,
alasan ataupun fakta yang digunakan harus tidak menyimpang dari pikiran utama.
Seperti dikemukakan oleh Mukhsin Ahmadi,
pikiran utama adalah pengandali suatu karangan sehingga dengan pikiran utama
dimaksudkan isi karangan tidak akan menyimpang. Karangan tersebut ditulis dalam
bentuk paragraf dan tiap paragraf mempunyai pikiran utama. Pikiran utama yang
paling baik diletakkan pada kalimat pertama pada paragraf (Ahmadi, 1991:13).
2. Pembentukan paragraf
Agar sebuah karangan mudah ditangkap
pembaca dan jelas, maka perlulah disusun suatu paragraf. Paragraf merupakan
suatu pikiran atau perasaan yang tersusun teratur berupa kalimat-kalimat dan
berfungsi sebagai bagian dari suatu satuan yang lebih besar, (Mukhsin Ahmadi,
1991: 1). Paragraf bisa tersusun dari beberapa buah kalimat yang saling berhubungan
sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh untuk manyampaikan suatu maksud.
Untuk membuat suatu paragraf yang baik,
kalimat-kalimat yang disusun hendaknya bertalian arti sehingga arti atau maksud
tersebut menjadi jelas. Dalam hal ini anak didik dilatih menyusun paragraf
secara teratur dalam berbahasa tulis. Kalimat yang bertalian arti, yaitu dalam
satu paragraf kalimat-kalimatnya bahu-membahu, bekerjasama untuk menerangkan
sesuatu erat atau pokok pembicaraan.
3. Penulisan kalimat
Kalimat yang jelas dan terang dalam
bahasa percakapan (tutur), tidak selamanya jelas dan terang juga apabila
dituliskan, sebab intonasi dalam bahasa tutur sulit untuk diterjemahkan dalam
bahasa tulis.
Setiap kalimat pada suatu karangan pada
dasarnya kalimat itu disusun oleh unsur-unsur yang membentuknya. unsur-unsur
itulah yang membangun dan membentuk suatu kalimat. Unsur-unsur kalimat itu
tidak lain adalah kata-kata. Kata-kata itulah yang membentuk kalimat.
Bagian-bagian kalimat sering disebut konstituen. Bagian-bagian kalimat tersebut
antara lain sebagai berikut.
1. Subjek
2. Predikat
3. Objek
4. Keterangan
5. Penggunaan tanda baca
Macam-macam tanda baca antara lain : titik, koma,
titik dua, tanda seeru dan tanda tanya.
2.
Media
a.
Pengertian dan fungsi media
Kata media berasal dari bentuk jamak kata medium yang
secara harfiah artinya perantara atau pengantar. Gagne (2006: 14) mengemukakan
bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsangnya untuk belajar. Istilah media dalam bidang pembelajaran disebut
juga media pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, alat bantu atau media tidak
hanya dapat memperlancar proses komunikasi akan tetapi dapatmerangsang siswa
untuk merespon dengan baik segala pesan yang disampaikan.
Media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga
dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan
terkendali.
Pemilihan
media pembelajaran yang tepat diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses
belajar siswa, hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Nana
Sudjana dan Ahmad Rivai (2002: 2) tentang pemanfaatan media pengajaran dalam
proses belajar siswa, sebagai berikut:
§ Pengajaran akan lebih menarik
perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
§ Bahan pengajaran akan lebih jelas
maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa
menguasai tujuan pengajaran lebih baik.
§ Metode pengajaran akan lebih
bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan
kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan
tenaga, apalagi bila guru harus mengajar untuk setiap jam pelajaran.
§ Siswa lebih banyak melakukan
kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga
aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.
Dari
pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah
segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang
fikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong
terjadinya proses belajar yang efektif dan efisien.
Pada
proses belajar mengajar guru harus mempunyai keahlian dalam menggunakan
berbagai macam media pembelajaran, terutama media yang digunakan dalam proses
mengajarnya, sehingga materi ataupun pesan yang disampaikan akan tersalurkan
dengan baik pula
b.
Kriteria pemilihan media
Beberapa hal yang perlu di
perhatikan dalam memilih media pembelajaran, yakni :
1. Tujuan
Media yang
dipilih hendaknya menunjang tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Tujuan yang
dirumuskan ini adalah kriteria yang paling cocok, sedangkan tujuan pembelajaran
yang lain merupakan kelengkapan dari kriteria utama.
2.
Ketepatgunaan
Jika materi yang
akan dipelajari adalah bagian-bagian yang penting dari benda, maka gambar seperti
bagan dan slide dapat digunakan. Apabila yang dipelajarai adalah aspek-aspek
yang menyakut gerak, maka media film atau video akan lebih tepat. Wilkinson
menyatakan bahwa penggunaan bahan-bahan yang bervariasi menghasilkan dan
meningkatkan pencapain akademik.
3.
Keadaan siswa
Media akan
efektif digunakan apabila tidak tergantung dari beda interindividual antara
siswa. Msialnya kalau siswa tergolong tipe auditif/visual maka siswa yang
tergolong auditif dapat belajar dengan media visual dari siswa yang tergolong
visual dapat juga belajar dengan menggunakan media auditif.
4.
Ketersediaan
Walaupun suatu
media dinilai sangat tepat untuk mencapai tuuan pembelajaran, media tersebut
tidak dapat digunakan jika tidak tersedia. Menurut wilkinson, media merupakan
alat mengajar dan belajar, peralatan tersebut harus tersedia ketika dibutuhkan
untuk memenuhi keperluan siswa dan guru.
5.
Biaya
Biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh dan menggunakan media, hendaknya benar-benar
seimbang dengan hasil-hasil yang akan dicapai.
Dalam kaitannya dengan pemilihan
media pembelajaran yang sesuai dan tepat guna, kriteria yang paling utama
adalah media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang
ingin dicapai. Sebagai contoh, bila tujuan atau kompetensi peserta didik
bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk
digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi
bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Bila tujuan pembelajaran
bersifat motorik (gerak dan ativitas), maka media film dan video bisa
digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi
(komplementer).
c.
Media dalam pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Secara
umum jenis media dalam pembelajaran bahasa Indonesia dibedakan menjadi 2 (dua),
yakni: (1) media alami (natural) dan (2) media buatan (artifisial). Media
alami (natural) dibatasi bahwa media tersebut sudah ada demikian adanya (tanpa
harus dibuat atau diciptakan) dan tinggal digunakan dalam pembelajaran.
Misalnya: lingkungan, peristiwa, dan fenomena alam. Sedangkan
media buatan (artifisial) dibatasi bahwa media tersebut belum ada namun
dibuat atau diciptakan sebelum media tersebut digunakan dalam pembelajaran.
Misalnya: gambar, film, video, buku, kamus atau ensiklopedi. Kedua media
tersebut dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah
dasar.
d.
Pengajaran menulis karangan dengan media komik
Komik
adalah bentuk seni dengan menggunakan gambar yang tidak bergerak yang disusun
sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita.Luasnya popularitas komik
telah banyak mendorong guru bereksperimen dengan menjadikannya media
pembelajaran.Penggunaan media komik bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan
narasi sesuai dengan kronologis media komik yang disajikan oleh guru
berdasarkan penilaian karangan seperti keutuhan ,kepaduan ,penggunaan ejaan dan
tanda baca.
e.
Peran komik dalam meningkatkan pembelajaran mengarang
Nilai
Edukatif media komik dalam proses belajar mengajar tidak diragukan lagi.Menurut
Sudjana dan Rivai menyatakan media komik dalam proses belajar mengajar
menciptakan minat para peserta didik, mengefektifkan proses belajar mengajar
dapat meningkatkan minat belajar dan menimbulkan minat apresiasi. Selain itu peran media komik
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan siswa. Selain itu menurut Trimo peranan
media komik dalam pembelajaran mengarang yaitu komik menambah pembendaharaan
kata – kata penulis, mengembangkan minat baca dan menulis, serta mempermudah
peserta didik untuk menangkap hal – hal atau rumusan abstrak.
b.
KAJIAN EMPIRIS
Adapun penelitian mengenai komik sebagai media pembelajaran sudah
pernah dilakukan sebelumnya yaitu, penelitian mengenai komik untuk meningkatkan kemampuan mengarang
siswa kelas III SD N Sumberejo II kabupaten Sukamaju yang dilakukan oleh Ibu
Yuyun selaku guru bahasa Indonesia kelas III SD N Sumberejo II kabupaten
Sukamaju.
E.
METODE PENELITIAN
a.
RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian
dan pengembangan yang disingkat R & D adalah suatu proses yang
digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan serta menemukan
pengetahuan-pengetahuan baru melalui “base research” (Borg dan Gall,
2003: 569-570) dan bertujuan memberikan perubahan-perubahan pendidikan guna
meningkatkan dampak-dampak positif yang potensial dari temuan-temuan penelitian
dalam memecahkan permasalahan pendidikan dan digunakan untuk meningkatkan kinerja
praktik-praktik pendidikan, antara lain melaui pembelajaran dalam bentuk
penelitian. Dalam bidang pendidikan, metode R & D ini dapat
digunakan untuk mengembangkan buku, modul, media pembelajaran, instrumen
evaluasi, model-model kurikulum.
Berikut
ini adalah prosedur penelitian
pengembangan menurut Borg Gall yang akan peneliti gunakan dalam penelitian
pengembangan ini.
Selanjutnya, untuk dapat memahami tiap langkah tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut
1. Melakukan
analisis produk yang akan dikembangkan
Langkah pertama ini
meliputi analisis kebutuhan, studi pustaka, studi literatur, penelitian skala
kecil dan standar laporan yang dibutuhkan.
a)
Analisis kebutuhan: Untuk
melakukan analisis kebutuhan ada beberapa kriteria, yaitu :
1) Apakah
produk komik yang akan dikembangkan merupakan hal yang
penting bagi pendidikan?
2) Apakah
produk komik mempunyai kemungkinan
untuk dikembangkan untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan siswa ?
b)
Studi literatur: Studi
literatur dilakukan untuk pengenalan sementara terhadap produk komik yang
akan dikembangkan. Studi literatur ini dikerjakan untuk mengumpulkan temuan
riset dan informasi lain yang bersangkutan dengan pengembangan produk yang
direncanakan.
c)
Riset skala kecil:
Pengembang sering mempunyai pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan mengacu
pada reseach belajar atau teks professional. Oleh karenanya pengembang perlu
melakukan riset skala kecil untuk mengetahui beberapa hal tentang produk yang
akan dikembangkan.
d)
Standar laporan yang
dibutuhkan: perencaaan penelitian R & D meliputi: 1) merumuskan tujuan
penelitian; 2) memperkirakan dana, tenaga dan waktu; 3) merumuskan kualifikasi
peneliti dan bentuk-bentuk partisipasinya dalam penelitian.
2. Mengembangkan
produk awal
Langkah ini
meliputi:
1) Menentukan
desain produk yang akan dikembangkan (desain hipotetik);
2) Menentukan
sarana dan prasarana penelitian yang dibutuhkan selama proses penelitian dan
pengembangan;
3) Menentukan
tahap-tahap pelaksanaan uji desain di lapangan;
4) Menentukan
deskripsi tugas pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian.
3. Validasi
ahli dan revisi
Langkah ini merupakan uji produk secara terbatas, meliputi:
1) melakukan
uji lapangan awal terhadap desain produk;
2) bersifat
terbatas, baik substansi desain maupun pihak-pihak yang terlibat;
3) uji
lapangan awal dilakukan secara berulang-ulang sehingga diperoleh desain layak,
baik substansi maupun metodologi.
Setelah itu ada Revisi Hasil Uji Lapangan
Terbatas (Main Product Revision) yang merupakan perbaikan model atau
desain berdasarakan uji lapangan terbatas. Penyempurnaan produk awal akan
dilakukan setelah dilakukan uji coba lapangan secara terbatas. Pada tahap
penyempurnaan produk awal ini, lebih banyak dilakukan dengan pendekatan
kualitatif. Evaluasi yang dilakukan lebih pada evaluasi terhadap proses,
sehingga perbaikan yang dilakukan bersifat perbaikan internal.
4. Uji coba
lapangan skala kecil dan revisi produk
Langkah merupakan uji produk secara skala kecil. Langkah ini meliputi :
1) melakukan
uji efektivitas desain produk;
2) uji
efektivitas desain, pada umumnya, menggunakan teknik eksperimen model
penggulangan;
3) Hasil
uji lapangan adalah diperoleh desain yang efektif, baik dari sisi substansi
maupun metodologi.
Setelah itu dilakukan Revisi Hasi Uji Lapangan
Lebih Luas (Operational Product Revision) merupakan perbaikan kedua
setelah dilakukan uji lapangan yang lebih luas dari uji lapangan yang pertama.
Penyempurnaan produk dari hasil uji lapangan lebih luas ini akan lebih
memantapkan produk yang kita kembangkan, karena pada tahap uji coba lapangan
sebelumnya dilaksanakan dengan adanya kelompok kontrol. Desain yang digunakan
adalah pretest dan posttest. Selain perbaikan yang bersifat internal.
Penyempurnaan produk ini didasarkan pada evaluasi hasil sehingga pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif.
5. Uji coba
lapangan skala besar dan produk akhir
Langkah ini dilakukan dengan skala besar, meliputi:
1.
melakukan uji efektivitas dan
adaptabilitas desain produk;
2.
uji efektivitas dan
adabtabilitas desain melibatkan para calon pemakai produk;
3.
hasil uji lapangan adalah diperoleh
model desain yang siap diterapkan, baik dari sisi substansi maupun metodologi.
Setelah itu ada Revisi Final Hasil Uji
Kelayakan (Final Product Revision) akan lebih menyempurnakan produk yang
sedang dikembangkan. Penyempurnaan produk akhir dipandang perlu untuk lebih
akuratnya produk yang dikembangkan. Pada tahap ini sudah didapatkan suatu
produk yang tingkat efektivitasnya dapat dipertanggungjawabkan. Hasil
penyempurnaan produk akhir memiliki nilai “generalisasi” yang dapat diandalkan.
Desiminasi dan Implementasi Produk Akhir (Dissemination and Implementation) merupakan laporan hasil dari R &
D melalui forum-forum ilmiah, ataupun melalui media massa. Distribusi produk
harus dilakukan setelah melalui quality control. Teknik analisis data,
langkah-langkah dalam proses penelitian dan pengembangan dikenal dengan istilah
lingkaran research dan development menurut Borg and Gall terdiri atas:
a.
meneliti
hasil penelitian yang berkaitan dengan produk yang akan dikembangkan,
b.
mengembangkan
produk berdasarkan hasil penelitian,
c.
uji
lapangan
d.
mengurangi devisiensi
yang ditemukan dalam tahap ujicoba lapangan.
b.
RANCANGAN PRODUK PENELITIAN
Berikut ini adalah rancangan produk penelitian yang peneliti pilih
untuk menjadi media pembelajaran bahasa Indonesia :
RANCANGAN PRODUK I :
RANCANGAN PRODUK II :
c.
POPULASI DAN SAMPLE
Penelitian
pengembangan ini menggunakan penelitian populasi sehingga populasi dari
penelitian pengembangan ini adalah siswa kelas III SD Mangunsari Semarang
d.
WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
1.
Waktu Penelitian : Rabu, 28 November 2012 – 10 Desember 2012
2.
Tempat Penelitian : SD Mangunsari Semarang
e.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik Pengumpulan data yang peneliti
gunakan dalam penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut ini.
1.
Tes
Teknik
tes adalah suatu cara untuk memperoleh data dengan melakukan penilaian yang
berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak
atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai atau prestasi tertentu.
Secara
umum terdapat beberapa bentuk tes, yaitu; (a) tes intelegensi, (b) tes sikap,
(c) tes hasil belajar, (d) tes diagnostik, dan (e) performance assessment atau
penilaian kinerja.
Dalam
penelitian pengembangan ini yang akan peneliti amati adalah perubahan atau
kemajuan belajar siswa sehingga peneliti menggunakan tes hasil belajar.
Tes
hasil belajar merupakan salah satu
bentuk yang diarahkan untuk mengetahui hasil atau prestasi belajar siswa
dibedakan atas beberapa jenis. Berdasarkan jumlah atau pengikut tes, maka tes
hasil belajar dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu tes individual dan tes kelompok
(Nurkancana dan Sumartana, 1986: 25). Tes individual adalah suatu tes dimana
pada saat tes tersebut diberikan kita hanya menghadapi satu orang anak.
Sedangkan tes kelompok, yaitu dimana pada saat tes diberikan, kita menghadapi
sekelompok anak.
2.
Observasi
Observasi
merupakan proses pengamatan secara sistematis dengan melakukan perekaman
terhadap perilaku tertentu untuk tujuan pembuatan keputusan-keputusan
pengajaran. Pelaksanaan observasi sebagai alat pengumpulan data memerlukan
persiapan. Salah satu komponen yang perlu diperhatikan di dalam persiapan
pelaksanaan observasi adalah cara perekaman data. Agar teknik observasi ini
dapat dipergunakan sesuai dengan prosedur yang benar, yaitu: (1) adanya perencanaan
bersama, (2) menetapkan fokus pengamatan, membangun kriteria, dan (3) memiliki
keterampilan melakukan observasi. (4) melakukan balikan (feedback). Ada
beberapa bentuk observasi yang sering digunakan; (a) observasi terbuka, (b)
observasi terfokus, (c) observasi terstruktur, (d) observasi sistematik.
3.
Wawancara
Wawancara
adalah percakapan dengan maksud tertentu (Moleong, 1991).Wawancara secara
sederhana dapat diartikan sebagai percakapan dengan maksud tertentu. Ada
beberapa bentuk wawancara yang sering dipergunakan di dalam pengumpulan data penelitian.
Patton (1987) mengemukakan beberapa bentuk wawancara, yaitu; (a) wawancara
pembicaraan formal, (b) pendekatan dengan menggunakan petunjuk umum wawancara,
dan (c) wawancara baku terbuka.
4.
Angket
Angket adalah
daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk menggali data sesuai
dengan permasalahan penelitian. Menurut Masri Singarimbum, pada penelitian
survai, penggunaan angket merupakan hal yang paling pokok untuk pengumpulan
data di lapangan. Hasil kuesioner inilah yang akan diangkakan (kuantifikasi),
disusun tabel-tabel dan dianalisa secara statistik untuk menarik kesimpulan
penelitian. Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah (a) untuk memperoleh
informasi yang relevan dengan masalah dan tujuan penelitian, dan (b) untuk
memperoleh informasi dengan reliabel dan validitas yang tinggi. Hal yang perlu
diperhatikan oleh peneliti dalam menyusun kuesioner, pertanyaan-pertanyaan yang
disusun harus sesuai dengan hipotesa dan tujuan penelitian. Menurut Suharsimi
Arikunto, sebelum kuesioner disusun memperhatikan prosedur sebagai berikut:
a. Merumuskan tujuan yang
akan dicapai dengan kuesioner.
b. Mengidentifikasikan
variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner.
c. Menjabarkan setiap
variabel menjadi sub-sub variabel yang lebih spesifik dan tunggal.
d. Menentukan jenis data yang
akan dikumpulkan, sekaligus unit analisisnya.
f.
ANALISIS DATA
Analisis data
dilakukan untuk memperoleh pemahaman kongkret tentang keberhasilan bahan ajar
pembelajaran yang sudah diproduksi. Hasil yang diperoleh digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam memperbaiki bahan ajar. Ada dua teknik analisis data
yang digunakan untuk mengolah data hasil pengembangan yaitu analisis deskriptif
dan analisis uji T.
a. Analisis deskriptif
Pada tahap uji coba data dihimpun menggunakan
angket penilaian tertutup dan angket penilaian terbuka untuk memeberikan
kritik, saran, masukan perbaikan. Data – data yang terkumpul dikelompokan
menjadi dua yaitu: data kuantitatif yang berbentuk angka-angka dan data
kualitatif yang berbentuk kata atau simbol.
Data kualitatif akan dianalisis secara logis
dan bermakna, sedangkan data kuantitatif akan dianalisis dengan deskripsi
persentase.
Hasil analisis deskriptif ini digunakan untuk
menentukan tingkat keefektifan dan kemenarikan produk pengembangan berupa komik
bagi siswa kelas III SD Mangunsari Semarang.
Kemenarikan dan keefektifan komik diketehui
melelui hasil analisis kegiatan uji coba yang dilaksanakan melalui beberpa
tahap, yakni : 1) review oleh ahli materi bidang studi, review oleh ahli media
pembelajaran, review ahli bahasa, dan 2) uji coba lapangan terdiri dari seorang
guru kelas dan siswa kelas III SD Mangunsari Semarang. Rumus untuk mengelola
data tanggapan hasil uji coba per aspek adalah :
a. Rumus untuk mengolah data per item
P = x 100
P = Skor yang dicari
X = Jumlah keseluruhan jawaban responden
Xi = Jumlah keseluruhan nilai ideal dalam suatu item
100 = bilangan konstan
b.
Rumus untuk mengolah data per kelompok item dan
keseluruhan item
P = x 100
P =Skor yang dicari
X = jumlah keseluruhan jawaban responden dalam seluruh
item
=
jumlah keseluruhan nilai ideal dalam suatu item
100 = bilangan konstan
Pedoman menginterprestasikan hasil analisis
data, maka ditetapkan kriteria sebagai berikut :
Tabel kriteria konversi nilai
Persentase (%)
|
kualifikasi
|
keputusan
|
90 -100
|
Sangat baik
|
Produk baru siapa dimanfaatkan di
lapangan sebenarnya untuk kegiatan pembelajaran/tidak revisi
|
80 - 89
|
baik
|
Produk baru siap dimanfaatkan di
lapangan sebenarnya untuk kegiatan pembelajaran/tidak revisi
|
70 - 79
|
Cukup baik
|
Produk dapat dilanjutkan dengan
menambahkan sesuatu yang kurang. Melakukan pertimbangan – pertimbangan
tertentu , penambahan yang dilakukan tidak terlalu besar dan tidak mendasar
|
60 - 69
|
Kurang baik
|
Merevisi dengan meneliti kembali
secara seksama dan mencari kelemahan – kelemahan produk untuk disempurnakan
|
<60
|
Sangat kurang
|
Produk gagal.
Merevisi secara besar-besaran dan
mendasar tentang isi produk
|
Apabila hasil yang diperoleh sudah mencapai
kriteria minimal 70 %, maka komik ini dinyatakan sudah dapat dimanfaatkan
dengan layak untuk proses belajar mengajar mengenai keterampilan mengarang.
Sedangkan data hasil belajar yang diperoleh
dari post-test dianalisis dengan membandingkan rerata hasil belajar dengan
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), jika rerata hasil belajar di atas KKM (75) maka
disimpulkan bahwa bahan ajar berupa komik efektif.
b. Analisis uji
T
Analisis ini
digunakan untuk mengetahui tingkat keefektifan produk terhadap hasil belajar
kelompok uji coba lapangan pada siswa kelas III SD
Mangunsari Semarang sebelum dan sesudah menggunakan produk pengembangan komik.
Data uji coba kelompok sasaran dikumpulkan dengan menggunakan pre-test dan
post-test terhadap materi pokok yang di uji cobakan.
Hasil
pre-test dan post-test kemudian dianalisis menggunakan (1) deskriptif
presentase untuk mengetahui presentase pencapaian perolehan hasil belajar
sebelum dan sesudah menggunakan komik, dan (2) uji t untuk mengetahui perbedaan
antara hasil pre-test dan post-test. Uji t dilakukan dengan bantuan program
komputer SPSS dan pentashihan hasil dengan penghitungan manual.
Rumus analisa
uji t :
t =
Dengan
keterangan :
Md : Mean dari deviasi
(d) antara pre-test dan post-test
: jumlah kuadrat deviasi
N : subyek pada sampel
d.b : ditentukan dengan
n - 1
hasil uji coba
dibandingkan dengan t tabel dengan taraf signifikan 0,05 (5%) untuk mengetahui
apakah ada perbedaan antara sebelum dan sesudah menggunakan komik.
Ho : tidak ada perbedaan
yang signifikan antara sebelum dan sesudah menggunakan bahan ajar
Ha : ada perbedaan yang
signifikan antara sebelum dan sesudah menggunakan bahan ajar
Keputusan :
Bila t hitung > t
tabel maka Ho diterima
Bila t hitung =/< t
tabel maka Ho ditolak
F.
DAFTAR PUSTAKA
http://lpp.uad.ac.id/08/wp-content/panduan-penelitian-pengembangan.pdf. Diakses pada tanggal 28 November 2012
http://skripsistikes.files.wordpress.com/2009/08/proposal-penelitian-pengembangan.pdf Diakses pada tanggal 28 November 2012
G.
LAMPIRAN
a.
KISI- KISI INSTRUMEN PENELITIAN
Judul : Pengembangan Media Komik
Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia Pada Siswa Kelas III SD Mangunsari Semarang
Rumusan Masalah
|
Tujuan Penelitian
|
Variabel
|
Indikator
|
Deskriptor
|
Instrumen
|
Sumber data
|
Bagaimanakah desain media komik yang
sesuai untuk meningkatkan keterampilan
menulis karangan dalam pembelajaran bahasa indonesia pada siswa kelas III SD
Mangunsari Semarang?
|
Untuk mengetahui desain media komik yang sesuai untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan
dalam pembelajaran bahasa indonesia pada siswa kelas III SD Mangunsari
Semarang
|
Keterampilan menulis karangan
|
Ketertarikan siswa dalam menulis karangan
Motivasi
belajar
|
1.
Antusias siswa dalam menulis karangan
2.
Frekuensi siswa dalam menulis karangan
1.
Kehadiran siswa
2.
Perasaan senang menulis karangan
1.
|
Observasi
Angket
|
Guru dan Siswa
|
Hasil belajar
|
Tingkat keberhasilan menulis karangan
|
1.
Nilai siswa memenuhi KKM
2.
Mendapatkan ide menulis
|
Tes
|
|||
Media komik
|
Kualitas
media komik
|
1.
Siswa
dapat menulis karangan dengan baik
2.
Siswa
memahami cerita komik
|
Angket
|