Sabtu, 01 Maret 2014

HAKIKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN



175px-Logo_Unnes (1)





HAKIKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Bahan Pelajaran SD
Dosen Pengampu: Drs. A. Zaenal Abidin, M.Pd
Disusun Oleh:

1.      Shintya Septiana                   1401410058
2.      Desilia Dwi A.                       1401410066
3.      Yosi Gumala
4.      Yoel
ROMBEL 5

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Hal ini dapat berlangsung apabila ada pemahaman tentang hakikat belajar dan pembelajaran yang baik.
Proses belajar pada hakikatnya juga merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat disaksikan. Manusia hanya mungkin dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak. Knight (1982: 82) menganjurkan lebih banyak kebebasan untuk berekspresi bagi peserta didik dan lingkungan yang lebih terbuka sehingga peserta didik dapat mengerahkan energinya dengan cara yang efektif.
Akan tetapi, tidak semua pendidik memahami tentang hakikat belajar dan pembelajaran sehingga peserta didik belum diberi kesempatan untuk menentukan harapan dan tujuan mereka. Perlu diketahui bahwa guru bukanlah satu-satunya orang yang paling tahu. Maka, pembelajaran harus berpusat pada peserta didik (child centered), tidak tergantung pada text book atau metode pengajaran tekstual.
Oleh karena itu, penulis sebagai calon pendidik di sekolah dasar perlu membahas tentang hakikat belajar dan pembelajaran agar calon pendidik memiliki pemahaman yang utuh sehingga nantinya mampu menciptakan peserta didik yang berkualitas.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1.     Bagaimanakah hakikat dan pengertian dari belajar?
2.     Bagaimanakah hakikat dan pengertian dari pembelajaran?
3.    Apa sajakah komponen-komponen pembelajaran?

C.      Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang dapat dirumuskan dalam pembuatan makalah ini antara lain untuk mengetahui:
1.    Hakikat belajar
2.    Hakikat pembelajaran
3.    Komponen-komponen pembelajaran

D.      Manfaat Penulisan
Harapan yang ingin diwujudkan dalam makalah ini tercakup secara teoretis dan secara praktis yang meliputi:
1.      Secara teoretis
Makalah ini diharapkan berguna untuk memberikan sumbangan terhadap usaha peningkatan dan pengembangan mutu pendidikan.
2.      Secara praktis
Tujuan praktis dari makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang tentang hakikat belajar dan pembelajaran sebagai bekal calon guru SD kelak.













PEMBAHASAN

A.    Hakikat Belajar
Belajar adalah suatu aktivitas yang disengaja dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri.
Menurut Gagne (1984), bahwa belajar adalah suatu proses di mana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman (dalam Winataputra dkk, 1997, 2.3). Dari pengertian tersebut terdapat tiga unsur pokok dalam belajar, yaitu: proses, perubahan perilaku dan pengalaman.
1.      Proses
Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan. Seorang dikatakan belajar apabila pikiran dan perasaanya aktif. Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat diamati orang lain, akan tetapi dirasakan oleh yang bersangkutan sendiri. Guru tidak dapat melihat aktivitas pikiran dan perasaan siswa. Guru melihat dari kegiatan siswa sebagai akibat adanya aktivitas pikiran dan perasaan siswa, contohnya: siswa bertanya, menanggapi, menjawab pertanyaan guru, diskusi, memecahkan soal matematika, melaporkan hasil kerja, membuat rangkuman, dan sebagainya. Itu semua adalah gejala yang nampak dari aktivitas mental dan emosional siswa. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan manifestasi dari adanya aktivitas mental (berpikir dan merasakan). Belajar tidak hanya dengan mendengarkan penjelaskan guru saja (tidak harus ada yang mengajar), karena belajar dapat dilakukan siswa dengan berbagai macam cara dan kegiatan, asal terjadi interaksi antara individu dengan lingkungannya . Misalnya dengan mengamati demonstrasi guru, mencoba sendiri, mendiskusikan dengan teman, melakukan eksperimen, memecahkan persoalan, mengerjakan soal, membaca sendiri dan sebagainya. Belajar hendaknya melakukan aktivitas mental pada kadar yang tinggi. Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat. (Sadiman, 1986;1)
2.      Perubahan Perilaku
Hasil belajar akan nampak pada perubahan perilaku individu yang belajar. Seseorang yang belajar akan mengalami perubahan perilaku sebagai akibat kegiatan belajarnya. Pengetahuan dan keterampilanya bertambah, dan penguasaan nilai-nilai dan sikapnya bertambah pula.
Menurut para ahli psikologi tidak semua perubahan perilaku sebagai hasil belajar. Perubaha perilaku karena factor kematangan, karena lupa, karena minum minuman keras bukan termasuk sebagai hasil belajar, karena bukan perubahan dari hasil pengalaman (berinteraksi dengan lingkungan), dan tidak terjadi proses mental emosional dalam beraktivitas.
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar diklasifikasikan menjadi tiga domain yaitu: Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik. Domain kognitif meliputi perilaku daya cipta, yaitu berkaitan dengan kemampuan intelektual manusia, antara lain: kemampuan mengingat (knowledge), memahami (comprehension), menerapkan (application), menganalisis (analysis), mensintesis (synthesis), dan mengevaluasi (evaluation). Domain afektif berkaitan dengan perilaku daya rasa atau emosional manusia, yaitu kemampuan menguasai nilai-nilai yang dapat membentuk sikap seseorang. Domain psikomotorik berkaitan dengan perilaku dalam bentuk keterampilan-keterampilan motorik (gerakan pisik).
Pada Pembelajaran perubahan perilaku sebagai hasil belajar yang ingin dicapai ini dapat dirumuskan dalam bentuk tujuan pembelajaran atau rumusan kompetensi yang ingin dicapai dengan segala indikatornya. Contoh rumusan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran: “Siswa dapat mengubah pecahan biasa ke dalam bentuk pecahan decimal dan mengurutkannya” Kata dapat mengubah merupakan perilaku hasil belajar yang akan dicapai dalam pembelajaran.
3.      Pengalaman
Belajar adalah mengalami, dalam arti bahwa belajar terjadi karena individu berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan pisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan pisik adalah lingkungan di sekitar individu baik dalam bentuk alam sekitar (natural) maupun dalam bentuk hasil ciptaan manusia (cultural). Macam-macam lingkungan pisik yang bersifat natural antara lain pantai, hutan, sungai, udara, air, dan sebagainya. Bersifat cultural adalah buku, media pembelajaran, gedung sekolah, perabot sekolah, dan sebagainya. Adapun lingkungan sosial siswa diantaranya guru, orang tua, pustakawan, pemuka masyarakat, kepala sekolah, dsb.
Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang merangsang dan menantang siswa untuk belajar. Guru yang mengajar tanpa menggunakan alat peraga tentu kurang merangsang / menantang siswa untuk belajar. Apalagi bagi siswa SD yang perkembagan intelektualnya masih mebutuhkan alat peraga. Semua lingkungan yang diperlukan untuk belajar siswa ini didesain secara integral akan menjadi bahan belajar dan pembelajaran yang efektif.
Belajar merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat pelbagai unsur yang saling terkait sehingga menghasilkan perubahan perilaku (Gagne, 1997: 4). Beberapa unsur yang dimaksud adalah:
1.      Peserta didik
2.      Rangsangan (stimulus)
3.      Memori
4.      Respon.
Kegiatan belajar akan terjadi pada diri peserta didik apabila terdapat interaksi antara stimulus dengan isi memori, sehingga perilaku berubah dari waktu sebelum dan setelah adanya stimulus tersebut. Apabila terjadi perubahan perilaku, maka perubahan perilaku itu menjadi indikator bahwa peserta didik telah melakukan kegiatan belajar.
Belajar dapat dilakukan melalui pengalaman langsung maupun pengalaman tidak langsung. Siswa yang melakukan eksperimen adalah contoh belajar dengan pengalaman langsung. Sedang siswa belajar dengan mendengarkan penjelasan guru atau membaca buku adalah contoh belajar melalui pengalaman tidak langsung.
Agar kegiatan belajar mencapai hasil yang maksimal, ada hal penting yang harus diperhatikan dan diupayakan. Hal penting ini merupakan pedoman atau ketentuan yang harus dijadikan pegangan dalam pelaksanaan kegiatan belajar kita sebut sebagai prinsip-prinsip belajar. Prinsip belajar inilah yang dapat menentukan proses dan hasil belajar.
a.       Prinsip Motivasi
Motivasi merupakan motor penggerak untuk melaksakan kegiatan belajar. Motivasi berkaitan erat dengan tujuan belajar, artinya apabila siswa menyadari bahwa tujuan belajar yang akan dicapai merupakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, dan belajar merupakan kebutuhan pokok yang harus dilakukan , sehingga siswa akan terdorong untuk melaksanakan dengan sungguh-sungguh dalam belajar. Motivasi dapat muncul dari dalam diri yang belajar (motivasi intrinsik), dan muncul dari luar diri yang belajar (motivasi ekstrinsik). Agar siswa dapat belajar secara optimal, maka guru harus menggunakan strategi pembelajaran yang mampu menumbuhkan motivasi ekstrinsik yang mampu menumbuhkan motivasi intrinsik.
b.      Prinsip Perhatian
Perhatian erat kaitannya dengan motivasi, bahkan tidak dapat dipisahkan. Karena motivasi akan menentukan perhatian individu yang belajar dengan berusaha memfokuskan/memusatkan perhatian pada objek yang dipelajari. Makin terpusat perhatian pada objek yang dipelajari, maka akan semakin baik proses dan hasil belajarnya. Dalam pembelajaran banyak cara untuk menarik perhatian siswa yang belajar, oleh sebab itu guru harus terampil menampilkan teknik-teknik pembelajaran yang menarik perhatian. Misalnya guru berusaha mengaitkan pelajaran yang dipelajari dengan kebutuhan nyata siswa. Guru menggunakan metode, alat peraga, media, bahan pembelajaran yang bervariasi dalam pembelajaran, dsb.
c.       Prinsip Aktivitas
Belajar adalah suatu aktivitas, tetapi tidak semua aktivitas adalah belajar. Sudah diuraikan di depan bahwa aktivitas yang disebut belajar adalah aktivitas mental dan emosional dalam upaya terbentuknya perubahan perilaku yang lebih maju, dari tidak paham menjadi paham, dari tdak terampil manjadi terampil, dan dari tidak sopan menjadi sopan, dan sebagainya. Untuk meningkatkan aktivitas dalam belajar guru harus merancang aktivitas belajar siswa secara mantap.
d.      Prinsip Umpan balik
Setiap akhir pembelajaran siswa selalu ingin mengetahui hasil belajarnya, karena dengan mengetahui hasil belajar tersebut siswa dapat menentukan sikap dan aktivitas belajar selanjutnya, apakah harus mengulang belajar atau dapat melanjutkan belajar materi berikutnya. Contoh umpan balik yang diberikan kepada siswa:
- Guru hanya mengatakan “pekerjaanmu salah”
- Guru mengatakan “pekerjaanmu salah pada bagian ini…”
- Guru mengatakan “pekerjaanmu salah pada bagian ini..” kemudian menunjukkan mengapa siswa salah, dan siswa diminta mengulang memahami materi dan melakukan perbaikan.
Di samping itu bagi guru yang mengajar, umpan balik dapat menjadi barometer baik tidaknya/berhasil tidaknya program pembelajaran yang telah dilaksanakan. Bila masih belum berhasil, harus segera dicari penyebab ketidak berhasilan, mengapa tidak berhasil, bagian mana yang salah, serta bagaimana seharusnya program pembelajaran yang harus dilakukan.
e.       Prinsip Perbedaan Individual
Belajar merupakan pekerjaan individu yang tidak dapat diwakilkan kepada orang lain. Tanpa aktivitas belajar yang dilakukan sendiri, maka sesorang tidak akan memperoleh kemampuan yang diharapkan. Jadi belajar sebagai proses mental dan emosional merupakan aktivitas individual. Meskipun guru mengajar siswa secara klasikal, akan tetapi hakekatnya guru mengajar keragaman individual dalam satu kelas. Ada siswa yang bertipe auditif, visualistis, audio-visualistis, ada siswa irama belajarnya cepat (cerdas), sedang, dan lambat belajar. Untuk itu perlakuan yang disampaikan guru kepada siswa hendaknya menyesuaikan keragaman tersebut. Misalnya, dalam pembelajaran guru menggunakan metode mengajar/media yang bervariasi, guru mengelompokkan siswa sesuai karakteristik siswa dalam kerja kelompok, guru menyiapkan berbagai bahan pembelajaran/media pembelajaran sesuai karakteristik belajar siswa, dan sebagainya. Atas dasar konsep belajar tersebut di atas, maka pembelajaran yang dilakukan guru hendaknya dipersiapkan secara matang. Persiapan yang dilakukan guru tidak sekedar membuat satuan acara pembelajaran saja, akan tetapi komponen-komponen pendukung pembelajaran harus dipersiapkan dan dikembangkan, diantaranya adalah komponen bahan pembelajarannya.


B.     Hakikat Pembelajaran
Istilah pembelajaran merupakan perkembangan dari istilah pengajaran, dan istilah belajar-mengajar yang dapat kita perdebatkan, atau kita abaikan saja yang peting makna dari ketiganya. Pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang (guru atau yang lain) untuk membelajarkan siswa yang belajar. Pada pendidikan formal (sekolah), pembelajaran merupakan tugas yang dibebankan kepada guru, karena guru merupakan tenaga professional yang dipersiapkan untuk itu.
Pembelajaran di sekolah semakin berkembang, dari pengajaran yang bersifat tradisional sampai pembelajaran dengan sistem modern. Kegiatan pembelajaran bukan lagi sekedar kegiatan mengajar (pengajaran) yang mengabaikan kegiatan belajar, yaitu sekedar menyiapkan pengajaran dan melaksaakan prosedur mengajar dalam pembelajaran tatap muka. Akan tetapi kegiatan pembelajaran lebih kompleks lagi dan dilaksanakan dengan pola-pola pembelajaran yang bervariasi.
Menurut Mudhofir (1987; 30) pada garis besarnya ada empat pola pembelajaran. Pertama, pola pembelajaran guru dengan siswa tanpa menggunakan alat bantu/bahan pembelajaran dalam bentuk alat peraga. Pola pembelajaran ini sangat tergantung pada kemampuan guru dalam mengingat bahan pembelajaran dan menyampaikan bahan tersebut secara lisan kepada siswa. Kedua, pola (guru + alat Bantu) dengan siswa. Pada Pola pembelajaran ini guru sudah dibantu oleh berbagai bahan pembelajaran yang disebut alat peraga pembelajaran dalam menjelaskan dan meragakan suatu pesan yang bersifat abstrak. Ketiga pola (guru) + (media) dengan siswa. Pola pembelajaran ini sudah mempertimbangkan keterbatasan guru, yang tidak mungkin menjadi satu-satunya sumber belajar. Guru dapat memanfaatkan berbagai media pembelajaran sebagai sumber belajar yang dapat menggantikan guru dalam pembelajaran. Jadi pola ini pola pembelajaran bergantian antara guru dan media dalam berinteraksi dengan siswa. Konsekuensi pola pembelajaran ini adalah harus disiapkan bahan pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Dan keempat, pola media dengan siswa atau pola pembelajaran jarak jauh menggunakan media atau bahan pembelajaran yang disiapkan.
Berdasarkan pola-pola pembelajaran tersebut di atas maka membelajarkan itu tidak hanya sekedar mengajar (seperti pola satu), karena membelajarkan yang berhasil harus memberikan banyak perlakuan kepada siswa. Peran guru dalam pembelajaran lebih dari sekedar sebagai pengajar (informator) belaka, akan tetapi guru harus memiliki multi peran dalam pembelajaran. Dan agar pola pembelajaran yang diterapkan juga dapat bervariasi, maka bahan pembelajarannya harus dipersiapkan secara bervariasi juga.
Menurut Adams & Dickey (dalam Oemar Hamalik, 2005: 123-126), peran guru sesungguhnya sangat luas, meliputi:
1.      Guru sebagai pengajar (teacher as instructor)
2.      Guru sebagai pembimbing (teacher as counselor)
3.      Guru sebagai ilmuwan (teacher as scientist)
4.      Guru sebagai pribadi (teacher as person)
Bahkan dalam arti luas, di mana sekolah berubah fungsi menjadi penghubung antara ilmu/teknologi dengan masyarakat, dan sekolah lebih aktif ikut dalam pembangunan, maka peran guru menjadi lebih luas. Dalam kaitannya dengan aktivitas belajar sebagai proses mental dan emosional siswa dalam mencapai kemajuan, maka guru hendaknya berperan dalam memfasilitasi agar terjadi proses mental emosional siswa tersebut sehingga dapat dicapai kemajuan tersebut. Guru harus berperan sebagai motor penggerak terjadinya aktivitas belajar dengan cara memotivasi siswa (motivator), memfasilitasi belajar (fasilitator), mengorganisasi kelas (organisator), mengembangkan bahan pembelajaran (developer, desainer), menilai program-proses-hasil pembelajaran (evaluator), memonitor aktivitas siswa (monitor), dsb.

C.    Komponen – Komponen Pembelajaran
Pembelajaran (instruction) adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa. Secara konseptual Pembelajaran merupakan suatu system. pembelajaran sebagai sistem di dalamnya merupakan perpaduan beberapa komponen pembelajaran, di mana komponen satu dengan yang lain dimanipulasikan agar terjadi saling berhubungan, saling melengkapi dan saling bekerjasama dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran/kompetensi yang telah dirumuskan. Meskipun masing-masing komponen pembelajaran memiliki fungsi atau peran yang berbeda, tetapi dengan perpaduan antar komponen tersebut dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih sistematis dan berbasil. Misalnya, komponen guru harus dapat berinteraksi dengan komponen siswa. Komponen materi/isi pelajaran harus dapat terintegrasi dengan komponen media pembelajaran dan disusunlah dalam bentuk bahan pembelajaran yang mantap, komponen metode dan media harus terintegrasi secara serasi, dan sebagainya.
Menurut Hamalik (2005; 77) ada tujuh komponen dalam pembelajaran di mana satu dengan yang lain saling terintegrasi, yaitu:
1. Tujuan pendidikan dan pengajaran
2. Peserta didik atau siswa
3. Tenaga pendidikan khususnya guru
4. Perencanaan pengajaran sebagai segmen kurikulum
5. Strategi pembelajaran
6. Media pengajaran
7. Evaluasi pengajaran.
Berdasarkan komponen yang dikemukakan Hamalik tersebut, dapat dijelaskan bahwa komponen pembelajaran meliputi komponen tujuan, siswa, guru, materi pelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Berikut akan dibahas masing-masing komponen tersebut.
1)      Komponen Tujuan Pembelajaran
Semua aktivitas memiliki suatu tujuan, termasuk aktivitas pembelajaran. Pembelajaran sebagai suatu aktivitas memiliki tujuan yang pasti. Tujuan pembelajaran berperan sebagai arah dan target pencapaian dari suatu kegiatan pembelajaran. Rumusan tujuan pembelajaran memuat kompetensi yang harus dikuasai siswa setelah mengikuti pembelajaran, baik kompetensi kognitif, afektif dan psikomotorik. Tujuan pembelajaran merupakan komponen utama yang harus terlebih dahulu dirumuskan sebelum menentukan komponen pembelajaran yang lain.
Tujuan pembelajaran sebagai sasaran dari aktivitas pembelajaran rumusannya memuat rumusan tentang tingkah laku baik yang berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap siswa yang hendak dibentuk melalui proses pembelajaran. Secara hirarkhi tujuan pembelajaran dijabarkan dari tujuan pendidikan yang lebih umum ke tujuan yang lebih khusus.
a.       Tujuan Pendidikan Nasional
b.      Tujuan Institusional
c.       Tujuan Kurikuler
d.      Tujuan Instruksional (Pembelajaran) Umum
e.       Tujuan Instruksional (Pembelajaran) Khusus
Dewasa ini tujuan pembelajaran lebih diartikan sebagai kemampuan (kompetensi) atau perilaku hasil belajar yang diharapkan dimiliki siswa setelah menempuh proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk rumusan kemampuan yang harus dimiliki siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Sehingga secara hirarkhi tujuan pembelajaran dijabarkan sebagai berikut:
a.       Standar kompetensi dari suatu mata pelajaran, artinya bahwa setiap mata pelajaran mempunyai visi dan misi untuk mengembangkan kompetensi tertentu.
b.      Kompetensi dasar yang yang harus dimiliki siswa dari mempelajari suatu mata pelajaran adalah kemampuan-kemampuan yang terbentuk setelah mempelajari pokok-pokok materi dalam proses pembelajaran
c.       Indikator pencapaian adalah ukuran-ukuran dari suatu kompetensi yang lebih operasional dan terukur.
2)      Komponen Siswa
Siswa merupakan komponen pembelajaran yang terpenting, karena komponen siswa sebagai pelaku belajar dalam proses pembelajaran. Aspek penting dari komponen siswa yang harus diperhatikan dalam pembelajaran adalah karakteristiknya.
Siswa adalah individu yang unik dan memiliki sifat individu yang berbeda antara siswa satu dengan yang lain. Dalam satu kelas tidak ada siswa yang memiliki karakteristik sama persis, baik kecerdasan, emosi, kebiasaan belajar, kecepatan belajar, dan sebagainya. Hal ini menghendaki pembelajaran yang lebih berorientasi pada siswa (student centred), yaitu pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik siswa secara individual. Misalnya, pembelajaran yang menyediakan bahan pembelajaran yang bersifat alternative dan bervariasi, sehingga siswa dapat memilih bahan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik (minat dan bakat) yang dimiliki.
Di samping itu siswa memiliki tipe belajar yang berbeda, ada yang bertipe visual, auditif, audio-visualistis, dan sebagainya. Berdasarkan tipe belajar siswa ini, maka dalam pembelajaran guru seharusnya menyiapkan/menyediakan bahan pembelajaran yang bersifat alternative dan variatif untuk melayani perbedaan tipe belajar siswa tersebut.
3)      Komponen Guru
Guru merupakan komponen pembelajaran yang berperan sebagai pelaksana dan penggerak kegiatan pembelajaran. Agar kegiatan pembelajaran berlangsung dan berhasil dengan sukses, maka guru harus merancang pembelajaran secara baik, dalam arti dengan mempertimbangkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, karakteristik siswa, guru merumuskan tujuan, menetapkan materi, memilih metode dan media, dan evaluasi pembelajaan yang tepat dalam rancangan pembelajarannya.
Dalam pelaksanaan pembelajaran guru harus berperan ganda, dalam arti guru tidak hanya sebagai pengajar (informatory) saja, akan tetapi harus mampu menjadi programmer pembelajaran, motivator belajar, fasilitator pembelajaran, organisator, konduktor, actor, dan peran-peran lain yang dibutuhkan oleh siswa dalam pembelajaran. Meskipun guru bukan satu-satunya sumber belajar, tetapi tugas, peranan dan fungsi guru dalam pembelajaran sangatlah penting dan berperan sentral. Karena gurulah yang harus menyiapkan program pembelajaran, bahan pembelajaran, sarana pembelajaran dan evaluasi pembelajaran bagi para siswanya.
Profesi guru sebagai pelimpahan dari tugas orang tua yang tidak mampu lagi memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap tertentu kepada anak. Apalagi dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, perkembangan masyarakat dan budaya pada umumnya, maka berkembang pula tugas dan peranan guru. Guru sebagai salah satu sumber belajar memang dapat berperan banyak, seperti tersebut pada alinea di atas. Dalam kaitan dengan peran tersebut guru sudah semestinya dapat menyiapkan sumber-sumber belajar lain yang dibutuhkan siswa dalam rangka menguasai materi pembelajaran yang ditargetkan dalam kurikulum.
4)      Komponen Materi Pelajaran
Materi pelajaran merupakan komponen isi pesan dalam kurikulum yang harus disampaikan kepada siswa. Komponen ini memiliki bentuk pesan yang beragam, ada yang berbentuk fakta, konsep, prinsip/kaidah, prosedur, problema, dan sebagainya. Komponen ini berperan sebagai isi atau materi yang harus dikuasai siswa dalam proses pembelajaran.
Skop dan sekuen materi pelajaran telah tersusun secara sistematis dalam struktur organisasi kurikulum sekolah. Karena sifat materi kurikulum yang berbentuk standar isi,  maka dalam pelaksanaan pembelajaran, materi pelajaran harus dikembangkan terlebih dahulu dengan cara melengkapinya dengan bahan pembelajaran yang utuh. Selain itu, setiap pembelajaran akan dilaksanakan, hendaknya guru memahami karakteristik isi pesan pembelajaran yang akan disampaikan, agar tidak salah dalam memilih strategi pembelajarannya, interaksi pembelajaran, pengelolaan kelas, pemilihan bahan pembelajaran dan media pembelajaran, serta alat evaluasinya.
Menentukan media pembelajaran untuk materi pelajaran yang bersifat fakta, konsep, dan prosedur agar  guru memahami betapa karakteristik materi mempengaruhi penetapan media pembelajarannya. Untuk materi yang bersifat fakta, pembelajarannya lebih tepat menggunakan media nyata. Untuk materi bersifat konsep dapat digunakan media audio, visual atau audiovisual. Sedang untuk materi yang bersifat prosedural, akan lebih tepat menggunakan metode dan media yang didemonstrasikan.
5)      Komponen Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah komponen cara pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru dalam menyampaikan pesan/materi pembelajaran agar mencapai tujuan pembelajaran. Berbagai metode pembelajaran dapat digunakan oleh guru, baik metode ceramah, tanya-jawab, diskusi, demonstrasi, eksperimen, pemberian tugas, inkuiry, problem solving, kerja kelompok, karyawisata, resitasi dsb. Metode pembelajaran berperan sebagai cara dan prosedur dari kegiatan pembelajaran.
Setiap metode mengajar selalu memberikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru. Sebelum pembelajaran dilaksanakan, guru sebaiknya memilih metode pembelajaran yang tepat. Artinya metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, materi pelajaran, karakteristik siswa, dan ketersediaan fasilitas pendukungnya, dan ketersediaan waktu.
Pertimbangan yang terpenting dalam memilih metode pembelajaran adalah metode harus mampu mengaktifkan siswa, dalam arti megaktifkan mental emosional siswa dalam proses pembelajaran. Karena pembelajaran yang membelajarkan adalah pembelajaran yang mengaktifkan faktor internal siswa (mental emosional) dalam belajar.
Metode pembelajaran dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu kelompok metode yang bersifat monologis, dialogis dan kreatif. Kelompok pertama adalah metode-metode yang bersifat monologis, yaitu metode-metode pembelajaran yang lebih menekankan aktivitas guru dalam pembelajaran atau metode satu arah (one way communication), dan guru pemegang peranan utama, sedangkan siswa bersifat pasif (mendengar dan memperhatikan). Kelompok kedua adalah metode – metode yang bersifat dialogis, yaitu metode-metode pembelajaran yang menekankan komunikasi/interaksi dua arah (two way communication), di mana aktivitas guru dan siswa seimbang (sama-sama aktif). Sedang kelompok ketiga adalah metode-metode yang bersifat kreatif, yaitu metode-metode pembelajaran yang lebih menekankan aktivitas siswa. Metode-metode kelompok ketiga ini dimaksudkan agar sifat kreatif siswa terbentuk, sementara guru berperan sebagai fasilitator dan organisator pembelajaran.
6)     Komponen Media Pembelajaran
Pembelajaran pada hakekatnya merupakan aktivitas komunikasi antara guru dengan siswa, meskipun tidak semua pembelajaran melalui komunikasi/interaksi dengan guru (lihat pola-pola pembelajaran). Dari pola-pola pembelajaran dapat diketahui bahwa pada dasarnya ada dua bentuk pembelajaran yang sering dilakukan, yaitu pembelajaran tatap muka dan pembelajaran sistem jarak jauh atau pembelajaran dengan media/bahan pembelajaran.
Dalam aktivitas pembelajaran tatap muka, kehadiran guru merupakan syarat mutlak yang tidak dapat diabaikan, karena guru merupakan komponen penting dalam aktivitas pembelajaran. Guru memiliki banyak peran dalam pembelajaran tatap muka, termasuk diantaranya guru sebagai informatory harus berusaha menginformasikan materi/pesan pembelajaran secara jelas dan mudah diterima oleh siswa. Ini berarti guru harus menyiapkan bahan pembelajaran seperti alat peraga dan media pembelajaran yang dapat membantunya dalam menyajikan pesan pembelajaran dengan media (alat perantara penyampaian pesan) ini pembelajaran menjadi efektif dan efisien. Beberapa fungsi dari media pembelajaran dalam proses komunikasi pembelajaran diantaranya sebagai berikut:
a.       Berperan sebagai komponen yang membantu mempermudah/memperjelas materi atau pesan pembelajaran dalam proses pembelajaran.
b.      Membuat pembelajaran menjadi lebih menarik
c.       Membuat pembelajaran lebih realistis/objektif
d.      Menjangkau sasaran yang luas
e.       Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu, karena dapat meampilkan pesan yang berada di luar ruang kelas dan dapat menampilkan informasi yang terjadi pada masa lalu, mungkin juga masa yang akan datang.
f.       Mangatasi informasi yang bersifat membahayakan, gerakan rumit, objek yang sangat besar dan sangat kecil, semua dapat disajikan menggunakan media yang telah dimodifikasi
g.      Menghilangkan verbalisme yang hanya bersifat kata-kata.
Dalam pembelajaran jarak jauh, media pembelajaran dapat diujudkan dalam bentuk bahan pembelajaran yang dipersiapkan/didesain untuk belajar mandiri seperti: modul (bahan ajar cetak), radio/audio pembelajaran, televisi pembelajaran, CD / video pembelajaran, dan e-learning lewat web-based/internet. Khusus media sebagai bahan pembelajaran, dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu bahan pembelajaran yang didesain dengan tidak menggunakan komponen pembelajaran lengkap dan dengan menggunakan komponen pembelajaran lengkap. Menurut Edgar Dale dalam Kerucut Pengalaman (the cone of experience)nya mengklasifikasikan media pembelajaran dalam beberapa macam, dari yang paling konkrit sampai yang paling abstrak sebagai berikut.
a.       Media pembelajaran dalam bentuk pengalaman langsung
b.      Media pembelajaran dalam bentuk pengalaman tiruan atau model
c.       Media pembelajaran dalam bentuk pengalaman yang didramatisasikan
d.      Media pembelajaran dalam bentuk pengalaman yang didemonstrasikan
e.       Media pembelajaran dalam bentuk karyawisata
f.       Media pembelajaran melalui pameran
g.      Media pembelajaran audio-visual
h.      Media pembelajaran audio saja atau visual saja
i.        Media pembelajaran dalam bentuk lambang visual
j.        Media pembelajaran dalam bentuk lambang verbal (Komponen bahan pembelajaran ini akan menjadi bahasan utama pada unit-unit selanjutnya).
7)      Komponen Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran merupakan komponen yang berperan untuk menetapkan keberhasilan dan kegagalan aktivitas pembelajaran. Ada tiga bentuk evaluasi dalam pembelajaran. Pertama, evaluasi program pembelajaran yaitu evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui seberapa kualitas program pembelajaran yang telah dirancang dan dilaksanakan. Dari evaluasi program inilah akan diketahui komponen pembelajaran mana yang perlu mendapat perhatian khusus karena tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Jadi dengan evaluasi program pembelajaran akan diperoleh tiga kemungkinan rekomendasi, yaitu: program pembelajaran tidak baik dan tidak boleh digunakan/dilaksanakan, program pembelajaran dapat digunakan/dilaksanakan tapi harus direvisi terlebih dahulu, dan program pembelajaran yang baik dan siap/dapat digunakan/dilaksanakan.
Kedua, evaluasi proses pembelajaran yaitu, evaluasi yang dirancang untuk mengamati proses pembelajaran sedang berlangsung. Artinya, dengan evaluasi proses dapat diketahui bagaimana aktivitas siswa selama pembelajaran, aktivitas guru selama pembelajaran berlangsung, bagaimana keterampilan guru dalam membuka sampai dengan menutup pembelajaran.
Evaluasi Ketiga, evaluasi hasil belajar, yaitu evaluasi yang dirancang untuk mengetahui hasil pembelajaran dalam bentuk hasil/prestasi belajar siswa. Hasil belajar akan nampak pada tingkat penguasaan siswa terhadap kompetensi dan pengalaman belajar yang dipelajari selama proses pembelajaran. Dengan evaluasi hasil belajar dapat ditetapkan boleh/tidaknya siswa melanjutkan belajar ke tingkat pembelajaran selanjutnya atau harus mengulang. Jadi dari komponen evaluasi pembelajaran dapat diperoleh suatu rekomendasi / kebijakan / keputusan pembelajaran. Baik kebijakan tentang program pembelajaran, proses pembelajaran, maupun hasil pembelajaran. Memang ketiga bentuk evaluasi ini tidak dapat dipisahkan, karena satu sama lain saling berkaitan. Contoh, dari evaluasi hasil belajar, dapat dilacak kualitas program pembelajaran dan proses pembelajarannya. Dari evaluasi program, dapat diprediksi bagaimana proses dan hasil pembelajaran. Dan dari evaluasi proses dapat dilacak kualitas program pembelajaran, dan diprediksi hasil pembelajarannya.
























PENUTUP

A.      Simpulan
Belajar merupakan kebutuhan setiap individu dalam upaya mengembangkan potensi kemanusiaannya. Belajar sebagai usaha sadar yang dilakukan individu untuk merubah diri menjadi lebih maju melalui pengalaman. Dan belajar merupakan proses mental emosional yang terjadi pada diri individu dalam berinteraksi dengan ligkungannya (pengalaman). Ada tiga unsur penting dalam kegiatan belajar, yaitu: Prinsip motivasi, prinsip perhatian, prinsip aktivitas, prinsip umpan balik, dan prinsip perbedaan individu.
Pembelajaran sebagai upaya terjadinya aktivitas belajar, hendakya dipersiapkan secara matang, dengan memperhatikan kelengkapan komponen pendukung pembelajaran yang membelajarkan. Guru harus berperan sebagai motor penggerak terjadinya aktivitas belajar dengan cara memotivasi siswa, memfasilitasi belajar, mengorganisasi kelas, mengembangkan bahan pembelajaran, menilai program-proses-hasil pembelajaran, memonitor aktivitas siswa, dsb.
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas beberapa komponen yang saling berhubungan satu sama lain. Komponen pembelajaran meliputi komponen tujuan pembelajaran, siswa, guru, materi pelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.
Komponen tujuan pembelajaran sebagai arah pencapaian aktivitas pembelajaran, komponen siswa sebagai individu yang belajar, komponen guru sebagai penggerak terjadinya proses pembelajaran, komponen materi pelajaran sebagai isi/materi yang disajikan dalam proses pembelajaran yang akan dipelajari, komponen metode merupakan cara dan prosedur yang harus dilakukan dalam pembelajaran, komponen media pembelajaran merupakan faktor penjelas dan perantara dalam komunikasi pembelajaran, dan komponen evaluasi adalah faktor yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan/kegagalan kegiatan pembelajaran.
Komponen bahan pembelajaran yang didesain dengan komponen lengkap dipersiapkan untuk belajar mandiri, sedangkan bahan pembelajaran yang didesain dengan komponen tidak lengkap lebih berperan sebagai alat bantu pembelajaran untuk melengkapi/perantara kegiatan pembelajaran/komunikasi.

B.       Saran
Sebagai calon guru Sekolah Dasar, hendaknya perlu memahami pentingnya pemahaman hakikat belajar dan pembelajaran serta komponen-komponen pembelajaran  dengan baik untuk menghindari kesalahan dalam kegiatan belajar dan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Dasar kelak.










                                                                                                       







DAFTAR PUSTAKA

Poerwanti Endang. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Rifai, Ahmad dan Anni, Catharina Tri. 2010. Psikologi Pendidikan. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Siddiq, Jauhar dkk. 2008.  Pengembangan Bahan Pelajaran SD. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Sungkono dkk. 2003. Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Naila, Acif. 2012. “Hakikat Belajar dan Pembelajaran”, (Online) http://akifanaila.blogspot.com/2012/02/hakikat-belajar-dan-pembelajaran.html di akses pada 12/03/2013 4:17:09 PM).
Alamsyah. 2011. “Hakikat Belajar dan Pembelajaran”, (Online) http://alamjhie.wordpress.com/2011/11/19/makalah-hakekat-belajar-dan-pembelajaran/ di akses pada 12/03/2013 4:25:07 PM).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar