Jumat, 09 Mei 2014

Penelitian Deskriptif



A.    Judul Penelitian
Ekstrakurikuler Pramuka sebagai Wahana Pembentukan Karakter Siswa di SD Negeri 01 Pekalongan.

B.     Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah ekstrakurikuler pramuka sebagai pembentukan karakter siswa.

C.    Pendahuluan
1.      Latar Belakang Masalah
Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 mengamanatkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sesuai dengan yang telah tercantum pula dalam Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 12 dan 13 yang menyebutkan bahwa pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang, dan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
Dari penjelasan tersebut di atas jelaslah bahwa ternyata memang ada beberapa tempat selain pendidikan dalam kelas yang dapat membentuk karakter siswa tersebut, dimana salah satu wahana pengantarnya adalah kegiatan ekstrakurikuler. Sebagai bagian dari pendidikan maka kebijakan mengenai kegiatan ekstrakurikuler merupakan bagian dari kebijakan Departemen Pendidikan Nasional  kegiatan ekstrakurikuler berlandaskan pada Surat Keputusan (SK) menteri pendidikan dan kebudayaan (mendikbud ) Nomor : 0461/U/1964 dan Surat Keputusan (SK) Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen) Nomor : 226/C/kep/O/1992 dinyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu jalur pembinaan kesiswaan disamping jalur Organisasi intra sekolah (OSIS ), latihan kepemimpinan dan wawasan wiyata mandala. Berdasarkan surat keputusan tersebut,ditegaskan pula bahwa kegiatan ekstrakurikuler sebagai bagian dari kebijaksanaan pendidikan secara menyeluruh yang mempunyai tugas pokok :
1.      Memperdalam dan memperluas pengetahuan siswa
2.      Mengenal hubungan  antar berbagai pelajaran
3.      Menyalurkan bakat dan minat
4.      Melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya dalam arti :
a.          Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b.          Berbudi pekerti luhur
c.          Memiliki pengetahuan dan keterampilan
d.         Sehat jasmani dan rohani
e.          Berkepribadian mantap dan mandiri
f.           Memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Tujuan dari kegiatan Ekstrakurikuler adalah untuk memantapkan pendidikan kepribadian dan untuk lebih mengaitkan antara pengetahuan yang diperoleh dalam progam kurikulum dengan   keadaan dan lingkungan yang dibutuhkan.
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (SK Dirjen Dikdasmen) Nomor : 226/C/kep/O/1992 dirumuskan bahwa Ekstrakurikuler adalah kegiatan diluar jam pelajaran biasa dan waktu libur sekolah yang dilakukan baik disekolah maupun diluar sekolah dengan tujuan untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan siswa, mengenal hubungan  antar berbagai pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya. Sedangkan berdasarkan Lampiran Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (SK Mendikbud) Nomor: 060/U/1993, 061/U/1993 dan dan Nomor 080/U/1993 dikemukakan bahwa kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan diluar jam pelajaran yang tercantum dalam susunan progam sesuai dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler berupa kegiatan pengayaan dan kegiatan perbaikan yang berkaitan dengan progam kurikuler.
Dalam UU No.12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, disebutkan bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk mengembangkan potensi diri serta memiliki akhlak mulia, pengendalian diri, dan kecakapan hidup bagi setiap warga negara demi tercapainya kesejahteraan masyarakat; pengembangan potensi diri sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam berbagai upaya penyelenggaraan pendidikan, antara lain melalui gerakan pramuka; gerakan pramuka selaku penyelenggara pendidikan kepramukaan mempunyai peran besar dalam pembentukan kepribadian generasi muda sehingga memiliki pengendalian diri dan kecakapan hidup untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.
 Dalam Undang-undang tersebut dijelaskan bahwa Pendidikan Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan. Gerakan pramuka bertujuan untuk membentuk setiap pramuka agar memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, serta melestarikan lingkungan hidup.
Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama. Dalam tujuan pendidikan nasional,  pendidikan karakter merupakan gambaran tentang kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh satuan pendidikan, serta menjadi dasar dalam mengembangkan pendidikan karakter bangsa. Pendidikan karakter lebih mudah  diberikan pada usia dini, hal ini akan mudah diterima dan tersimpan dalam memori anak,  akan membawa pengaruh pada perkembangan watak dan pribadi anak hingga dewasa.
Pengertian ekstrakurikuler menurut kamus besar bahasa Indonesia yaitu: ”suatu kegiatan yang berada di  luar program yang tertulis di dalam kurikulum seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan siswa”. Kegiatan ekstrakurikuler sendiri dilaksanakan diluar jam pelajaran wajib. Kegiatan ini  memberi  keleluasaan waktu dan memberikan kebebasan pada siswa, terutama  dalam menentukan jenis kegiatan yang sesuai dengan bakat serta minat mereka. Menurut Pilus A. Partanto dan M. Dahlan Al Barry dalam kamus ilmiah popuar adalah kegiatan tambahan di luar rencana pembinaan atau pelajaran tambahan di luar kurikulum.
Menurut Ki Hajar Dewantara, Pendidikan karakter adalah upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli dan menginternalisasi nilai-nilai  sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan kamil, dimana tujuan pendidikan karakter adalah meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah melalui pembentukan karakter peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Adapun nilai-nilai yang perlu dihayati dan diamalkan oleh guru saat mengajarkan mata  pelajaran  di sekolah adalah:  religius, jujur, toleran, disiplin, kerja keras, kerja cerdas,  kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,  menghargai prestasi, bersahabat/ komunikatif, cinta damai, senang membaca, peduli  sosial, peduli lingkungan, dan tanggung jawab. Penanaman nilai-nilai karakter juga dapat dilakukan melalui ekstra kurikuler.  Penanaman nilai-nilai karakter melalui kegiatan ekstra kurikuler meliputi:  pembiasaan  akhlak mulia, kegiatan Masa Orientasi Sekolah (MOS), kegiatan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), tata krama dan tata tertib kehidupan sosial sekolah, kepramukaan, upacara bendera, pendidikan pendahuluan bela negara, pendidikan berwawasan  kebangsaan, UKS, PMR, serta  pencegahan penyalahgunaaan narkoba.
Pengertian karakter menurut Hasanah (2009) merupakan standar-standar batin yang terimplementasi dalam berbagai bentuk kualitas diri. Menurut Megawangi (2010) istilah ini lebih fokus pada tindakan atau tingkah laku. Menurut Yudi Latifr (2009) yang dimaksud pendidikan karakter adalah suatu payung istilah yang menjelaskan berbagai aspek pengajaran dan pembelajaran bagi perkembangan personal.
Dalam pelaksanaanya, kegiatan dalam upaya melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler banyak sekali hambatan dan permasalahan yang harus dihadapi baik terhadap SDM, sarana dan dana, tingkat kepedulian orang tua dan masyarakat maupun petunjuk pelaksanaan ekstrakurikuler itu sendiri sehingga kegiatan ekstrakurikuler di sekolah tidak berjalan sebagaimana mestinya, apalagi saat ini siswa dituntut untuk belajar penuh pagi dan sore. Sehingga hendaknya selain unsur penilaian positif mengenai ekstrakurikuler itu sendiri, maka hendaklah menjadi suatu hal yang patut kita cermati sesuai dengan sedikit penjelasan berikut.
Dewasa ini ada sebuah kenyataan yang teramat pahit atau mungkin juga sebuah cobaan dan tantangan yang teramat berat, ketika semakin banyak jumlah remaja penyandang masalah sosial. Mereka terjebak kedalam perilaku yang menyimpang dan telah lutut dan menghambakan dirinya kepada tata nilai asing. Mereka  berpotensi untuk menimbulkan berbagai problema sosial dimasyarakat. Di samping itu secara internal terdapat pula ketidak siapan mental dan rohani pada sebagian remaja, sehingga mereka gagal untuk mempertahankan diri dari pengaruh negative yang menyesatkan.
Dari sini Pramuka berperan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan cara melaksanakan semua prinsip dasar yang sudah tertuang pada AD/ART.Sehingga, dengan begitu problema di masyarakat yang sebagian besar dialami,dan disebabkan oleh kaum muda dapat diminimalisir ataupun dimusnahkan agar tercipta masyarakat yang makmur dan terorganisir dengan baik. Serta terjaganya generasi muda dari ancaman-ancaman era globalisasi yang semakin besar memiliki ancaman untuk menjerumuskan generasi muda.

2.      Identifikasi Masalah
1.      Ekstrakurikuler pramuka sebagai wahana pembentukan karakter siswa.
2.      Keikutsertaan siswa dalam kegiatan pramuka di SD Negeri 01 Pekalongan.
3.      Penguasaan materi kepramukaan oleh pembina pramuka.

3.      Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini hanya membatasi pada masalah kegiatan ekstrakurikuler pramuka sebagai pembentukan karakter siswa di SD Negeri 01 Pekalongan.

4.      Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian-uraian sebagaimana dikemukakan pada latar belakang, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SD Negeri 01 Pekalongan ?
2.      Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat siswa dalam kegiatan ekstrakuriluker pramuka di SD Negeri 01 Pekalongan ?
3.      Seberapa besar efektifitas ekstrakurikuler pramuka dalam pembentukan karakter siswa ?

5.      Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah  sebagai berikut :
1.      Mengetahui pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SD Negeri 01 Pekalongan.
2.      Mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung dan menghambat siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SD Negeri 01 Pekalongan ?
3.      Mengetahui  efektifitas ekstrakurikuler pramuka dalam pembentukan karakter siswa.

6.      Luaran yang Diharapkan


D.    Kajian Pustaka
1.      Hakikat Ektrakurikuler
a.      Pengertian Ekstrakurikuler
b.      Fungsi Ekstrakurikuler
c.       Jenis Ekstrakurikuler
2.      Ekstrakurikuler Pramuka
a.      Pengertian Ekstrakurikuler Pramuka
b.      Prinsip Dasar Kepramukaan
c.       Metode Kepramukaan
3.      Hakikat Pendidikan Karakter
a.      Pengertian Pendidikan Karakter
b.      Strategi Pembentukan Karakter
c.       Dampak Pendidikan Karakter
4.      Ekstrakurikuler Pramuka sebagai Pembentukan Karakter
E.     Metode Penelitian
1.      Pendekatan Penelitian
Agar penelitian ini mendapatkan hasil yang baik, maka diperlukan data-data yang cukup. Dalam hal ini peneliti akan berusaha sedapat mungkin  untuk mendapatkan data yang akurat dari judul penelitian yang diambil,  penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah pendekatan sistematis dan subyektif yang digunakan untuk menjelaskan pengalaman hidup dan memberikan makna atasnya (Sudarwan, 2002 : 32)
2.      Populasi, sampel dan teknik sampling
Populasi dalam penelitian  ini adalah siswa SD Negeri 1 Pekalongan, sedangkan untuk mendapatkan sampel digunakan teknik Simple Random Sampling. Simple random sampling (Arikunto, 2006) adalah suatu pengambilan sampel dilakukan dengan “mencampur” subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subyek dianggap sama. Peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan (chance) dipilih menjadi sampel. Maka peneliti terlepas dari perasaan ingin mengistimewakan satu atau beberapa subjek untuk dijadikan sampel.Simple random sampling menurut Sugiyono (2010) dilakukan apabila anggota populasi dianggap homogen.
Menurut Arikunto (2010 : 177) menyebutkan bahwa untuk menentukan besarnya sampel peneliti harus melakukannya dengan berbagai pertimbangan, antara lain : keberagaman karakteristik, misalnya jenis kelamin, tingkat pendidikan, asal daerah, suku, agama atau kepercayaan, usia, dan lain-lain yang sekiranya terkait dengan variabel yang diteliti.
Teknik simple random sampling ini hanya mengambil kuota 20 anak di setiap kelas sehingga siswa yang diteliti secara keseluruhan berjumlah 108 siswa yang berasal dari kelas 3, 4 dan 5.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Simple random sampling (Arikunto, 2006) adalah suatu pengambilan sampel dilakukan dengan “mencampur” subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subyek dianggap sama. Peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan (chance) dipilih menjadi sampel. Maka peneliti terlepas dari perasaan ingin mengistimewakan satu atau beberapa subjek untuk dijadikan sampel.Simple random sampling menurut Sugiyono (2010) dilakukan apabila anggota populasi dianggap homogen.
      Teknik simple random sampling ini hanya mengambil kuota 20 anak di setiap kelas askselerasi sehingga siswa yang diteliti secara keseluruhan berjumlah 100 siswa yang berasal dari kelas akselerasi di 5 tingkatan.
3.      Waktu dan tempat penelitian
Peneliti mengambil lokasi penelitian di SD Negeri 1 Pekalongan Kota Pekalongan  dengan waktu Penelitian selama 1 bulan.
4.      Metode Pengumpulan Data dan Instrumen
1)      Pengembangan Spesifikasi
a.       Jenis Instrumen
ü  Metode Kuesioner/Angket
      Kuesioner/angket (Sugiyono, 2010: 199) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Angket sebaiknya berisi identitas responden supaya jawaban angket dapat dipertanggungjawabkan, namun kadang ada pula angket yang anonym atau tidak mencantumkan identitas responden. Angket anonym memang ada kebaikannya karena responden bebas mengemukakan pendapat. Tetapi, penggunaan angket anonym mempunyai beberapa kelemahan (Arikunto, 2006):
1.      Sukar ditelusuri apabila ada kekurangan pengisian yang disebabkan karena responden kurang memahami maksud item
2.      Tidak mungkin mengadakan analisis lebih lanjut apabila peneliti ingin memecah kelompok berdasarkan karakteristik yang diperlukan
Pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan angket tertutup dengan sasaran siswa. Tujuannya untuk mengetahui peran ekstrakurikuler Pramuka dalam pembentukan karakter siswa yang selama ini berlangsung di SD Negeri 1 Pekalongan yang meliputi kedisiplinan, tanggungjawab siswa dan sebagainya.
ü  Metode Interview/Wawancara
      Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report atau setidaknya pada pengetahuan atau keyakinan pribadi. Sutrisno Hadi (1986) (dalam Sugiyono, 2010) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode interview adalah:
1.      Bahwa responden adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri
2.      Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya
3.      Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti
      Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara yang terstruktur. Wawancara terstruktur (Sugiyono, 2010) digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternative jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan pengumpul data mencatatnya. Selain harus membawa instrument sebagai pedoman wawancara, maka pengumpul data dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder dan lain sebagainya.
Wawancara ditujukan kepada guru pembina Pramuka dan siswa yang bertujuan untuk mencari informasi pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Pramuka yang telah dilaksanakan di SD Negeri 1 Pekalongan.
ü  Observasi
Observasi menurut Arikunto (2010:199), adalah kegiatan mengobservasi yang dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan secara sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan kepada guru dan siswa. Tujuan pengamatan kepada guru adalah untuk mengetahui penguasaan materi kepramukaan oleh guru pembina, jadwal pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Pramuka, serta sarana dan prasaran pendukung kegiatan tersebut. Observasi kepada siswa diberikan untuk mengamati antusiasme mereka dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Pramuka.
ü  Dokumentasi
Dokumentasi yang dipergunakan oleh peneliti antara lain foto dan video kegiatan ekstrakurikuler Pramuka.
5.      Metode Analisis data
Metode analisis yang digunakan adalah metode Kualitatif, menurut  Payto dalam buku Moleong (2000 : 103), adalah proses mengatur urutan data,  mengorgnisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.  Pengelolaan data dalam penelitian ini dilakukan dengan enpat tahap, yaitu:
a.       Pengumpulan data.
Yaitu pencarian data yang diperlukan,yang dilakukan terhadap  berbagai jenis data dan berbagaia bentuk data yang ada pada lampangan  penelitian serta pencatatan didata lapangan.
b.      Reduksi data.
Menurut Mathew B Miles (1992 : 16), reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyerderhanaan dan  pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatyan tertulis dari lapangan.
c.       Sajian data atau display.
Menurut Mathew B Miles (1992 : 17), sajian data adalah kesimpulan  informasi tersusun memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
d.      Kesimpulan atau Verifikasi 
Penarikan kesimpulan hanyalah sebagai satu kegiatan dan  konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasikan  selama penelitian brelangsung (Miles,1992 : 19). Dalam penarikan kesimpulan ini didasarkan pada reduksi data dan sajian data yang merupakan jawaban atas masalah yang diangkat dalam penelitian. Tahap analisis data kualitatif di atas dapat dilihat pada gambar berikut ini :




Tidak ada komentar:

Posting Komentar