Identifikasi Masalah Penelitian Tindakan Kelas
Disusun
untuk
Memenuhi
Tugas Penelitian Pendidikan SD 2
Dosen
Pengampu: Dra.
Florentina Widihastrini, M.Pd.
Disusun
Oleh
Ahmad Aziz Maftuh (1401410046)
Desty Putri Hanifah (1401410149)
Muin Arifah (1401410203)
Tudrika Akhlilia (1401410285)
Jessica Sekar Andini (1401410292)
Nur Afifatul Latifah (1401410308)
Rombel 04
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH
DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI
SEMARANG
2013
IDENTIFIKASI MASALAH
DALAM PENELITIAN TINDAKAN KELAS
1.
Identifikasi Masalah
Data empiris yang diperoleh melalui tes, observasi,
dan catatan lapangan oleh guru di kelas V SD N Siliwangi adalah sebagai berikut:
a.
Pada
pembelajaran Bahasa Indonesia dari 20 siswa, hanya 6 siswa (30 %) yang dapat
membuat karangan deskripsi secara baik dan sisanya 14 siswa (70 %), tidak dapat
membuat karangan deskripsi karena penjelasan guru secara umum kurang detail dan
rinci. Hal ini ditunjukkan dengan data sebanyak 14 siswa (70 %) nilai karangan
deskripsinya di bawah KKM, yaitu 65.
b.
Siswa
kelas V SDN Siliwangi kurang memahami pembelajaran IPA, siswa masih abstrak
tentang proses daur air dan proses rantai makanan, ditunjukkan dengan data,
dari 20 siswa hanya 6 siswa (30 %) yang mendapatkan nilai di atas Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65. Sedangkan sisanya 14 siswa (70 %) nilainya
di bawah KKM (65).
c.
Dalam
pembelajaran PKn dari 20 siswa, hanya 11 siswa (55 %) yang dapat mengaplikasikan
karakter diri, sedangkan sisanya 9 siswa (45 %) mengalami kesulitan dalam
pembiasaan.
d.
Sebagian
besar 40 % siswa kurang aktif dalam pembelajaran seni rupa.
e.
Ada
2 siswa yang nakal dan selalu mengganggu dalam proses KBM
2.
Analisis Masalah
Berdasarkan beberapa permasalahan di atas, yang akan
dikaji dalam Penelitian Tindakan Kelas adalah pada pembelajaran Bahasa
Indonesia dari 20 siswa, hanya 6 siswa (30 %) yang dapat membuat karangan
deskripsi secara baik dan sisanya 14 siswa (70 %), tidak dapat membuat karangan
deskripsi karena penjelasan guru secara umum kurang detail dan rinci. Hal ini
ditunjukkan dengan data sebanyak 14 siswa (70 %) nilai karangan deskripsinya di
bawah KKM, yaitu 65 dan hanya 6 siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM.
Alasan mengapa masalah
tersebut penting untuk segera dicarikan pemecahan masalahnya:
Bahasa Indonesia adalah
mata pelajaran yang penting digunakan siswa untuk berkomunikasi baik secara
lisan maupun tertulis. Kemampuan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun
tulisan sangat penting untuk perkembangan otak siswa terutama perkembangan linguistiknya.
Menulis adalah aktivitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan
(emosional) dan belahan otak kiri (logika) (De Porter dan Mike, 2004:179).
Menurut Suriamiharja (1997:3) menulis merupakan kegiatan melahirkan pikiran dan
perasaan dengan tulisan. Melalui menulis
siswa dapat berlatih mengorganisasikan sekaligus menjernihkan berbagai konsep
gagasan atau ide baru yang dimiliki siswa itu sendiri. Keterampilan menulis
juga dapat membantu siswa dalam penyerapan informasi yang disampaikan oleh guru.
Menulis memudahkan pelajar dalam berpikir secara kritis, memudahkan anak dalam
merasakan hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap (persepsi), memecahkan
masalah yang dihadapi, menyusun urutan bagi pengalaman, dan menjelaskan
pikiran-pikiran (Tarigan, 2008:22). Menurut Pelly (dalam Hariyadi dan Zamzani,
1997:75) menulis masih kurang mendapatkan perhatian dari siswa maupun guru.
Menulis kurang mendapatkan penanganan secara sungguh-sungguh sehingga
berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam menggunakan Bahasa Indonesia secara
memadai. Hal ini juga diperkuat dengan salah satu tujuan pembelajaran Bahasa
Indonesia dalam Standar Isi yaitu Bahasa Indonesia digunakan untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.
3.
Merumuskan Masalah
a. Rumusan secara umum
Bagaimanakah cara
meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa
Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri Siliwangi?
b. Rumusan secara khusus
1) Apakah
penggunaan pendekatan Whole Language berbasis lingkungan mampu
meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi siswa kelas V SD Negeri
Siliwangi?
2) Apakah
penggunaan pendekatan Whole Language berbasis lingkungan mampu
meningkatkan aktivitas guru dalam menjalankan pembelajaran menulis karangan deskripsi siswa kelas V SD Negeri
Siliwangi?
3) Apakah
penggunaan pendekatan Whole Language berbasis lingkungan
dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis karangan deskripsi siswa kelas V SD Negeri
Siliwangi?
4.
Faktor-faktor penyebab munculnya masalah yang
dirumuskan tersebut melalui wawancara, angket, observasi, catatan lapangan,
dll.
a. Faktor Siswa
1) Siswa kurang tertarik pada pembelajaran yang
disampaikan guru
2) Masih ada siswa yang berbicara dengan teman sebangku
dan terlihat sibuk dengan aktivitasnya sendiri
3) Banyak siswa yang tidak dapat mendeskripsikan benda
yang dipikirkannya dalam bentuk tulisan
b. Faktor Guru
1) Guru belum menggunakan media konkret dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia
2) Guru belum menggunakan pendekatan pembelajaran
inovatif dan kurang memberikan tema pembelajaran secara jelas
3) Guru kurang mampu mengkondisikan kelas, guru selalu di
depan sehingga tidak menjangkau semua sisi dalam ruangan
c. Faktor Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
1) Menggunakan metode konvensional, yaitu didominasi
ceramah satu arah
2) Kurangnya bimbingan ketika guru memberikan tugas
individu
d. Faktor Fasilitas
1) Tidak menggunakan media yang tepat saat pembelajaran
berlangsung sehingga siswa hanya membayangkan apa yang diucapkan guru
2)
Guru hanya
menggunakan media papan tulis untuk menjelaskan materi
5.
Alternatif
pemecahan masalah untuk
memecahkan masalah urgen/mendesak yang hadapi.
Alternatif pemecahan masalah itu bertolak dari analisis dan didasarkan
pada teori tertentu.
Berdasarkan analisis masalah yang telah dilakukan,
peneliti menetapkan alternatif tindakan yang tepat untuk meningkatkan
keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas V SD Negeri Siliwangi yaitu
dengan menerapkan pendekatan whole language berbasis lingkungan.
Pendekatan whole
language adalah suatu pendekatan pembelajaran bahasa yang menyajikan
pembelajaran bahasa secara utuh atau tidak terpisah-pisah (Edelsky,1991;
Froese,1990; Goodman,1986; Weafer,1992, dalam Santosa,2004). Pengajaran
keterampilan berbahasa dan komponen bahasa seperti tata bahasa dan kosakata
disajikan secara utuh bermakna dan dalam situasi nyata atau otentik.
Pendekatan whole
language didasari oleh paham konstruktivisme yang menyatakan bahwa anak
membentuk sendiri pengetahuannya melalui peran aktifnya dalam belajar secara
utuh (whole) dan terpadu (integrated) (Robert dalam
Santosa,2004).
Melalui
pendekatan whole language kemampuan
dan keterampilan anak dalam berbicara,
mendengar, membaca, dan menulis, dapat dikembangkan secara operasional dan
menyeluruh. Selain itu minat baca anak telah dipupuk sedini mungkin. Demikian
pula kaitannya dengan keterampilan bahasa lainnya, yang pada akhirnya anak
dapat berkomunikasi dengan baik, baik melalui bahasa lisan maupun bahasa
tulisan. Selain itu pendekatan ini mementingkan penggunaan multimedia,
lingkungan dan pengalaman nyata yang dialami anak, penyampaiannya menyeluruh
dan melibatkan berbagai disiplin ilmu, menggunakan pendekatan tematik,
programnya disusun berdasarkan pendekatan fungsional dan memperhatikan
perkembangan anak, baik perkembangan fisik, sosial-emosi, mental dan
intelektual.
Pendekatan whole
language berbasis lingkungan adalah pendekatan pembelajaran Bahasa
Indonesia yang disajikan secara utuh dalam situasi nyata. Lingkungan yang
digunakan guru dalam menerapkan pendekatan ini adalah lingkungan kelas dan lingkungan
sekolah. Di dalam lingkungan kelas, guru menyiapkan media tiga dimensi berupa
akuarium untuk menstimulus kemampuan siswa dalam mendeskripsikan suatu benda.
Sedangkan, lingkungan sekolah digunakan sebagai objek pengamatan siswa sebagai
bahan untuk membuat karangan deskripsi. Penggunaan pendekatan whole language
berbasis lingkungan lebih bermakna bagi siswa, karena siswa dihadapkan dengan
peristiwa dan keadaan yang sebenarnya secara alami sehingga lebih nyata, lebih
faktual, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.
Keunggulan penggunaan lingkungan sebagai media
pembelajaran menurut Sudjana (2005:208) meliputi: 1) kegiatan belajar lebih
menarik dan tidak membosankan bagi siswa, sehingga motivasi belajar siswa lebih
tinggi; 2) belajar siswa akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan pada
situasi yang bersifat alami; 3) bahan yang dipelajari lebih kaya dan faktual;
4) kegiatan belajar siswa lebih komprehensif dan aktif; 5) sumber belajar menjadi
lebih kaya sebab lingkungan yang dapat dipelajari bisa beraneka ragam; dan 6)
siswa dapat memahami dan menghayati aspek kehidupan yang ada di lingkungan.
Salah satu komponen pembelajaran whole language yang tepat digunakan untuk pembelajaran menulis adalah
independent writing (menulis bebas). Independent writing bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan menulis, meningkatkan kebiasaan menulis, dan
meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
Langkah pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan
pendekatan whole language berbasis
lingkungan adalah sebagai berikut:
No
|
Langkah Pendekatan
whole language
|
Langkah Media Berbasis lingkungan
|
Langkah Pendekatan
whole language berbasis
lingkungan
|
1.
|
Mempersiapkan media tiga dimensi dan bahan pembelajaran yang akan digunakan.
|
Mempersiapkan akuarium ukuran 30 x 60 x 90 cm yang berisi berbagai ikan,
batu karang, dan tumbuhan karang.
|
Mempersiapkan media berupa akuarium dan sumber belajar yang diperlukan.
|
2.
|
Penjelasan
mengenai materi pokok yang akan dilakukan
|
Penjelasan
mengenai maksud guru membawa akuarium.
|
Guru
menjelaskan mengenai materi pokok melalui media akuarium
|
3.
|
Siswa diberi kebebasan melakukan aktivitas untuk memilih objek yang akan
diamati melalui media tiga dimensi yang telah disediakan guru
|
Untuk
selanjutnya siswa mengamati isi dalam akuarium yang dibawa guru.
|
Siswa diberi
kebebasan untuk memilih objek pengamatan yang ada di dalam akuarium yang
dibawa guru.
|
4.
|
Siswa melakukan aktivitas dengan melibatkan semua indera yaitu menerapkan
pendekatan whole language.
|
Siswa
mendeskripsikan salah satu isi akuarium secara singkat (sederhana).
|
Siswa
mendeskripsikan salah satu isi akuarium secara lisan
|
5.
|
|
Siswa diajak
keluar kelas menuju lingkungan sekitar sekolah
|
Siswa keluar kelas untuk mencari objek pengamatan yang menarik.
|
6.
|
|
Siswa
menentukan dan mengamati objek yang
menjadi pilihannya
|
Siswa
menentukan dan mengamati objek yang
menjadi pilihannya
|
7.
|
Guru
membimbing siswa dalam pemilihan objek pengamatan untuk dijadikan deskripsi
tulisan.
|
|
Guru membimbing siswa dalam pemilihan objek pengamatan untuk dijadikan
deskripsi tulisan.
|
8.
|
Proses siswa dalam menyusun dan menulis karangan deskripsi
|
Siswa
memposisikan dirinya di dekat objek yang diamati
|
Siswa menyusun dan menulis karangan deskripsi sesuai objek yang
diamatinya
|
9.
|
Guru
berkeliling memperhatikan aktivitas yang dilakukan siswa serta memberikan
bimbingan bagi siswa yang membutuhkan bimbingan menulis
|
|
Guru berkeliling memperhatikan aktivitas yang dilakukan siswa serta
memberikan bimbingan bagi siswa yang membutuhkan bimbingan menulis.
|
10.
|
Beberapa siswa
menyampaikan hasil karangannya dan siswa lain menyimak
|
|
Beberapa siswa menyampaikan hasil karangannya dan siswa lain menyimak
|
11.
|
Guru melakukan
refleksi
|
|
Guru melakukan
refleksi
|
12.
|
Guru melakukan
evaluasi menyeluruh dengan memperhatikan 4 aspek kebahasaan
|
|
Guru
memberikan penilaian dari penampilan siswa dengan memperhatikan 4 aspek
kebahasaan.
|
6.
Formulasi Solusi (Hipotesis Tindakan)
Dengan menggunakan pendekatan whole
language berbasis lingkungan dapat meningkatkan keterampilan siswa
kelas V SD Negeri Siliwangi
dalam menulis karangan deskripsi
7.
Lokasi Penelitian
Lokasi
penelitian adalah di SD Negeri Siliwangi
8.
Perencanaan Perbaikan
a. Menyusun skenario
pembelajaran.
b. Menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)
c. Mempersiapkan instrumen
pengumpul data.
d. Mempersiapkan sumber
belajar.
9.
Judul PTK
Peningkatan Keterampilan Menulis Melalui Pendekatan Whole Language Berbasis Lingkungan pada Siswa Kelas V SD Negeri
Siliwangi
Dosen
Pembimbing,
Dra. Florentina
Widihastrini, M.Pd.
NIP 19560704 198203 2
002
Lampiran
Data
Kuantitatif
DATA HASIL BELAJAR SISWA PRA SIKLUS
No.
|
Nama
|
KKM : 65
|
Rata-rata
|
Keterangan Rata-rata Ketuntasan
|
|
UH 1
|
UH2
|
||||
1.
|
DPH
|
71
|
75
|
73
|
TUNTAS
|
2.
|
JSA
|
70
|
70
|
70
|
TUNTAS
|
3.
|
RA
|
66
|
72
|
69
|
TUNTAS
|
4.
|
NAL
|
75
|
75
|
75
|
TUNTAS
|
5.
|
MA
|
70
|
76
|
73
|
TUNTAS
|
6.
|
AA
|
64
|
70
|
67
|
TUNTAS
|
7.
|
MPD
|
60
|
60
|
60
|
TIDAK TUNTAS
|
8.
|
MKK
|
50
|
56
|
53
|
TIDAK TUNTAS
|
9.
|
MBA
|
55
|
53
|
54
|
TIDAK TUNTAS
|
10.
|
TPS
|
50
|
50
|
50
|
TIDAK TUNTAS
|
11.
|
FBI
|
45
|
55
|
50
|
TIDAK TUNTAS
|
12.
|
LA
|
55
|
55
|
55
|
TIDAK TUNTAS
|
13.
|
BU
|
60
|
54
|
57
|
TIDAK TUNTAS
|
14.
|
DU
|
50
|
50
|
50
|
TIDAK TUNTAS
|
15.
|
IP
|
50
|
50
|
50
|
TIDAK TUNTAS
|
16.
|
PKI
|
55
|
55
|
55
|
TIDAK TUNTAS
|
17.
|
PAN
|
55
|
53
|
54
|
TIDAK TUNTAS
|
18.
|
PKB
|
60
|
54
|
57
|
TIDAK TUNTAS
|
19.
|
PDI
|
45
|
55
|
50
|
TIDAK TUNTAS
|
20.
|
PKS
|
44
|
50
|
47
|
TIDAK TUNTAS
|
No
|
Rentang Nilai
|
f
|
fk
|
Xi
|
fi.xi
|
Presen-tase
(%)
|
Ketuntasan
|
|
Tuntas
|
Tidak Tuntas
|
|||||||
1.
|
47 – 52
|
6
|
6
|
49,5
|
297
|
30 %
|
|
√
|
2.
|
53 – 58
|
7
|
13
|
55,5
|
388,5
|
35%
|
|
√
|
3.
|
59 – 64
|
1
|
14
|
61,5
|
61,5
|
5%
|
|
√
|
4.
|
65 – 70
|
3
|
17
|
67,5
|
202,5
|
15 %
|
√
|
|
5.
|
71 – 76
|
3
|
20
|
73,5
|
220,5
|
15 %
|
√
|
|
|
Jumlah
|
20
|
|
307.5
|
1170
|
|
|
|
|
%Tuntas
|
30 %
|
||||||
|
%Tidak
tuntas
|
70 %
|
Data Kualitatif
LEMBAR
OBSERVASI KETERAMPILAN GURU
Nama
Guru : Sudarwati, S.Pd.
Nama
Sekolah : SD Negeri Siliwangi
Kelas
: V
Hari/
tanggal : Senin, 8 April 2013
Petunjuk : Berilah tanda cek (√)
pada kolom tingkat kemampuan yang sesuai dengan indikator pengamatan
No
|
Indikator
|
Tingkat Kemampuan
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1.
|
Pengkondisian kelas
|
|
√
|
|
|
2
|
Mempersiapkan media dan sumber belajar
|
|
√
|
|
|
3
|
Melakukan apersepsi
|
√
|
|
|
|
4
|
Mengemukakan tujuan pembelajaran
|
|
√
|
|
|
5
|
Melakukan demonstrasi berupa karangan dan gambar
serta memberikan motivasi awal pembelajaran
|
|
√
|
|
|
6
|
Membimbing pembentukan kelompok
|
|
|
√
|
|
7
|
Keterampilan menguasai bahan ajar
|
|
|
√
|
|
8
|
Melakukan tanya-jawab secara individu maupun
kelompok guna merangsang ide siswa dan memicu keterlibatan siswa dalam kelas
(baik kelompok maupun individu)
|
√
|
|
|
|
9
|
Membimbing siswa dalam merangsang ide keterampilan menulis
|
|
√
|
|
|
10
|
Membimbing siswa dalam pendemonstrasian hasil penugasan
|
|
√
|
|
|
11
|
Memberikan penguatan pada siswa
|
|
√
|
|
|
12
|
Melaksanakan evaluasi dalam kegiatan pembelajaran
|
|
|
√
|
|
13
|
Memberikan umpan balik
|
|
√
|
|
|
14
|
Menarik kesimpulan pembelajaran
|
|
|
√
|
|
Jumlah Skor Total
|
30
|
Keterangan
Penilaian
R = skor terendah : 14 x 1 = 14
T = skor tertinggi : 14 x 4 = 56
n = banyaknya skor = (skor
tertinggi - skor terendah) +1 = 43
Letak Q1 = ( n+1) = ( 43+1) = x
44
= 11,
nilai Q1 adalah 24
Letak Q2 = ( n +1) = ( 43+1 ) = x 44
= 22, nilai Q2 adalah 35
Letak Q3 = (n +1) =
= ( 120+2) = x 122
= 33,
nilai Q3 adalah 46
Q4= kuartil keempat = T = 56
Skor
|
Nilai
|
Ketuntasan
|
46 ≤ skor ≤ 56
|
Sangat
Baik
|
Tuntas
|
35≤ skor < 46
|
Baik
|
Tuntas
|
24≤ skor < 35
|
Cukup
|
Tidak
tuntas
|
14 ≤ skor < 24
|
Kurang
|
Tidak
tuntas
|
LEMBAR
OBSERVASI AKTIVITAS SISWA
Nama
Guru : Sudarwati, S.Pd.
Nama
Sekolah : SD Negeri Siliwangi
Kelas
: V
Hari/
tanggal : Senin, 8 April 2013
Petunjuk : Berilah tanda cek (√)
pada kolom tingkat kemampuan yang sesuai dengan indikator pengamatan
No
|
Indikator
|
Tingkat Kemampuan
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Kesiapan dalam
pembelajaran
|
|
√
|
|
|
2
|
Mendengarkan
penjelasan guru
|
|
√
|
|
|
3
|
Mampu memberi
ide kalimat pada kelompok
|
√
|
|
|
|
4
|
Mampu menyusun
karangan baik secara individu maupun kelompok
|
|
√
|
|
|
5
|
Aktif bertanya
dan menyampaikan gagasan
|
|
√
|
|
|
6
|
Mempresentasikan
hasil tulisan
|
|
√
|
|
|
7
|
Menyimpulkan
materi pembelajaran
|
|
|
√
|
|
8
|
Melakukan
refleksi
|
|
√
|
|
|
Jumlah Skor
|
16
|
Keterangan
Penilaian
R = skor terrendah : 8 x 1 = 8
T = skor tertinggi : 8 x 4 = 32
n = banyaknya skor = (skor
tertinggi - skor terendah) +1 =
25
Letak Q1 = ( n+1) = ( 25+1) = x
26
= 6,5
Jadi Q1 adalah 13,5
Letak Q2 = ( n +1) = ( 25+1 )
= x 26 =
13
Jadi Q2 adalah 20
Letak Q3 = (n +1)
=
= ( 25+1) = x 26 = 19,5
Jadi Q3 adalah 26,5
Q4= kuartil keempat = T = 32
Skor
|
Nilai
|
Ketuntasan
|
26,5 ≤ skor ≤ 32
|
Sangat
Baik
|
Tuntas
|
20 ≤ skor < 26,5
|
Baik
|
Tuntas
|
13≤ skor < 20
|
Cukup
|
Tidak
tuntas
|
8 ≤ skor < 13,5
|
Kurang
|
Tidak
tuntas
|
CATATAN LAPANGAN
Nama
Guru : Sudarwati, S.Pd.
Nama
Sekolah : SD Negeri Siliwangi
Kelas
: V
Hari/
tanggal : Senin, 8 April 2013
Mata Pelajaran :
Bahasa Indonesia
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh
peneliti terhadap keterampilan guru dalam mengajar, didapatkan hasil bahwa
keterampilan guru dalam mengajar masih kurang. Hal ini dilihat dari kurangnya
kemampuan guru dalam melakukan pengkondisian kelas sampai kegiatan menutup
pelajaran yaitu belum digunakannya strategi, pendekatan maupun model
pembelajaran inovatif. Model, pendekatan maupun strategi konvensional kurang
menarik bagi siswa dan menyebabkan proses transmisi pengetahuan di dalam otak
anak menjadi tidak maksimal sehingga hasil belajar pun kurang maksimal. Guru
belum dapat mengkondisikan siswa dengan baik.
Guru belum
menggunakan apersepsi untuk mengkaitkan materi yang akan dipelajari dengan
materi sebelumnya, hal ini menyebabkan kesiapan siswa dalam menerima materi
baru menjadi kurang. Guru belum melakukan demonstrasi
berupa karangan dan gambar
serta belum memberikan motivasi
awal pembelajaran. Kurangnya
demonstrasi membuat siswa kurang fokus dalam mengikuti pembelajaran, siswa
tidak memperhatikan materi yang disampaikan guru namun justru berbicara dengan
teman sebangku atau justru sibuk dengan aktivitasnya sendiri. Belum
digunakannya media konkret oleh guru mengakibatkan siswa tidak dapat
mendeskripsikan benda yang dipikirkannya dalam bentuk tulisan, khususnya dalam
pembelajaran menulis. Siswa kesulitan dalam menuliskan objek yang dipikirkannya
menjadi suatu bentuk deskripsi.
Kemampuan siswa SD yang masih dalam tahap operasional
konkret menyebabkan siswa masih merasa kesulitan ketika diharuskan menulis
benda yang tidak ada di hadapannya. Kurangnya bimbingan guru secara individual
maupun kelompok dalam menulis menyebabkan keterampilan menulis siswa kurang
optimal. Posisi guru selama mengajar juga mempengaruhi kondisi kelas selama
pembelajaran. Posisi guru yang dominan di depan mengakibatkan siswa yang berada
jauh dari jangkauan guru kurang memperhatikan materi dengan baik. Keaktifan
siswa dalam menyampaikan hasil kerja dan menyampaikan gagasan masih kurang
karena belum diterapkannya inovasi pembelajaran yang tepat.
Daftar Pustaka
De Porter, Bobbi dan Mike Hernick. 2004. Quantum Learning Membiasakan
Belajar Nyaman dan
Menyenangkan. Bandung: PT Mizan Pustaka
Haryadi dan Zamzani. 1997. Peningkatan Keterampilan Bahasa Indonesia.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Tarigan, Henry Tarigan. 2008. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: PT Angkasa
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2005. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algensindo
Suriamiharja, Agus. 1997. Geografi Dialek. Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Widihastrini, Florentina. 2012. Penelitian Pendidikan SD. Semarang: Universitas
Negeri Semarang
A. JUDUL PENELITIAN
Peningkatan Keterampilan Menulis Melalui Pendekatan Whole Language Berbasis Lingkungan pada
Siswa Kelas V SD Negeri Siliwangi
B. BIDANG KAJIAN
Strategi Pembelajaran
C. PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mempunyai tujuan menciptakan manusia beriman
dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
berbudi luhur, berkepribadian mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin,
bertanggung jawab serta sehat jasmani dan rohani.
Melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pemerintah berusaha memenuhi
tuntutan pembaharuan tersebut yang dijabarkan dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) di
SD/MI yang merupakan
standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan
menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk
membangun kemampuan, bekerja ilmiah dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi
oleh guru (BNSP, 2006).
Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan menengah, dan
pendidikan dasar (PP. No 74 tahun 2008). Dalam undang-undang No. 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen diamanatkan ada 4 kompetensi yang harus dimiliki guru,
yaitu: (1) kompetensi pedagogik; (2) kompetensi kepribadian: (3) kompetensi
sosial; dan (4) kompetensi profesional. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
guru adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran yang inovatif atau interaktif
untuk memperoleh hasil yang maksimal.
Belajar bahasa
Indonesia pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu,
pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar
dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis (Depdikbud, 1995). Hal ini relevan
dengan kurikulum 2006 bahwa kompetensi pebelajar
bahasa Indonesia diarahkan ke dalam empat subaspek, yaitu membaca, berbicara,
menyimak, dan mendengarkan.
Tujuan pembelajaran bahasa,Indonesia menurut Basiran
(1999) adalah keterampilan komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi.
Kemampuan yang dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya tafsir,
menilai, dan mengekspresikan diri dengan berbahasa. Kesemuanya itu dikelompokkan
menjadi kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan.
Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia adalah: (1) Berkomunikasi
secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan
maupun tulis; (2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan dan bahasa Negara; (3) Memahami bahasa Indonesia dan
menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan; (4) Menggunakan
bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual,serta kematangan
emosional dan sosial; (5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk
memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan berbahasa; (6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia
sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Adapun ruang lingkup
mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan
kemampuan bersastra yang meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis. (Depdiknas, 2006 :231).
Salah satu kerampilan berbahasa yang
sangat penting adalah menulis. Menurut Tarigan (dalam Kurniawan, 2009:151),
menulis merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat aktif. Keterampilan ini
hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang sudah dapat membaca dan menulis.
Sedangkan keterampilan berbicara sekalipun aktif, tetapi dapat dilakukan oleh
seseorang yang belum dapat membaca. Menulis merupakan keterampilan berbahasa
yang paling tinggi karena didapatkan setelah keterampilan mendengarkan,
berbicara dan membaca.
Menurut Pelly (dalam Haryadi dan
Zamzami, 1996:75), menulis kurang mendapat perhatian dari siswa dan para guru.
Menulis sebagai salah satu aspek dalam keterampilan berbahasa kurang ditangani
secara sungguh-sungguh sehingga berdampak pada kemampuan siswa dalam berbahasa
Indonesia yang kurang memadai.
Berdasarkan temuan Ghazali (2010) mengatakan bahwa
kegiatan menulis dalam pengajaran bahasa Indonesia biasanya dianggap sebagai
keterampilan sekunder yang nilai pentingnya terletak di bawah kemampuan menyimak,
berbicara dan membaca. Oleh karena dianggap sebagai keterampilan sekunder,
motivasi siswa ketika mengikuti pembelajaran menulis rendah. Kondisi demikian
ini mengakibatkan produk menulis mereka sangat minim. Siswa merasa sangat berat
ketika mendapat tugas dari guru mereka untuk menghasilkan tulisan tertentu.
Mereka cenderung tdak menyukai pembelajaran bahasa Indonesia khususnya menulis
karena mereka tidak punya cukup bekal pengetahuan yang memadai untuk bisa
menulis, khususnya menulis karangan deskripsi.
Dari hasil observasi terhadap kegiatan
pembelajaran menulis
karangan deskripsi menunjukkan
bahwa anak belum dapat menulis
deskripsi dengan baik. Dari
jumlah 20 siswa, hanya 6 siswa yang dapat membuat karangan deskripsi
dengan baik dan sisanya 14 siswa, tidak dapat membuat karangan deskripsi. Peneliti
menemukan ada beberapa kendala atau masalah yaitu guru belum menggunakan media konkret dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Kalaupun menggunakan media, guru
tidak menggunakan media yang tepat sesuai materi pembelajaran. Selain itu, guru
lebih banyak menggunakan metode ceramah sehingga siswa kurang tertarik pada pembelajaran yang
disampaikan. Guru tampaknya
juga belum mampu
mengkondisikan kelas sehingga masih ada siswa yang berbicara dengan teman sebangku dan terlihat
sibuk dengan aktivitasnya sediri.
Hal
ini didukung oleh hasil wawancara guru SD kelas V SDN Siliwangi bahwa hasil
pembelajaran menulis
belum menampakkan hasil yang maksimal.
Permasalahan di atas juga didukung oleh
data kuantitatif yang diperoleh peneliti berupa data dokumen. Data hasil
penilaian unjuk kerja keterampilan menulis
Bahasa Indonesia siswa juga menunjukkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia
yang rendah. Berdasarkan data dokumen penilaian unjuk kerja keterampilan menulis siswa semester ganjil tahun pelajaran
2012/2013, menunjukkan bahwa
sebagian besar siswa dalam pembelajaran bahasa
Indonesia belum mencapai nilai kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 65. Siswa yang mendapat nilai di
atas KKM ada 5 siswa dari 20 siswa . Ini berarti
bahwa ada 75
% dari jumlah seluruh siswa belum mencapai KKM. Rata-rata kelas 58,45 dengan nilai terendah 47 dan nilai tertinggi 75.
Dengan
memperhatikan permasalahan yang ada pada pembelajaran keterampilan menulis karangan deskripsi
di kelas V SDN Siliwangi,
peneliti dan tim kolaborasi memilih
pendekatan Whole
Language sebagai solusi dalam mengatasi
permasalahan tersebut dengan alasan pendekatan
ini mampu menyajikan pembelajaran bahasa secara utuh dalam situasi nyata atau otentik. Kegiatan pengkonstruksian pengetahuan siswa
berdasarkan pengalaman atau pengamatan
lingkungan sekitar akan mampu menjadikan pembelajaran
menjadi lebih bermakana, menarik, dan menyenangkan sehingga siswa menjadi lebih
aktif. Hal ini didukung oleh Routman
(1991) pendekatan Whole Language adalah salah satu pendekatan pengajaran bahasa yang
menyajikannya secara utuh, tidak terpisah-pisah.
Dengan mengajarkan bahasa secara terpisah-pisah,
sangat sulit untuk memotivasi siswa belajar bahasa karena siswa melihat apa
yang dipelajarinya tidak ada hubungannya dengan kehidupan mereka. Bahasa Indonesia sebaiknya diberikan
kepada siswa sebagai suatu bentuk
pembelajaran yang utuh, tidak menyajikannya secara terpisah hanya karena materi
itu tertera dalam kurikulum.
Melalui
pendekatan whole language kemampuan
dan keterampilan anak dalam berbicara,
mendengar, membaca, dan menulis, dapat dikembangkan secara operasional dan
menyeluruh. Selain itu minat baca anak telah dipupuk sedini mungkin. Demikian
pula kaitannya dengan keterampilan bahasa lainnya, yang pada akhirnya anak
dapat berkomunikasi dengan baik, baik melalui bahasa lisan maupun bahasa
tulisan. Selain itu pendekatan ini mementingkan penggunaan multimedia,
lingkungan dan pengalaman nyata yang dialami anak, penyampaiannya menyeluruh
dan melibatkan berbagai disiplin ilmu, menggunakan pendekatan tematik,
programnya disusun berdasarkan pendekatan fungsional dan memperhatikan
perkembangan anak, baik perkembangan fisik, sosial-emosi, mental dan
intelektual.
Pendekatan whole
language berbasis lingkungan adalah pendekatan pembelajaran Bahasa
Indonesia yang disajikan secara utuh dalam situasi nyata. Lingkungan yang
digunakan guru dalam menerapkan pendekatan ini adalah lingkungan kelas dan
lingkungan sekolah. Di dalam lingkungan kelas, guru menyiapkan media tiga
dimensi berupa akuarium untuk menstimulus kemampuan siswa dalam mendeskripsikan
suatu benda. Sedangkan, lingkungan sekolah digunakan sebagai objek pengamatan
siswa sebagai bahan untuk membuat karangan deskripsi. Penggunaan pendekatan
whole language berbasis lingkungan lebih bermakna bagi siswa, karena siswa
dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya secara alami sehingga
lebih nyata, lebih faktual, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.
Keunggulan penggunaan lingkungan sebagai media
pembelajaran menurut Sudjana (2005:208) meliputi: 1) kegiatan belajar lebih
menarik dan tidak membosankan bagi siswa, sehingga motivasi belajar siswa lebih
tinggi; 2) belajar siswa akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan pada
situasi yang bersifat alami; 3) bahan yang dipelajari lebih kaya dan faktual;
4) kegiatan belajar siswa lebih komprehensif dan aktif; 5) sumber belajar
menjadi lebih kaya sebab lingkungan yang dapat dipelajari bisa beraneka ragam;
dan 6) siswa dapat memahami dan menghayati aspek kehidupan yang ada di
lingkungan.
Salah satu komponen pembelajaran whole language yang tepat digunakan untuk pembelajaran menulis
adalah independent writing (menulis
bebas). Independent writing bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan menulis, meningkatkan kebiasaan menulis, dan
meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
Dengan
demikian, penelitian ini akan meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi sehingga
peneliti akan melakukan penelitian tindakan
kelas
yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis
Melalui Pendekatan Whole Language
Berbasis Lingkungan pada Siswa Kelas V SD Negeri Siliwangi”.
2. Perumusan Masalah dan
Pemecahan Masalah
a.
Perumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas
pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas V SD
Negeri Siliwangi?
Adapun rumusan masalah tersebut dapat
dirinci sebagai berikut:
1. Apakah
penggunaan pendekatan Whole Language berbasis lingkungan mampu
meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi siswa kelas V SD Negeri
Siliwangi?
2. Apakah
penggunaan pendekatan Whole Language berbasis lingkungan mampu
meningkatkan aktivitas guru dalam menjalankan pembelajaran menulis karangan deskripsi siswa kelas V SD Negeri
Siliwangi?
3. Apakah
penggunaan pendekatan Whole Language berbasis lingkungan
dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis karangan deskripsi siswa kelas V SD Negeri
Siliwangi?
b.
Pemecahan Masalah
Sesuai
dengan perumusan masalah maka untuk meningkatkan keterampilan menulis kelas V SDN Siliwangi akan dilaksanakan
penelitian tindakan kelas dengan menggunakan pendekatan Whole Language berbasis
lingkungan. Adapun
langkah-langkah pendekatan Whole Language berbasis lingkungan
adalah sebagai berikut:
1. Mempersiapkan
media berupa akuarium dan sumber belajar yang diperlukan
2. Guru
menjelaskan mengenai materi pokok melalui media akuarium.
3. Siswa
diberi kebebasan untuk memilih objek pengamatan yang ada di dalam akuarium yang
dibawa guru.
4. Siswa
mendeskripsikan salah satu isi akuarium secara lisan
5. Siswa
keluar kelas untuk mencari objek pengamatan yang menarik.
6. Siswa
menentukan dan mengamati objek yang
menjadi pilihannya
7. Guru
membimbing siswa dalam pemilihan objek pengamatan untuk dijadikan deskripsi
tulisan.
8. Siswa
menyusun dan menulis karangan deskripsi sesuai objek yang diamatinya
9. Guru
berkeliling memperhatikan aktivitas yang dilakukan siswa serta memberikan
bimbingan bagi siswa yang membutuhkan bimbingan menulis.
10. Beberapa
siswa menyampaikan hasil karangannya dan siswa lain menyimak.
11. Guru
melakukan refleksi.
12. Guru
memberikan penilaian dari penampilan siswa dengan memperhatikan 4 aspek
kebahasaan.
3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan umum penelitian
ini adalah: untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran Bahasa Indonesia
pada siswa kelas V SD Negeri Siliwangi.
Adapun
tujuan khusus penelitian ini adalah:
a.
Mendeskripsikan
peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi siswa kelas V SD Negeri Siliwangi.
b.
Mendeskripsikan
peningkatan aktivitas guru dalam menjalankan pembelajaran menulis karangan deskripsi siswa kelas V SD Negeri Siliwangi.
c.
Mendeskripsikan
peningkatan keterampilan siswa dalam menulis
karangan deskripsi siswa kelas V SD Negeri Siliwangi.
4.
Manfaat Penelitian
Hasil
penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi khususnya di pendidikan sekolah dasar. Selain itu
penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
a.
Siswa
Melalui
pendekatan whole
language berbasis lingkungan, siswa dapat melakukan
aktivitas pembelajaran bahasa secara
utuh, menyenangkan, dan bermakna. Siswa akan lebih termootivasi
terhadap pembelajaran bahasa Indonesia
sehingga hasil belajar siswa akan
meningkat.
b.
Guru
Dengan
penerapan pendekatan whole language berbasis lingkungan,
guru mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru tentang pembelajaran yang
inovatif, meningkatkan keterampilan guru dalam mengajar serta mampu menciptakan
kegiatan belajar yang menarik dan menyenangkan.
c.
Sekolah
Melalui
penerapan pendekatan whole language berbasis lingkungan
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi guru-guru di SDN Siliwangi sehingga dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran dan memaksimalkan kinerja guru di sekolah
dasar yang bersangkutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar