PENDEKATAN PEMECAHAN
MASALAH MATEMATIKA SD
MAKALAH
Disusun guna memenuhi
tugas mata kuliah pengembangan pembelajaran matematika SD
Dosen
Pengampu : Pitadjeng, S.Pd.,
M.Pd.
Disusun Oleh:
1401409160 ANTONIA
PRISCA ENDARTI
1401410083 OKKY
PRASETYO EKO DIANTORO
1401410145 RUBITA
HARISNA
1401410203 MUIN
ARIFAH
1401410271 DEVI
NOFITASARI
1401410371 NURAINI
SOFIATIN
1401410237 GITA
APRILIA HASTARI
Rombel 02
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2012
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemampuan memecahkan masalah
menjadi tujuan utama dari belajar matematika di antara tujuan yang lain.
Mengapa demikian? Holmes (1995:35) pada
intinya menyatakan bahwa latar belakang atau alasan seseorang perlu belajar
memecahkan masalah matematika adalah adanya fakta dalam abad duapuluh satu ini
bahwa orang yang mampu memecahkan masalah hidup dengan produktif. Menurut Holmes, orang yang terampil
memecahkan masalah akan mampu berpacu dengan kebutuhan hidupnya, menjadi
pekerja yang lebih produktif, dan memahami isu-isu kompleks yang berkaitan
dengan masyarakat global.
Kegiatan memecahkan masalah adalah
bagian penting dalam belajar matematika. Mbelajar matematika siswa diharapkan
menjadi pemecah masalah yang handal. Dalam Standar Isi (SI) pada Permendiknas
Nomor 22 Tahun 2006 tujuan Mata Pelajaran Matematika di SD dimuat.
Dalam SI tersebut dinyatakan lima
tujuan mata pelajaran matematika. Salah satu dari lima tujuan tersebut adalah
agar siswa mampu memecahkan masalah matematika yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh. Oleh karena itu setiap guru SD yang mengelola pembelajaran
matematika perlu memahami maksud dari memecahkan masalah matematika. Kecuali
itu setiap guru juga harus melatih keterampilannya dalam membantu siswa belajar
memecahkan masalah matematika.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah
pengertian pemecahan masalah matematika itu?
2. Apa
sajakah jenis dan tipe pemecahan masalah matematika?
3. Apa
sajakah strategi pemecahan masalah matematika?
4.
Bagaimanakah langkah-langkah
pendekatan pemecahan masalah matematika?
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pemecahan Masalah Matematika
Lenchner (1983:8) menyatakan bahwa
pada intinya setiap penugasan kepada siswa dalam belajar matematika dapat
dikelompokkan ke dalam dua hal,
yaitu sebagai: latihan (drill exercise) dan masalah (problem) untuk dipecahkan. Latihan
merupakan tugas yang cara atau langkah atau prosedur penyelesaiannya sudah
dipelajari atau diketahui siswa. Pada umumnya latihan dapat diselesaikan dengan
menerapkan satu atau lebih langkah yang sebelumnya sudah dipelajari siswa.
Masalah lebih kompleks daripada latihan. Metode untuk menyelesaikan masalah
tidak langsung tampak. Oleh karenanya diperlukan kreativitas dalam
menemukannya.
Perlu diingat bahwa dalam konteks
proses belajar matematika, masalah matematika adalah masalah yang dikaitkan
dengan materi belajar atau materi penugasan matematika, bukan masalah yang
dikaitkan dengan kendala belajar atau hambatan hasil belajar matematika. Terkait
masalah, Lenchner (1983) pada intinya
menyatakan hal-hal berikut ini.
1. Suatu
pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika pertanyaan itu menunjukkan adanya tantangan
yang tidak dapat dipecahkan dengan suatu prosedur rutin yang sudah diketahui
oleh penjawab pertanyaan.
2. Suatu
masalah bagi Si A belum tentu menjadi masalah bagi Si B jika Si B sudah
mengetahui prosedur untuk menyelesaikannya, sementara Si A belum pernah
mengetahui prosedur untuk menyelesaikannya.
Terkait memecahkan masalah,
Lenchner (1983) pada intinya menyatakan bahwa memecahkan masalah adalah proses
menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru
yang belum dikenal. Robert Harris di dalam situs www.vitualsalt.com (diakses 4
Maret 2010) menyatakan bahwa memecahkan masalah adalah the management of a problem in a way that successfully meets the goals established
for treating it. Jika diterjemahkan kurang lebih bermakna memecahkan
masalah adalah pengelolaan masalah dengan suatu cara sehingga berhasil
menemukan tujuan yang dikehendaki.
B.
Jenis
dan Tipe Masalah dalam Matematika
Holmes (1995:35) menyatakan yang
intinya bahwa terdapat dua kelompok masalah dalam pembelajaran matematika yaitu masalah rutin dan masalah nonrutin.
Holmes (1995: 36), menyatakan yang intinya bahwa apapun jenis masalahnya, rutin
atau nonrutin, tetap bergantung pada si pemecah masalah. Sebuah masalah rutin
untuk kelas VI mungkin akan menjadi nonrutin jika diberikan kepada siswa kelas
I. Masalah nonrutin dapat menjadi masalah rutin jika si pemecah masalah telah
memiliki pengalaman memecahkan masalah dengan tipe yang sama dan dapat dengan
mudah mengenali metode dan kalimat matematika yang akan digunakan.
1.
Masalah
Rutin
Masalah rutin dapat dipecahkan
dengan metode yang sudah ada. Masalah rutin sering disebut sebagai masalah
penerjemahan karena deskripsi situasi dapat diterjemahkan dari kata-kata
menjadi simbol-simbol. Masalah rutin dapat membutuhkan satu, dua atau lebih langkah pemecahan. Berikut
ini contoh masalah rutin.
a. Gio
memetik beberapa bunga di kebunnya dan menggunakan semua bunga itu untuk membuat
3 buket dengan 9 bunga pada setiap buketnya. Berapakah bunga yang telah dipetik
Gio?
b. Bilangan
mana yang besarnya 5 kali bilangan 8?
c. Bilangan
mana yang besarnya kurang tiga dari hasil kali bilangan 7 dan 5?
Charles dalam Holmes (1995:35) pada
intinya menyatakan bahwa masalah rutin memiliki aspek penting dalam kurikulum,
karena hidup ini penuh dengan masalah rutin. Oleh karena itu tujuan
pembelajaran matematika yang diprioritaskan terlebih dahulu adalah siswa dapat
memecahkan masalah rutin.
2.
Masalah
Nonrutin
Kouba et.al dalam Holmes (1995:36)
pada intinya menyatakan bahwa masalah nonrutin kadang mengarah kepada masalah
proses. Masalah nonrutin membutuhkan lebih dari sekadar penerjemahan masalah
menjadi kalimat matematika dan penggunaan prosedur yang sudah diketahui.
Masalah nonrutin mengharuskan pemecah masalah untuk membuat sendiri metode pemecahannya.
Dia harus merencanakan dengan seksama bagaimana memecahkan masalah tersebut.
strategi- strategi seperti menggambar, menebak dan melakukan cek, membuat tabel
atau urutan kadang perlu dilakukan.
Holmes (1995:36) menyatakan yang
intinya bahwa, masalah nonrutin dapat berbentuk petanyaan open ended sehingga memiliki lebih dari satu solusi atau pemecahan.
Masalah tersebut kadang melibatkan situasi kehidupan atau membuat koneksi
dengan subyek lain.
Berikut ini contoh-contoh masalah
nonrutin.
a. Klub
perangko Pelemwulung mempunyai 6 orang anggota. Setiap bulan sekali anggota
klub perangko tersebut mengadakan pertemuan untuk saling bertukar perangko.
Jika tiap anggota bertukar satu perangko dengan setiap anggota lainnya, berapa
pertukaran perangko yang terjadi setiap bulan di klub perangko tersebut?
(Kunci: 15)
b. Bilangan
ganjil mana yang kurang dari 60 dan jumlah dari angka-angkanya sama dengan 8?
(Kunci: 17, 35, 53)
Masalah rutin dan masalah nonrutin
dapat diurai ke dalam beberapa tipe masalah. Terkait tipe masalah, Charles R
(1982: 6 -10) menyatakan bahwa ada sedikitnya lima tipe masalah di luar bahan
latihan (drill exercise) yang sering digunakan dalam penugasan matematika
berbentuk pemecahan masalah. Lima tipe
masalah tersebut pada intinya sebagai berikut.
1. Masalah penerjemahan
sederhana (simple translation problem)
Penggunaan masalah dalam pembelajaran dimaksudkan untuk memberi
pengalaman kepada siswa menerjemahkan situasi dunia nyata ke dalam pengalaman
matematis.
Contoh :
Rinda mempunyai 20 ayam ras di dalam
kandangnya. Di kandang yang berbeda, Aria mempunyai 25 ayam ras. Berapa
lebihnya ayam ras yang dipunyai Aria dari yang dipunyai Rinda?
2.
Masalah
penerjemahan kompleks (complex
translation problem)
Sebenarnya masalah ini mirip dengan
masalah penerjemahan yang sederhana, namun di dalamnya menuntut lebih dari satu
kali penerjemahan dan ada lebih dari satu operasi hitung yang terlibat.
Contoh :
Suatu perusahaan produsen lampu sepeda
motor mengemas 12 lampu dalam satu paket. Setiap 36 paket dimasukkan dalam satu
kardus. Toko Murah adalah penjual suku cadang sepeda motor. Toko Murah memesan
5184 lampu kepada perusahaan tersebut. Berapa kardus lampu yang akan diterima
oleh toko tersebut?
3.
Masalah
proses (process problem)
Penggunaan masalah tersebut dalam
pembelajaran dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada siswa mengungkapkan
proses yang terjadi dalam pikirannya. Siswa dilatih untuk mengembangkan
strategi umum dalam memahami, merencanakan, dan memecahkan masalah, sekaligus
mengevaluasi hasilnya.
Contoh : Kelompok penggemar catur
beranggota 15 orang akan mengadakan pertandingan. Jika setiap anggota harus
bertanding dengan anggota lain dalam sekali pertandingan, berapa banyak
pertandingan yang mereka mainkan?
4.
Masalah
penerapan (applied problem)
Penggunaan masalah tersebut dalam
pembelajaran dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada siswa mengeluarkan
berbagai keterampilan, proses, konsep dan fakta untuk memecahkan masalah nyata
(kontekstual). Masalah ini akan menyadarkan siswa pada nilai dan kegunaan
matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh : Berapa banyak kertas yang
digunakan di sekolah Anda dalam satu tahun? Berapa banyak pohon yang ditebang
untuk membuat kertas-kertas yang digunakan di sekolah Anda?
5.
Masalah
puzzle (puzzle problem)
Penggunaan masalah tersebut dalam
pembelajaran dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada siswa mendapatkan
pengayaan matematika yang bersifat rekreasi (recreational mathematics). Mereka
menemukan suatu penyelesaian yang terkadang fleksibel namun di luar perkiraan
(memandang suatu masalah dari berbagai sudut pandang). Perlu diperhatikan di sini
bahwa masalah puzzle tidak mesti berujud teka- teki, namun dapat pula dalam
bentuk aljabar yang penyelesaiannya diluar perkiraan.
Contoh :
|
Gambarlah 4
garis atau ruas garis yang melalui 9 titik pada Gambar di
samping tanpa mengangkat
alat tulis!
|
C.
Strategi
Pemecahan Masalah Matematika
1. Beraksi/Bermain Peran
(Act
It Out)
Strategi bermain peran atau act it
out dapat melibatkan situasi masalah sebagai dasar permainan. Strategi ini
berguna untuk siswa di kelas awal karena permainan mencerminkan kehidupan nyata
dan membuat masalah lebih bermakna. Namun
Matz dan Leir (1992) dalam Holmes (1995:44) menyatakan bahwa strategi itu juga bermanfaat untuk siswa
kelas tinggi. Menurut mereka, pembelajaran dengan pendekatan sandiwara kecil
yang menuntut siswa untuk menulis skenario yang melibatkan masalah matematika
dapat membuat penonton ikut terlibat dalam solusi masalah.
Contoh masalah yang relevan sebagai
berikut.
Ketika Niken berulangtahun pada hari Jumat, dia
mendapatkan 3 kartu ucapan pada hari Jumat dan 4 kartu pada hari Sabtu. Berapa
banyak kartu yang dia dapat pada dua hari itu?
(Siswa dapat memperagakan peran sesuai cerita di
atas). (Kunci : 7 kartu)
2.
Membuat
Gambar atau Diagram
Strategi menggambar diagram
melibatkan situasi masalah dengan membuat sketsa atau diagram. Ini adalah salah
satu strategi yang penting dalam pemecahan masalah karena penggunaannya yang
luas dalam masalah nonrutin. Hembree (1992) dalam Holmes (1995:44) menyimpulkan
dari analisis terhadap 487 pemecahan masalah bahwa siswa mendapat keuntungan
dalam strategi membuat diagram daripada strategi yang lain.
Contoh masalah
yang relevan adalah.
Ayah membuat pagar sepanjang 6 meter. Terdapat jarak 3
meter antar tiang pagar. Berapa banyak tiang dibutuhkan?
(Kunci: 3 tiang)
|
3 meter 3 meter
Tiang
1 Tiang 2 Tiang 3
|
3.
Mencari
Pola
Penggunaan pola adalah dominan
dalam pembelajaran matematika. Pola dapat memudahkan kita utuk merumuskan
aturan dan memprediksi hasil. Masalah
yang pemecahannya dengan mencari pola sering membutuhkan pembuatan tabel atau
daftar, menggunakan strategi “menebak dan mengecek”. Beberapa masalah dalam
bagian “membuat tabel” dan “menebak dan mengecek” memerlukan pencarian pola. Contoh masalah yang relevan sebagai berikut.
a. Lengkapi
data berikut: 1, 6, 11, 16, , ,
(Kunci: 21,
26, 31. Aturan pola : Bilangan sebelumnya ditambahkan lima).
b. Deret
berikut ini dinamakan deret Fibonacci. Temukan lima bilangan berikutnya pada
deret ini dan jelaskan aturan polanya. 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, …, ,
Petunjuk: mulailah dengan sebarang dua bilangan dan
generalisasikan barisan Fibonacci. (Kunci: 21,
34, 55, 89, 144. Aturan pola: mulai bilangan ke tiga, bilangan diperoleh dengan
menjumlahkan dua bilangan sebelumnya)
4.
Membuat
Tabel
Tabel terdiri atas baris dan kolom
yang menunjukkan hubungan variabel dalam sebuah masalah. Seringkali satu kolom
atau baris berisi peristiwa yang natural seperti 1, 2, 3. Data yang dimasukkan
dalam tabel seringkali menunjukkan urutan yang berulang, dan pemahaman terhadap
pemasukan data dapat menjadi awal untuk memecahkan masalah. Contoh masalah yang
relevan sebagai berikut.
Pak Sarmidi memutuskan untuk mendapatkan uang dari
usaha jual-beli kartu pulsa. Ia membeli 3 buah kartu seharga 50.000 rupiah, kemudian
menjual 2 kartu seharga 50.000 rupiah. Berapa kartu yang harus ia beli dan jual
untuk mendapatkan keuntungan sebanyak 250.000 rupiah?
(Kunci: 30 kartu).
Urutan Transaksi
|
Banyak kartu
yang dibeli
|
Banyak kartu
yang dijual
|
Keuntungan
|
1
|
3
|
2
|
1 kartu
|
2
|
3
|
2
|
2 kartu
|
3
|
0
|
2
|
50.000 rupiah
|
Jumlah
|
6
|
6
|
50.000 rupiah
|
|
5 x 6 = 30
|
5 x 6 = 30
|
5 x 50.000 = 250.000 rupiah
|
5.
Menghitung
Membuat Daftar Terorganisir
Sebuah daftar atau kelompok daftar
dibuat untuk memelihara tebakan atau perhitungan yang dipesan dan memastikan
semua kemungkinan perhitungan dilibatkan dan tidak ada data yang dimasukkan
secara berulang. Menghitung sering digunakan untuk menggambarkan hasil akhir.
Daftar digunakan sebagai perbandingan atau pola penemuan untuk menentukan satu
atau lebih jawabannya.
Contoh masalah yang relevan sebagai
berikut.
Nanta
memiliki 2 koin seribuan, 2 koin limaratusan, dan 20 koin seratusan
rupiah. Nanta membeli tablet di toko sekolah seharga 3.400 rupiah. Berapa cara
yang berbeda yang dapat digunakan untuk membayar tablet yang dibeli Nanta
dengan menggunakan 3 macam koin?
(Kunci:Ada banyak
jawaban. Salah satunya:2 koin seribu rupiah, 2 koin limaratus rupiah, 4 koin
seratus rupiah)
6.
Menebak
dan Menguji (Trial And Error)
Strategi ini hampir selalu tepat
untuk masalah yang melibatkan proses coba dan gagal (trial and error) dan masalah yang melibatkan alasan dalam penentuan
jawabannya. Strategi ini membantu siswa untuk menyadari kenyataan bahwa tebakan
yang bagus dalam matematika mendapat tempat dan tidak harus dihindari. Siswa
akan belajar bahwa dalam beberapa masalah, tebakan yang bagus adalah cara untuk
memulai membuat rencana pemecahan masalah karena tidak ada cara yang lain.
Siswa akan menemukan bahwa strategi menebak dan mengecek berbeda dari perkiraan
dalam memecahkan masalah. Perkiraan membantu untuk menilai solusi yang ditemukan
dengan menggunakan strategi perkiraan.
Perhatikanlah contoh berikut ini.
Gunakan bilangan 1 sampai 6 sehingga setiap sisi
segitiga memiliki jumlah yang sama pada gambar di samping ini.
(Kunci: Berturut-turut
bilangan-bilangan yang tepat menempati
kotak mulai dari kotak paling atas ke bawah searah jarum jam adalah: 6, 1, 5,
3, 4, 2).
|
|
7.
Bekerja
Mundur
Terkadang bilangan terakhir dari
sebuah masalah sudah diketahui namun bilangan awalnya belum diketahui. Karena
strategi yang dilakukan adalah membalik operasi untuk menemukan bilangan
awalnya, siswa perlu memahami operasi balik untuk memecahkan masalah dengan
strategi “bekerja mundur”.
Contoh masalah yang relevan sebagai
berikut.
Sekar memiliki sejumlah uang di sakunya. Ia
menghabiskan 3.000 rupiah untuk membeli kue sebagai snack. Dia kemudian menghitung sisa uangnya, dan ternyata masih
10.000 rupiah. Berapa uang yang dimiliki Sekar sebelum membeli snack tersebut? (Kunci
: 13.000 rupiah)
8.
Menggunakan
Logika
Masalah logika
membutuhkan pengandaian “jika…, maka”. Strategi ini untuk menentukan apa yang
diketahui dan memantapkan relasi atau hubungan lain. Penggunaan matriks solusi dapat membantu pemecah masalah
untuk menjaga keputusannya dalam memecahkan masalah logika yang melibatkan
kemungkinan- kemungkinan dengan penalaran. Masalah logika yang berupa aturan
seringkali membutuhkan diagram.
Contoh masalah
yang relevan sebagai berikut.
Rio lebih pendek dari Mia. Isa
lebih pendek dari Rio. Siapakah yang tertinggi? (Kunci : Mia).
9.
Menulis
Kalimat terbuka
Strategi menulis
kalimat matematika terbuka ini
melibatkan pemahaman tentang hubungan dan pertanyaan dalam masalah dan
menerjemahkannya ke dalam bahasa matematika. Siswa harus memahami konsep dari
operasi dan menulis kalimat matematika terbuka jika mereka akan menggunakan
strategi itu.
Contoh masalah
yang relevan sebagai berikut.
Sigit mempunyai 24 batang seledri
untuk snack 8 anak laki-laki di kelompoknya. Berapa batang seledri diperoleh
tiap anak jika yang mereka dapatkan sama? (Kunci : 3 batang)
10.
Menyelesaikan
Masalah yang Hampir Sama
Kebanyakan
masalah memiliki struktur yang sama dan dipecahkan melalui cara yang sama.
Seringkali bahasa masalah cukup untuk mengingatkan kembali pemecahan suatu
masalah dengan masalah sebelumnya yang mirip. Sebagai contoh, masalah (a)
berikut ini mirip dengan contoh masalah (b) pada strategi bermain peran.
Perhatikan
contoh permasalahan berikut:
a. Ganang,
Rizki dan Paman Nurcahyo ingin pergi bersama-sama ke pulau yang tidak jauh dari
daratan tempat tinggalnya. Mereka mempunyai perahu kecil, tapi hanya mampu
memuat 80 kg. Ganang dan Rizki
masing-masing beratnya 40 kg dan Paman Nurcahyo beratnya 80 kg.
Bagaimana mereka dapat mencapai pulau itu jika mereka menggunakan perahu?
(Kunci: Ganang
dan Rizki pergi ke pulau, salah satu di
antara mereka kembali, misalkan yang kembali Ganang. Paman Nurcahyo pergi ke
pulau dan Rizki kembali ke kota. Ganang dan Rizki selanjutnya pergi ke pulau
bersama-sama).
b. Ada
3 anjing dan 3 kucing di sebuah pulau. Mereka semua ingin pergi ke daratan karena pulau dimana mereka tinggal sedang
banjir. Mereka hanya memiliki satu perahu yang hanya dapat memuat 2 ekor hewan.
Jika hewan yang tersisa di pulau lebih banyak anjing daripada kucing, maka
anjing akan menyakiti kucing. Oleh karenanya jumlah kucing tidak boleh lebih
sedikit daripada jumlah anjing. Bagaimana caranya agar semua hewan dapat pergi
ke daratan? (lihat contoh masalah (a) pada strategi bermain peran).
(Kunci:Anjing-1
dan anjing-2 pergi ke daratan. Anjing-1 tinggal di daratan. Anjing-2 kembali ke
pulau untuk mengambil kucing-1 dan
dibawa ke daratan. Kucing-1 tinggal di daratan
dengan anjing-1. Anjing-2 kembali ke pulau untuk mengambil kucing-2 dan
membawanya untuk tinggal di daratan.
Anjing-2 kembali lagi ke pulau untuk mengambil kucing-3 dan membawanya untuk
tinggal di daratan. Anjing-2 kembali ke
pulau dan mengambil anjing-3 untuk tinggal di daratan. Sekarang semuanya sudah
di daratan).
11.
Mengubah
Pandangan
Strategi ini
bisa digunakan setelah beberapa strategi lain telah dicoba tanpa hasil. Masalah
yang dihadapi perlu didefinisikan dengan cara yang sama sekali berbeda.
Perhatikan contoh
permasalahan berikut:
Tentukan
hasil dari 1 + 2 + 3 + . . . + 49
Untuk
menyelesaikan permasalahan di atas, cara yang biasa yang digunakan adalah
dengan menjumlahkan semua bilangan satu persatu. Pandangan ini harus diubah
dengan menggunakan cara yang lebih sederhana yaitu dengan menjumlahkan 1 dan
49, 2 dan 48, dan seterusnya. Karena jumlah setiap pasangan bilangan ini 50,
maka hasil akhir permasasalahan di atas dengan mudah akan diperoleh.
D.
Langkah-langkah
Pendekatan Pemecahan Masalah Matematika
Holmes (1995:37)
menyatakan bahwa pada intinya strategi
umum memecahkan masalah yang terkenal adalah strategi Polya, yaitu empat langkah rencana pemecahan masalah yang
berguna baik untuk problem rutin maupun nonrutin.
Dalam proses
memecahkan masalah, langkah-langkah tersebut dapat dilakukan secara urut, namun
kadangkala dilakukan langkah-langkah yang tidak harus urut, terutama untuk memecahkan
masalah yang sulit.
1.
Memahami
masalah
Langkah ini sangat
menentukan kesuksesan memperoleh solusi masalah. Langkah ini melibatkan
pendalaman situasi masalah, melakukan pemilahan fakta-fakta, menentukan hubungan
diantara fakta-fakta dan membuat formulasi pertanyaan masalah. Setiap masalah
yang tertulis, bahkan yang paling mudah sekalipun harus dibaca berulang kali
dan informasi yang terdapat dalam masalah dipelajari dengan seksama. Biasanya
siswa harus menyatakan kembali masalah dalam bahasanya sendiri. Membayangkan
situasi masalah dalam pikiran juga sangat membantu untuk memahami struktur
masalah.
Perhatikan contoh
berikut.
Ketika
melihat Pak Sastro berolahraga lari pagi, Ismail membuat teka-teki untuk
teman-temannya. “Jika bilangan umur Pak
Sastro dibagi dengan 2, maka akan diperoleh sisa 1”, katanya. “Kemudian, jika bilangan umur Pak Sastro
dibagi dengan 3, 4, atau 5, juga akan diperoleh sisa 1, berapakah umur Pak
Sastro”?
Fakta-fakta yang
ada pada masalah tersebut sebagai berikut.
Pertama, ketika umur Pak Sastro
dibagi 2, 3, 4, atau 5, semuanya sisa 1.
Itu artinya jika umur Pak Sastro dikurangi satu, maka ada persekutuan
kelipatan 2, 3, 4, dan 5. Kedua, Pak
Sastro dapat berlari, artinya beliau belum terlalu tua. Lazimnya umur Pak
Sastro tidak lebih dari 80 tahun.
Pertanyaan yang dapat diformulasikan antara lain adalah berapa kelipatan
2, 3, 4, dan 5 yang hasilnya tidak lebih dari 80?
2.
Membuat
rencana untuk menyelesaikan masalah
Langkah ini
perlu dilakukan dengan percaya diri ketika masalah sudah dapat dipahami.
Rencana solusi dibangun dengan mempertimbangkan struktur masalah dan pertanyaan
yang harus dijawab. Jika masalah tersebut adalah masalah rutin dengan tugas
menulis kalimat matematika terbuka, maka perlu dilakukan penerjemahan masalah
menjadi bahasa matematika.
Sebagai contoh
mari kita cermati masalah teka-teki dari Ismail tentang umur Pak Sastro. Langkah pemecahan masalah yang dapat
dilakukan berdasarkan fakta-fakta tersebut adalah mencari bilangan kelipatan
persekutuan dari 2, 3, 4, dan 5. Hasil
pencarian tersebut kemudian ditambah dengan 1. Terakhir, pilih satu atau lebih
yang paling mungkin, dalam arti yang sesuai dengan fakta masalah, yaitu yang
nilainya kurang dari 80.
3.
Melaksanakan
rencana yang dibuat pada langkah kedua
Untuk mencari
solusi yang tepat, rencana yang sudah dibuat dalam langkah 2 harus dilaksanakan
dengan hati-hati. Untuk memulai, kadang kita perlu membuat estimasi solusi. Diagram,
tabel atau urutan dibangun secara seksama sehingga si pemecah masalah tidak
akan bingung. Label dipakai jika perlu. Jika solusi memerlukan komputasi,
kebanyakan individu akan menggunakan kalkulator untuk menghitung daripada
menghitung dengan kertas dan pensil dan mengurangi kekhawatiran yang sering
terjadi dalam pemecahan masalah. Jika muncul ketidakkonsistenan ketika
melaksanakan rencana, proses harus ditelaah ulang untuk mencari sumber kesulitannya.
Sebagai contoh,
pada teka-teki Ismail tentang umur Pak Sastro, kelipatan persekutuan dari 2, 3,
4, dan 5 adalah 60, 120, 180, dst. Jika
kelipatan-kelipatan persekutuan tersebut masing-masing ditambah 1 maka menjadi
61, 121, 181, dst. Di antara
bilangan-bilangan tersebut, yang nilainya kurang dari 80 adalah 61. Berarti umur Pak Sastro adalah 61 tahun.
4.
Memeriksa
ulang jawaban yang diperoleh
Selama langkah
ini berlangsung, solusi masalah harus dipertimbangkan. Perhitungan harus dicek
kembali. Melakukan pengecekan ke belakang akan melibatkan penentuan ketepatan
perhitungan dengan cara menghitung ulang. Jika kita membuat estimasi atau
perkiraan, maka bandingkan dengan hasilnya. Hasil pemecahan harus tetap cocok
dengan akar masalah meskipun kelihatan tidak beralasan. Bagian penting dari
langkah ini adalah membuat perluasan masalah yang melibatkan pencarian
alternatif pemecahan masalah.
Sebagai contoh,
pada teka-teki Ismail tentang umur Pak Sastro, untuk meyakinkan kebenaran
jawabannya, perlu dilakukan pengecekkan terhadap nilai 61. Bilangan 61, jika dibagi 2 akan sisa 1, jika
dibagi 3 juga akan sisa 1, jika dibagi 4 juga akan sisa 1, jika dibagi 5 juga
akan sisa 1. Berarti solusinya sudah
benar.
E.
Aplikasi
Pendekatan Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika
1.
Strategi Act It Out
Standar Kompetensi
1.
Memahami
dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah.
Indikator:
1.6.
3 Memecahkan masalah yang melibatkan uang dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh soal:
Ibu Abid
membeli masing-masing 1 kg mangga, jeruk, dan apel. Harga sekilo mangga dan
sekilo jeruk sama, yaitu Rp 5.750,00. Sedangkan harga sekilo apel adalah Rp
8.125,00. Berapa kira-kira uang yang dihabiskan ibu Abid untuk membeli ketiga
buah tersebut?
Penyelesaian
Langkah penyelesaian problem solving
Polya.
1)
Understanding the problem (Mengerti
permasalahan)
Diketahui :
Harga 1kgmangga = 1kg jeruk Rp5.750,00
Harga 1kg apel = Rp8.125,00
Ibu membeli 1 kg mangga, 1kg apel, 1kg jeruk
Ditanyakan : uang yang harus
dibayarkan ibu?
2) Devising a
plann (Merancang rencana)
Siswa mulai
merencanakan cara apa yang mudah untuk menyelesaikan masalah. Misalnya dengan
cara mempraktekkannya langsung dengan menggunakan uang mainan (monopoli).
3) Carrying out
the plann (Melaksanakan rencana)
Beli 1kg mangga + 1kg apel + 1kg jeruk = Rp 5.750 + Rp 8.125 + Rp
5.750 = Rp19.625,00
Jadi uang yang harus dibayarkan ibu adalah Rp 19.625,00.
4) Looking back (Melihat
kembali)
Siswa
mengoreksi kembali proses proses penyelesaian tersebut dengan cara bersusun.
5750
8125
5750 +
19.625
2.
Stategi Membuat Gambar Atau Diagram
Standar Kompetensi
1.
Memahami dan menggunakan
sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah.
Indikator
1.6.4
mengurutan nilai uang dari yang terkecil sampai dengan yang tertinggi atau
sebaliknya
Contoh soal : Dari 3 toko yang telah didatangi Ajeng dan Bambang, diperoleh
harga bolpoin merk yang sama-sama masing-masing adalah Rp 1.950; Rp 1.925; dan
Rp 2.075.
Jawablah pertanyaan di bawah ini!
a. Berapakah harga yang paling
mahal?
b. Berapakah harga yang paling murah?
c. Urutkan dari harga yang
paling murah!
Penyelesaian:
1) Understanding
the problem (Mengerti permasalahan)
Diketahui :
Harga bolpoin di toko 1 = Rp 1.950,00
Harga
bolpoin di toko 2 = Rp 1.925,00
Harga bolpoin di toko 3 = Rp 2.075,00
Ditanyakan : harga
bolpoin yang paling mahal?
Harga bolpoin yang paling murah?
Urutan harga bolpoin dari harga yang
paling murah?
2) Devising a
plann (Merancang rencana)
Untuk
menyelesaikan masalah di atas dapat dibuat diagram tentang harga bolpoin dari
yang paling murah.
3) Carrying out
the plann (Melaksanakan rencana)
Diagram harga bolpoin dari yang paling
murah:
Rp 1.925,00
|
harga
bolpoin pada toko 1
harga
bolpoin pada toko 2
|
Rp 1.950,00
|
harga bolpoin pada toko 1
Rp 2.075,00
|
harga bolpoin pada toko 3
Jadi harga bolpoin yang paling mahal
terdapat di toko 3 yaitu Rp 2.075,00
Harga bolpoin yang paling murah terdapat
di toko 2 yaitu Rp 1.925,00
4) Looking back (Melihat
kembali)
Siswa
mengoreksi kembali proses proses penyelesaian tersebut dengan cara pengurutan
dari yang mahal ke yang murah misalnya.
3.
Menggunakan Kalimat Terbuka
Standar
kompetensi:
Menggunakan
pengukuran sudut, panjang, dan berat dalam pemecahan masalah
Kompetensi
Dasar:
Menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang dan berat
Soal:
Sewindu
lagi usia Ema 18 tahun. Berapa tahun usia Ema sekarang?
Langkah Penyelesaian Berdasarkan
Polya
1) Mengerti
permasalahan
Siswa harus mengerti apa yang diketahui dari soal
dan juga apa yang ditanyakan. Pada soal tersebut diketahui usia Ema sewindu
lagi adalah 18 tahun sedangkan yang ditanyakan adalah usia Ema sekarang.
2) Merancang
rencana
Siswa memikirkan cara apa yang akan ia gunakan.
Siswa merencanakan penyelesaian itu.
Siswa dapat menggunakan kalimat terbuka terlebih dahulu untuk
mengerjakannya. Dengan menggunakan kalimat terbuka, hasil yang akan dicari
dapat ditemukan.
3) Melaksanakan
Rencana
Siswa
melaksanakan cara yang telah direncanakan.
Misalnya
Sewindu
= 8 tahun
Jika
e adalah usia Ema maka
e
+ 8 = 18
e
= 18 – 8
e
= 10
Jadi,
usia Ema sekarang adalah 10 tahun
4) Melihat
kembali
Siswa mengoreksi sendiri proses penyelesaian yang ia
gunakan.
4.
Membuat Tabel
Standar Kompetensi
2.3 Menentu kan KPK dan FPB dari suatu bilangan
Indikator:
2.3.1 Menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan KPK
Soal: Ema dan
Menik sama-sama ikut les matematika. Ema masuk setiap 4 hari sekali, sedangkan
Menik masuk setiap 6 hari sekali. Jika hari ini mereka masuk les bersama-sama,
berapa hari lagi mereka
masuk les bersama-sama dalam waktu terdekat? Bagaimana cara menyelesaikan
permasalahan di atas?
Langkah
penyelesaian problem solving Polya
1) Understanding
the problem (Mengerti permasalahan)
Siswa harus
tahu bahwa yang ditanyakan adalah berapa hari lagi Ema dan Menik akan masuk les
bersama-sama dalam waktu terdekat.
2) Devising a
plann (Merancang rencana)
Siswa mulai
merencanakan cara apa yang mudah untuk menyelesaikan masalah. Misalnya membuat
tabe l. Tabel ini dibuat untuk membandingkan jadwal les Ema dan Menik agar
terlihat jelas. Tabel akan diisi kelipatan hari jadwal les mereka.
3)
Carrying out the plann
(Melaksanakan rencana)
Dengan bertumpu pada langkah-langkah
yang telah mereka buat sebelumnya, maka pada tahap ini siswa mulai
menyelesaikan masalah/soal yang dihadapinya dengan bantuan langkah-langkah atau
cara yang telah mereka persiapkan sebelumnya.
Siswa
mengisi tabel dengan bilangan dan kelipatannya. Setelah ditemukan ada bilangan
yang sama, itulah hasilnya. Mari kita
selesaikan bersama-sama. Berikut adalah urutan jadwal Ema dan Menik masuk les setelah hari ini.
Ema
|
4 hari lgi
|
8 hari lagi
|
12
hari lagi
|
16 hari lagi
|
................
|
Menik
|
6 hari lagi
|
12
hari lagi
|
18 hari lagi
|
24 hari lagi
|
................
|
Apa yang
dapat kalian simpulkan dari penyelesaian masalah di atas? Betul, 12 hari lagi
Ema dan Menik akan berangkat les bersama-sama lagi.
4)
Looking back (Melihat
kembali)
Siswa mengoreksi kembali proses
proses penyelesaian tersebut.
PENUTUP
Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
Prihandoko, Antonius Cahya.2006.Pemahaman dan Penyajian Konsep Matematika Secara Benar dan Menarik.Jakarta:Depdiknas.
Wahyuningsih,
Endah, dkk.2010. Pembelajaran
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Di Sd. Yogyakarta:PPPPTK Matematika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar