Rabu, 20 Agustus 2014

Motivasi dan faktor Pendukung Mulok (Muatan Lokal)





MOTIVASI DAN KEMAUAN SERTA FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM KURIKULUM MUATAN LOKAL
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi  tugas individu mata kuliah pengembangan kurikulum muatan lokal
Dosen Pengampu : Drs. Purnomo, M. Pd

Disusun Oleh:
Nama Muin Arifah
NIM 1401410203
Rombel 02

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Keberhasilan suatu proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh faktor-faktor pendukungnya.Dalam bab ini akan memperjelas beberapa faktor yang sangat penting untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan muatan lokal. Walaupun pada bab-bab sebelumnya juga telah diuraikan faktor-faktor itu, namun uraian berikut ini mencoba menyusunnya secara sistematis.
Khususnya faktor guru, yang paling penting sebenarnya bukanlah karena ia pernah ikut penataran muatan lokal, melainkan motivasi dan kemauan yang sungguh-sungguh dari guru.Inilah kunci keberhasilan pelaksanaan muatan lokal. Bagaimana motivasi dan kemauan guru tetap kuat, tahan banting, mau mencoba terus inilah faktor yang sulit dideteksi. Seringkali orang beralasan, gaji guru yang kurang, hidupnya pas-pasan, bagaimana mungkin guru itu memiliki motivasi dan kemauan yang kuat. Padahal dalam muatan lokal inilah peluang guru untuk dapat memperbaiki kesejahteraannya bila dilakukan sungguh-sungguh tanpa mengenal putus asa.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa sajakah faktor-faktor yang memotivasi dan kemauan dalam muatan lokal?
2.      Apa sajakah faktor pendukung dalam pembelajaran muatan lokal?

C.    Tujuan
1.      Dapat menjelaskan faktor-faktor pendukungdalam muatan lokal.
2.      Dapat menjelaskan faktor pendukung dalam pembelajaran muatan lokal.



PEMBAHASAN
A.    Motivasi dan Kemauan
Kata motivasi berasal dari kata motif yang pada hakikatnya merupakan terminologi umum yang memberikan makna daya dorong, keinginan, kebutuhan, dan kemauan. Motif yang telah aktif disebut motivasi. Mc Donald (dalam Sardiman, 2001:71) menyatakan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan  munculnya perasaan/feeling dan didahului dengan tanggapan adanya tujuan. Elemen pentingnya terdiri dari:
1.      Motivasi itu memulai terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia.
Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem neurophysiological yang ada pada manusia karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
2.      Motivasi ditandai dengan munculnya perasaan (feeling) dan afeksi seseorang.
Dalam hal ini motivasi terkait dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi, dan emosi yang bisa menentukan perilaku manusia.
3.      Motivasi akan terangsang karena adanya tujuan.
Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi yakni tujuan.
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar siswa dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang akan dicapainya kepada siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
Keberhasilan suatu proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh faktor-faktor pendukungnya, serta kemampuan guru dalam mengelola berbagai faktor pendukung itu. Walaupun faktor pendukung cukup banyak tersedia, jika tidak dikelola dengan baik tidak akan menghasilkan sesuatu yang optimal.Demikian juga dengan mulok ini.
Faktor yang paling menentukan adalah kemauan guru dan motivasinya. Sudah sering kita dengar istilah ‘’jika ada kemauan, cita-cita setinggi apapun dapat diraih atas izin Allah’’. Karena sudah dianggap tahu, ada kesan seolah-olah masalah kemauan dan motivasi ini sudah tidak perlu dibicarakan, dengan asumsi semua orang sudah tahu bahwa ada kemauan pasti ada jalan. Mungkin karena dianggap sudah tau ini masalah kemauan dan motivasi dianggap selesai. Padahal justru faktor inilah yang sangat menentukan. Persoalan kita sebenarnya bagaiamana menumbuhkan kemauan itu dan terus memeliharanya dengan motivasi.Memang kita menyadari faktor kemauan dan motivasi saja belum cukup, ia harus dibekali dengan seperangkat ketrampilan. Tetap jika kemauan ini sangat besar maka secara intuitif sel-sel sarafnya akan bekerja mencari jalan keluar untuk lepas dari berbagai kesulitan.
Setiap orang atau setiap guru berbeda-beda tentang kemauan dan motivasi ini. Yang penting kita catat disini adalah adanya kesadaran kita bersama agar memelihara kemauan dan motivasi ini. Jika faktor ini telah tumbuh maka tidak ada alasan-alasan untuk gagal dalam pembelajaran mulok ini.
Ada beberapa cara meningkatkan motivasi belajar anak dalam kegiatan belajar di sekolah, misalnya saja seperti yang diungkapkan oleh  Fathurrohman dan Sutikno (2007: 20) motivasi belajar siswa dapat ditumbuhkan melalui beberapa cara yaitu:
1.      Membangun hubungan dan komunikasi yang baik antara guru dan siswa
2.      Menjelaskan tujuan kepada peserta didik
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
3.      Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa yang justru untuk mencapai angka/nilai yang baik sehingga yang dikejar hanyalah nilai ulangan atau nilai raport yang baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi belajar yang sangat kuat. Yang perlu diingat oleh guru bahwa pencapaian angka-angka tersebut belum merupakan hasil belajar yang sejati dan bermakna. Harapannya angka-angka tersebut dikaitkan dengan nilai afeksinya bukan sekedar kognitifnya saja.
4.      Hadiah
Hadiah akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
5.      Saingan/kompetisi.
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
6.      Pujian
Siswa yang berprestasi sudah sewajarnya untuk diberikan penghargaan atau pujian. Pujian yang diberikan bersifat membangun. Dengan pujian siswa akan lebih termotivasi untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik lagi.
7.      Hukuman
Cara meningkatkan motivasi belajar dengan memberikan hukuman. Hukuman akan diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. Bentuk hukuman yang diberikan kepada siswa adalah hukuman yang bersifat mendidik seperti mencari artikel, mengarang dan lain sebagainya.
8.      Bangkitkan rasa ingin tahu siswa dan keinginannya untuk mengadakan eksplorasi
Dengan  mengajukan pertanyaan atau masalah-masalah, pegajar dapat menimbulkan suatu konflik konseptual yang merangsang siswa untuk bekerja. Motivasi akan berakhir bila konflik terpecahkan atau bila timbul rasa bosan untuk memecahkannya.
9.      Membentuk kebiasaan belajar yang baik
Kebiasaan belajar yang baik dapat dibentuk dengan cara adanya jadwal belajar.
10.  Membantu kesulitan belajar peserta didik, baik secara individual maupun kelompok
Membantu kesulitan peserta didik dengan cara memperhatikan proses dan hasil belajarnya.  Dalam proses belajar terdapat beberap unsur antara lain yaitu penggunaan metode untuk mennyampaikan materi kepada para siswa. Metode yang menarik yaitu dengan gambar dan tulisan warna-warni akan menarik siswa untuk  mencatat dan  mempelajari materi yang telah disampaikan..
11.  Menggunakan metode yang bervariasi
Meningkatkan motivasi belajar dengan menggunakan metode pembelajaran yang variasi. Metode yang bervariasi akan sangat membantu dalam proses belajar dan mengajar. Dengan adanya metode yang baru akan mempermudah guru untuk menyampaikan materi pada siswa.

B.     Faktor-faktor pendukung
Menurut Arikunto dan Vicencio (1996) pendukung kurikulum untuk mulok mengacu pada rincian perencanaan seluruh cara dan maksud penyampaian pengajaran manusia, bahan dan pengelolaan uang dan waktu antara lain faktor itu adalah :
1.      Unsur manusia mencakup guru, kepala sekolah, pengawas, TPK, personil sekolah, dan masyarakat lainnya yang berkaitan langsung dengan pengembangan KML.
2.      Unsur bahan mencakup sarana, perlengkapan, dan bahan. Sarana adalah struktur lingkungan yang dapat atau tidak dapat dimanipulasi oleh guru. Bangunan sekolah tidak berada dibawah kendali guru. Variabel yang dapat dimanipulasi oleh guru adalah jumlah anggota kelas, pengaturan ruangan, mengendalikan kebisingan, suhu dan lampu, dan mutu estetika lingkungan. Perlengkapan mengajar mencakup alat bantu mengajar yang dikelompokkan sebagai perangkat keras, perabotan kelas, audio-visual dan perlengkapan teknis. Di lain pihak, perangkat lunak seperti buku-buku dan bahan-bahan cetakan lainnya, alat proyeksi, objek nyata, dan perlengkapan sekolah dikelompokkan sebagai bahan pengajaran.
3.      Unsur pengelolaan pendukung kurikulum mencakup waktu yang diberikan untuk mata pelajaran, dan persoalan keuangan.
a.       Manusia
Guru dapat membuat atau merusak KML. Betapa pun bagusnya GBPP di atas kertas, jika guru melaksanakannya secara serampangan akan percuma saja.Kemampuan guru sangat penting dalam pelaksanaa KML. Mutu seseorang guru yang bagus dan pengajaran yang baik dinyatakan secara eksplisit dalam format JSEP-CDC-LCC-001 Pedoman Pengamatan Kelas. Apabila guru kurang memiliki kemampuan yang diperlukan, kepala sekolah, pengawas dan pendidik yang bertanggung jawab dalam penataan guru-guru dapat melakukan salah satu hal berikut ini :
1)      Mengganti Kelas
2)      Menyewa guru lainnya yang bermutu
3)      Melakukan pengajaran tim, dengan menggunakan guru mata pelajaran lain atau dari sekolah-sekolah terdekat
4)      Memperbanyak staf pengajar dengan  nara sumber dari masyarakat yang ahli dalam mata pelajaran, terutama orang tua siswa.
5)      Membentuk kelompok guru-guru KML diantara staf guru, guru dari sekolah lain, orangtua dan masyarakat lainnya yang memiliki keahlian matapelajaran KML.
6)      Menyusun modul yang akan menjadikan sisiwa bertanggungjawab atas pelajaran mereka atau menjadikan siswa belajar dengan sedikit bimbingan atau arahan guru
7)      Menatar ulang guru-guru
Pengajaran tim, menggunakan anggota masyarakat yang ahli, dan menatar ulang guru-guru kelihatannya cukup praktis dan dapat diterima untuk mengembangkan kemampuan guru. Namun hal ini membutuhkan biaya, dan menatar ulang guru-guru memakan waktu.
Di samping guru, ada orang-orang yang secara langsung dan tidak langsung terlibat dalam pelaksanaan KML. Pengawas dan TPK yang memantau dan menilai pelaksanaa KML, Kepala Sekolah yang mendukung program di sekolah, dan masyarakat yang mungkin ditunjuk menjadi narasumber atau sponsor program sekolah.
b.      Bahan
Bahan-bahan KML mencakup bahan pengajaran seperti lembar PAK, buku-buku, gambar-gambar, film, objek nyata, dan peralatan lunak lainnya, peralatan sekolah seperti kertas, kapur, bumbu masak, peralatan yang digunakan dalam kerajinan tangan, elektronik dan sebagainya.
Pedoman kurikulum untuk setiap matapelajaran harus mempunyai bagian tentang bahan yang dibutuhkan untuk setip kegiatan, jika ada.Ini akan membimbing guru dalam merencanakan plajaran dan akan memastikan bahwa bahan telah siap apabila dibutuhkan.Spesifikasi bahan juga harus dijelaskan dalam rencana pelajaran.
Kriteria umum berikut ini dapat digunakan untuk menilai bahan KML :
1)      Keefektifan: Apa yang dicapai dengan menggunakan bahan itu.Apakah bahan itu meningkatkan minat dan keterlibatan siswa?
2)      Kegunaan: Apakah bahan berguna dalam mencapai tujuan pelajaran? Apakah penggunaan bahan membuat siswa belajar lebih baik? Berapa orang siswa dapat menggunakan bahan tersebut skaligus?
3)      Kesesuain dan Ketepatan: Apakah bahan adalah yang paling sesuai untuk digunakan? Apakah tepat untuk tingkat kelas siswa? Apakah sesuai untuk sekolah? Dapatkah sekolah member tempat untuk penggunaan dan penyimpanan? Apakah tepat bagi guru? Apakah bahan membutuhkan penataran guru?
4)      Keakuratan: Apakah isinya akurat? Apakah bahan memberikan informasi terkini? Dapatkah bahan diperbaharui dengan mudah?
5)      Ketersediaan dan Keamanan: Apakah bahan mudah didapat? Apakah bahan aman? Berapakah biaya untuk masing-masing siswa atas bahan untuk bahan tersebut?
6)      Ketahanan: Apakah bahan tahan lama? Berapa orang siswa dapat menggunakan bahan tersebut dan untuk berapa lama?
Guru yang memiliki prakarsa dapat membuat siswanya mengembangkan bahan pengajaran sendiri atau lembar PAK untuk KML. Sering dikatakan bahwa jika anda ingin mengetahui suatu matapelajaran dengan baik, maka ajarkanlah matapelajaran tersebut.Siswa yang dapat dilibatkan dalam merencanakan Lembar Kegiatan, mencari bahan untuk Lembar Informasi, atau mempersiapkan Lembar Ajar tentu akan lebih belajar banyak daripada siswa yang hanya memakai terakhir dari lembar-lembar tersebut.Lebih jauh pengalaman belajar mereka menjadi titik awal untuk kelompok belajar berikutnya.
Prosedur penyebaran harus menjadi pertimbangan dalam mendukung kurikulum. Betapapun bagusnya bahan pengajaran, akan menjadi sia-sia jika tidak sampai pada pemakainya. Banyak anggota TPK yang merasa kecewa mengetahui pada sarasehan guru bahwa buku pedoman kurikulum yang mereka persiapkan tidak diketahui oleh kebnyakan guru karena sekolah tidak mendapat salinannya.
TPK dan Kanwil harus memikirkan sistem yang efisien untuk menyebarkan bahan-bahan ke sekolah-sekolah. Saran berikut dapat dijadikan sebagai pertimbangan :
1)      Tugaskan pengelola urusan yang akan bertugas membagikan bahan-bahan KML yang dipersiapkan TPK. Sekolah juga harus memiliki petugas yang akan membagikan bahan-bahan segera setelah ia menerimanya.
2)      Bentuk pusat bahan-bahan di Kanwil. Pusat bahan ini tidak hanya bertugas membagikan bahan-bahan tetapi juga melatih pemakai bahan, mendemonstrasikan bagaimana cara menggunakan bahan, melakukan uji lapangan atas bahan-bahan tersebut.
3)      TPK dapat menerbitkan daftar bahan-bahan khusus yang dibutuhkan untuk masing-masing matapelajaran dalam GBPP, nilai bahan dalam bentuk belajar, bagaimana cara menggunakannya, dan dimana dapat diperoleh. Untuk itu perlu memasukkan unsure-unsure bahan dalam mempersiapkan GBPP. Seminar untuk guru-guru yang dipilih untuk menentukan bahan-bahan khusus dapat dilakukan oleh TPK. Selama seminar, guru juga dapat dibantu menentukan sumber-sumber yang ada di masyarakat yang dapat mereka gunakan dalam mengajar.
c.       Perlengkapan
Perlengkapan pendidikan untuk KML atau perangkat keras, diurutkan mulai dari perlengkapan audio-visual seperti penyektor film sampai pada perlengkapan teknis seperti mesin jahit dan computer, dan sampai pada kapur tulis serta meja. Setiap lembar perlengkapan atau perangkat keras membutuhkan pasangan perangkat atau perangkat lunak. Ada baiknya dengan hal berikut dalam memilih perlengkapan.
Beberapa kriteria umum untuk penilaian perlengkapan pengajaran adalah :
1)      Kegunaan dan revevansi : Apakah relevan dengan tujuan matapelajaran? Seberapa manfaatnya dalam pencapaian tujuan KML? Dapatkah perlengkapan tersebut digunakan untuk matapelajaran lain? Apakah perlengkapan tersebut memiliki banyak guna dan fleksibel? Apakah perlengkapan dapat membuat pengajaran menjadi lebih efisien? Apakah perlengkapan dapat membuat belajar menjadi lebih efisien? Apakah pengajaran menjadi lebih jelas? Apakah aa peningkatan belajar?
2)      Kesesuaian dan ketepatan : Apakah perlengkapan tepat digunakan di sekolah? Apakah ada tempat untuk menggunakannya dan menyimpannya? Apakah tepat untuk tingkat dan jumlah siswa? Apakah mudah digunakan dan dimanipulasi?
3)      Keefektifan biaya : Apakah perlengkapan itu aman? Apakah murah ? Apakah masa pakai perlengkapan itu sesuai dengan nilainya? Berapa tenaga yang diperlukannya? Berapa orang siswa dapat menggunakannya sekaligus? Berapa lama perlengkapan itu menjadi using? Berapa  lama tahannya? Apakah mudah memperbaikinya?
4)      Keamanan : Apakah perlengkapan aman digunakan? Apakah berbahaya bagi siswa atau lingkungan? Apakah perlengkapan itu memiliki aspek keamanan?
d.      Sarana
Guru biasanya tidak diajak berunding dalam merencanakan bangunan sekolah.Persoalan ini sering diserahkan pada arsitek dan petugas administrasi. Namun, ada aspek-aspek sarana yang dapat diatur oleh administrator atau guru, dan jika dilakukan dengan baik, besar artinya bagi pengajaran.
1)      Rungan
Ukuran sedang untuk kelas-kelas di SLTP adalah 6 x 8 meter. Ukuran kelas sudah ada, tetapi jumlah siswa yang harus diisi di kelas tersebut dapat dikontrol dengan administrasi. Jumlah anggota kelas yang sedang untuk SLTP adalah 40 orang siswa.
Makin banyak siswa dalam satu kelas berarti makin sedikit kesempatan bagi seluruh siswa untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan kelas selamat 45 menit pelajaran KML. Ciri-ciri praktikal kegiatan KML, juga menjadi buruk karena kekurangan ruangan.
Petugas administrasi juga dapat melakukan sesuatu tentang jumlah isi kelas atau sesuatu tentang ruanagan.Jumlah isi kelas mungkin sulit untuk dikontrol, terutama untuk sekolah negeri, jadi baik petugas administrasi ataupun guru dapat berputar-putar dengan permasalahan ruangan ini. Penjadwalan yang tepat dapat membantu mengurangi permasalahan ini sehingga akan ada kelas yang lebih kecil yang pergi ke sekolah pada waktu yang berbeda.
Perabotan kelas dapat diatur untuk menyediakan ruangan yang cukup untuk kegiatan-kegiatan kelas. Sayangnya, hampir seluruh sekolah yang diamati oleh sub-tim menggunakan meja yang sulit untuk dipindah-pindah. Pola menyusun bangku secara berbaris digunakan oleh sekolah di seluruh provinsi yang dikunjungi. Jika menginginkan siswa menjadi aktif dan kreatif, sebaiknya meja-meja yang berat tersebut diganti dengan meja dan kursi yang dapat di pindah-pindah guna memungkinkan siswa berperan serta dalam kelompok diskusi kecil dan kelompok kegiatan kecil.
2)      Kebisingan
Akan  ditempatkan dimanakah kelas musik dimana siswa memainkan alat music angklung atau menyayi tanpa mengganggu kelas lain.Bagaimana dengan kelas menjahit dan kerja kayu? Bagaimana caranya agar siswa dapat menikmati olahraga daerah tanpa mengganggu kelas lain? Faktor-faktor ini menuntut petugas administrasi untuk memikirkan saran yang cocok untuk KML dan kelas-kelas lainnya serta merencanakan penempatan kelas KML.
3)      Ventilasi
Seluruh ruangan kelas harus memiliki ventilasi yang baik, untuk kegiatan apapun ruangan tersebut digunakan.Hal ini tidak menjadi masalah bagi sebagian besar sekolah yang dikunjungi, kecuali sekolah yang terletak di daerah yang sangat padat di Jakarta dan Bandung dimana sekolah terletak di sebelah tempat pembuangan sampah.
4)      Cahaya
Cahaya yang baik adalah persyaratan utama untuk sebuah kelas.Siswa harus dapat melihat dengan jelas apa yang harus dilihat.Secara umum, sekolah-sekolah baru yang dikunjungi oleh tim memiliki penerangan yang baik.Sekolah yang penerangannya kurang baik adalah sekolah-sekolah yang terletak daerah-daerah padat dan kelas yang masuk ke dalam bangunan sekolah.
5)      Mengatur dan Menyusun Kelas KM
Bagaimana seharusnya bentuk kelas KML? Kelas KML yan dikunjungi memiliki perlengkapan khusus, seperti computer, mesin jahit, dan gong membuktikan bahwa matapelajaran tersebut dipelajari disana.Selain perlengkapan yang ada, sebagian besar kelas KML yang diamati oleh sub-tim KML sama saja dengan kelas-kelas lainnya tanpa sesuatupun di dinding yang dapat meningkatkan minat siswa atau untuk member tahuapa yang dipelajari disana.
Lingkungan yang menyenangkan memberi perasaan hangat dan nyaman. Siswa akan mau berada di ruangan yang bersih, dinding yang dicat bersih,dan dengan gambar-gambar dan dekorasi yang meningkatkan keingintahuan mereka serta menambah keindahan ruangan.Guru-guru KML dapat menggunakan hasil karya siswa untuk menghias ruangan.Hal ini memiliki dua fungsi sebagai hiasan dan sebagai penekanan untuk siswa.
e.       Pengelolaan
Unsur-unsur pengelolaan pendukung KML, mencakup pengelolaan waktu dan uanng.
1)      Waktu
Kurikulum nasional menjelaskan pembagian waktu untuk KML,yaitu enam jam per minggu. Namun, banyak guru KML mengeluh tentang kurangnya waktu untuk praktek. Di lain pihak, banyak sekolah yang diamati tidak memberikan waktu yang diisyaratkan untuk KML.
Pengelolaan waktu membutuhkan ketrampilan dan kreatifitas.Memperkirakan waktu yang dibutuhkan meliputi persiapan kegiatan dan kegiatan akhir pengajaran.Jika kegiatan dilaksanakan di luar waktu yang ditentukan untuk KML, harus dimasukkan ke dalam perkiraan waktu merupakan praktek yang bagus untuk memperkirakan waktu untuk masing-masing kegiatan dalam rencana pelajaran.Selanjutnya guru bias memperkirakan seberapa jauh ia memberikan pelajaran atau berapa kali pertemuan yang dibutuhkan pelajaran tersebut.
Untuk pelajaran yang secara prakteknya tidak bisa dipotong. Misalnya: memasak, guru dapat menentukan ketrampilan apa yang ingin ia kembangkan pada siswa dan berkonsentrasi pada ketrampilan itu untuk waktu tertentu. Misalnya, persiapan bumbu memasak bisa dijadikan satu pelajaran, memasak yang sebenanya pada jam pelajaran lain,menyajikan masakan pada jam pelajaran lain lagi. Jika memasak sebenarnya yang ditekankan, bumbu bisa dipersiapkan dirumah dan dibawa ke sekolah untuk di masak. Cara lain adalah membuat pengaturan secara internal dengan guru-guru matapelajaran lain sehingga KML dapat diajarkan dengan waktu yang lebih lama pada hari-hari dimana kegiatan tidak dapat dipotong dan dilewatkan pada hari lain guna member waktu untuk matapelajaran yang terlewatkan.
2)      Uang
Seluruh guru yang berpartisipasi dalam sarasehan mengeluhkan kurangnya dana untuk membeli perlengkapan dan bahan-bahan KML. Sumber dan yang paling umum adalah dari orangtua yang memberikan bahan-bahan untuk praktek. Persatuan Orang tua Murid dan Guru, perusahaan-perusahaan swasta, Organisasi kemasyarakatan, dan kantor-kantor pemerintah juga telah diminta untuk menyediakan untuk mata pelajaran KML. Sekolah-sekolah yang benar-benar kekurangan dan secara sederhana memilih mata pelajaran KML yang tidak membutuhkan sarana-prasarana, perlengkapan, dan bahan-bahan yang canggih. Sementara sebagian sekolah lainnya memberikan tantangan kreativitas dan sumber daya pada guru untuk membuat perlengkapan dan bahan seadanya dengan msumber-sumber yang ada, yang mana hal ini sangat patut dihargai. Misalnya, bingkai buatan guru yang digunakan dalam Sulaman Tapis di Lampung.

PENUTUP
A.    Simpulan
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar siswa (dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Pendukung kurikulum untuk mulok mengacu pada rincian perencanaan seluruh cara dan maksud penyampaian pengajaran manusia, bahan dan pengelolaan uang dan waktu antara lain faktor itu adalah :
1.      Unsur manusia mencakup guru, kepala sekolah, pengawas, TPK, personil sekolah, dan masyarakat lainnya yang berkaitan langsung dengan pengembangan KML.
2.      Unsur bahan mencakup sarana, perlengkapan, dan bahan.Sarana adalah struktur lingkungan yang dapat atau tidak dapat dimanipulasi oleh guru.Bangunan sekolah tidak berada dibawah kendali guru.
3.      Unsur pengelolaan pendukung kurikulum mencakup waktu yang diberikan untuk matapelajaran, dan persoalan keuangan.
a.       Manusia
b.      Bahan
c.       Perlengkapan
d.      Sarana
e.       Pengelolaan
B.     Saran
Sebagai calon guru yang juga akan mengajar KML kita harus benar-benar memperhatikan motivasi dan kemauan siswa, dan faktor-faktor pendukung mulok agar apa yang diajarkan dapat berhasil. Keberhasilan pembelajaran mulok harus didukung oleh kurikulum yang fleksibel, mudah menyesuaikan.

Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi dan Asnah Said. 2005. Pengembangan Program Muatan Lokal. Jakarta: Universitas Terbuka.
Muhaimin, dkk. 2008. Pengembangan Model KTSP pada Sekolah dan Madrasah. Jakarta : Rajawali Pers
Yufiarti. 1999. Modul Pengembangan Muatan Lokal. Depdikbud Ditjen Dikti PPGSD.
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar