Selasa, 25 Februari 2014

Identifikasi Masalah Penelitian Tindakan Kelas Bagian 2



logo unnes putih.jpg

Identifikasi Masalah Penelitian Tindakan Kelas


Disusun untuk
Memenuhi Tugas Penelitian Pendidikan SD 2
Dosen Pengampu: Dra. Florentina Widihastrini, M.Pd.



Disusun Oleh

Ahmad Aziz Maftuh               (1401410046)
Desty Putri Hanifah                (1401410149)
Muin Arifah                            (1401410203)
Tudrika Akhlilia                      (1401410285)
Jessica Sekar Andini               (1401410292)
Nur Afifatul Latifah               (1401410308)

Rombel 04


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013

IDENTIFIKASI MASALAH
DALAM PENELITIAN TINDAKAN KELAS

1.        Identifikasi Masalah
Data empiris yang diperoleh melalui tes, observasi, dan catatan lapangan oleh guru di kelas V SD N Siliwangi adalah sebagai berikut:
a.     Pada pembelajaran Bahasa Indonesia dari 20 siswa, hanya 6 siswa (30 %) yang dapat membuat karangan deskripsi secara baik dan sisanya 14 siswa (70 %), tidak dapat membuat karangan deskripsi karena penjelasan guru secara umum kurang detail dan rinci. Hal ini ditunjukkan dengan data sebanyak 14 siswa (70 %) nilai karangan deskripsinya di bawah KKM, yaitu 65.
b.    Siswa kelas V SDN Siliwangi kurang memahami pembelajaran IPA, siswa masih abstrak tentang proses daur air dan proses rantai makanan, ditunjukkan dengan data, dari 20 siswa hanya 6 siswa (30 %) yang mendapatkan nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65. Sedangkan sisanya 14 siswa (70 %) nilainya di bawah KKM (65).
c.     Dalam pembelajaran PKn dari 20 siswa, hanya 11 siswa (55 %) yang dapat mengaplikasikan karakter diri, sedangkan sisanya 9 siswa (45 %) mengalami kesulitan dalam pembiasaan.
d.    Sebagian besar 40 % siswa kurang aktif dalam pembelajaran seni rupa.
e.     Ada 2 siswa yang nakal dan selalu mengganggu dalam proses KBM
2.        Analisis Masalah
Berdasarkan beberapa permasalahan di atas, yang akan dikaji dalam Penelitian Tindakan Kelas adalah pada pembelajaran Bahasa Indonesia dari 20 siswa, hanya 6 siswa (30 %) yang dapat membuat karangan deskripsi secara baik dan sisanya 14 siswa (70 %), tidak dapat membuat karangan deskripsi karena penjelasan guru secara umum kurang detail dan rinci. Hal ini ditunjukkan dengan data sebanyak 14 siswa (70 %) nilai karangan deskripsinya di bawah KKM, yaitu 65 dan hanya 6 siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM.
Alasan mengapa masalah tersebut penting untuk segera dicarikan pemecahan masalahnya:
Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang penting digunakan siswa untuk berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis. Kemampuan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan sangat penting untuk perkembangan otak siswa terutama perkembangan linguistiknya. Menulis adalah aktivitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan (emosional) dan belahan otak kiri (logika) (De Porter dan Mike, 2004:179). Menurut Suriamiharja (1997:3) menulis merupakan kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Melalui menulis siswa dapat berlatih mengorganisasikan sekaligus menjernihkan berbagai konsep gagasan atau ide baru yang dimiliki siswa itu sendiri. Keterampilan menulis juga dapat membantu siswa dalam penyerapan informasi yang disampaikan oleh guru. Menulis memudahkan pelajar dalam berpikir secara kritis, memudahkan anak dalam merasakan hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap (persepsi), memecahkan masalah yang dihadapi, menyusun urutan bagi pengalaman, dan menjelaskan pikiran-pikiran (Tarigan, 2008:22). Menurut Pelly (dalam Hariyadi dan Zamzani, 1997:75) menulis masih kurang mendapatkan perhatian dari siswa maupun guru. Menulis kurang mendapatkan penanganan secara sungguh-sungguh sehingga berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam menggunakan Bahasa Indonesia secara memadai. Hal ini juga diperkuat dengan salah satu tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Standar Isi yaitu Bahasa Indonesia digunakan untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.
3.        Merumuskan Masalah
a.       Rumusan secara umum
Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri Siliwangi?
b.      Rumusan secara khusus
1)      Apakah penggunaan pendekatan Whole Language berbasis lingkungan mampu meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi siswa kelas V SD Negeri Siliwangi?
2)      Apakah penggunaan pendekatan Whole Language berbasis lingkungan mampu meningkatkan aktivitas guru dalam menjalankan pembelajaran menulis karangan deskripsi siswa kelas V SD Negeri Siliwangi?
3)     Apakah penggunaan pendekatan Whole Language berbasis lingkungan dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis karangan deskripsi siswa kelas V SD Negeri Siliwangi?

4.        Faktor-faktor penyebab munculnya masalah yang dirumuskan tersebut melalui wawancara, angket, observasi, catatan lapangan, dll.
a.       Faktor Siswa
1)      Siswa kurang tertarik pada pembelajaran yang disampaikan guru
2)      Masih ada siswa yang berbicara dengan teman sebangku dan terlihat sibuk dengan aktivitasnya sendiri
3)      Banyak siswa yang tidak dapat mendeskripsikan benda yang dipikirkannya dalam bentuk tulisan
b.      Faktor Guru
1)      Guru belum menggunakan media konkret dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
2)      Guru belum menggunakan pendekatan pembelajaran inovatif dan kurang memberikan tema pembelajaran secara jelas
3)      Guru kurang mampu mengkondisikan kelas, guru selalu di depan sehingga tidak menjangkau semua sisi dalam ruangan
c.       Faktor Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
1)      Menggunakan metode konvensional, yaitu didominasi ceramah satu arah
2)      Kurangnya bimbingan ketika guru memberikan tugas individu
d.      Faktor Fasilitas
1)      Tidak menggunakan media yang tepat saat pembelajaran berlangsung sehingga siswa hanya membayangkan apa yang diucapkan guru
2)     Guru hanya menggunakan media papan tulis untuk menjelaskan materi
5.        Alternatif pemecahan masalah untuk memecahkan masalah urgen/mendesak yang hadapi.  Alternatif pemecahan masalah itu bertolak dari analisis dan didasarkan pada teori tertentu.
Berdasarkan analisis masalah yang telah dilakukan, peneliti menetapkan alternatif tindakan yang tepat untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas V SD Negeri Siliwangi yaitu dengan menerapkan pendekatan whole language berbasis lingkungan.
Pendekatan whole language adalah suatu pendekatan pembelajaran bahasa yang menyajikan pembelajaran bahasa secara utuh atau tidak terpisah-pisah (Edelsky,1991; Froese,1990; Goodman,1986; Weafer,1992, dalam Santosa,2004). Pengajaran keterampilan berbahasa dan komponen bahasa seperti tata bahasa dan kosakata disajikan secara utuh bermakna dan dalam situasi nyata atau otentik.
Pendekatan whole language didasari oleh paham konstruktivisme yang menyatakan bahwa anak membentuk sendiri pengetahuannya melalui peran aktifnya dalam belajar secara utuh (whole) dan terpadu (integrated) (Robert dalam Santosa,2004).
Melalui pendekatan whole language kemampuan dan keterampilan anak  dalam berbicara, mendengar, membaca, dan menulis, dapat dikembangkan secara operasional dan menyeluruh. Selain itu minat baca anak telah dipupuk sedini mungkin. Demikian pula kaitannya dengan keterampilan bahasa lainnya, yang pada akhirnya anak dapat berkomunikasi dengan baik, baik melalui bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Selain itu pendekatan ini mementingkan penggunaan multimedia, lingkungan dan pengalaman nyata yang dialami anak, penyampaiannya menyeluruh dan melibatkan berbagai disiplin ilmu, menggunakan pendekatan tematik, programnya disusun berdasarkan pendekatan fungsional dan memperhatikan perkembangan anak, baik perkembangan fisik, sosial-emosi, mental dan intelektual.
Pendekatan whole language berbasis lingkungan adalah pendekatan pembelajaran Bahasa Indonesia yang disajikan secara utuh dalam situasi nyata. Lingkungan yang digunakan guru dalam menerapkan pendekatan ini adalah lingkungan kelas dan lingkungan sekolah. Di dalam lingkungan kelas, guru menyiapkan media tiga dimensi berupa akuarium untuk menstimulus kemampuan siswa dalam mendeskripsikan suatu benda. Sedangkan, lingkungan sekolah digunakan sebagai objek pengamatan siswa sebagai bahan untuk membuat karangan deskripsi. Penggunaan pendekatan whole language berbasis lingkungan lebih bermakna bagi siswa, karena siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya secara alami sehingga lebih nyata, lebih faktual, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.
Keunggulan penggunaan lingkungan sebagai media pembelajaran menurut Sudjana (2005:208) meliputi: 1) kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan bagi siswa, sehingga motivasi belajar siswa lebih tinggi; 2) belajar siswa akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan pada situasi yang bersifat alami; 3) bahan yang dipelajari lebih kaya dan faktual; 4) kegiatan belajar siswa lebih komprehensif dan aktif; 5) sumber belajar menjadi lebih kaya sebab lingkungan yang dapat dipelajari bisa beraneka ragam; dan 6) siswa dapat memahami dan menghayati aspek kehidupan yang ada di lingkungan.
Salah satu komponen pembelajaran whole language yang tepat digunakan untuk pembelajaran menulis adalah independent writing (menulis bebas). Independent writing bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis, meningkatkan kebiasaan menulis, dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
Langkah pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan pendekatan whole language berbasis lingkungan adalah sebagai berikut:
No
Langkah Pendekatan  whole language
Langkah Media Berbasis lingkungan
Langkah Pendekatan  whole language berbasis lingkungan
1.
Mempersiapkan media tiga dimensi dan bahan pembelajaran yang akan digunakan.
Mempersiapkan akuarium ukuran 30 x 60 x 90 cm yang berisi berbagai ikan, batu karang, dan tumbuhan karang.
Mempersiapkan media berupa akuarium dan sumber belajar yang diperlukan.
2.
Penjelasan mengenai materi pokok yang akan dilakukan
Penjelasan mengenai maksud guru membawa akuarium.
Guru menjelaskan mengenai materi pokok melalui media akuarium
3.
Siswa diberi kebebasan melakukan aktivitas untuk memilih objek yang akan diamati melalui media tiga dimensi yang telah disediakan guru
Untuk selanjutnya siswa mengamati isi dalam akuarium yang dibawa guru.
Siswa diberi kebebasan untuk memilih objek pengamatan yang ada di dalam akuarium yang dibawa guru.
4.
Siswa melakukan aktivitas dengan melibatkan semua indera yaitu menerapkan pendekatan whole language.
Siswa mendeskripsikan salah satu isi akuarium secara singkat (sederhana).
Siswa mendeskripsikan salah satu isi akuarium secara lisan
5.

Siswa diajak keluar kelas menuju lingkungan sekitar sekolah
Siswa keluar kelas untuk mencari objek pengamatan yang menarik.
6.

Siswa menentukan dan  mengamati objek yang menjadi pilihannya
Siswa menentukan dan  mengamati objek yang menjadi pilihannya
7.
Guru membimbing siswa dalam pemilihan objek pengamatan untuk dijadikan deskripsi tulisan.

Guru membimbing siswa dalam pemilihan objek pengamatan untuk dijadikan deskripsi tulisan.
8.
Proses siswa dalam menyusun dan menulis karangan deskripsi
Siswa memposisikan dirinya di dekat objek yang diamati
Siswa menyusun dan menulis karangan deskripsi sesuai objek yang diamatinya
9.
Guru berkeliling memperhatikan aktivitas yang dilakukan siswa serta memberikan bimbingan bagi siswa yang membutuhkan bimbingan menulis

Guru berkeliling memperhatikan aktivitas yang dilakukan siswa serta memberikan bimbingan bagi siswa yang membutuhkan bimbingan menulis.
10.
Beberapa siswa menyampaikan hasil karangannya dan siswa lain menyimak

Beberapa siswa menyampaikan hasil karangannya dan siswa lain menyimak
11.
Guru melakukan refleksi

Guru melakukan refleksi
12.
Guru melakukan evaluasi menyeluruh dengan memperhatikan 4 aspek kebahasaan

Guru memberikan penilaian dari penampilan siswa dengan memperhatikan 4 aspek kebahasaan.

6.        Formulasi Solusi (Hipotesis Tindakan)
Dengan menggunakan pendekatan whole language berbasis lingkungan dapat meningkatkan keterampilan siswa kelas V SD Negeri Siliwangi dalam menulis karangan deskripsi
7.        Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah di SD Negeri Siliwangi

8.        Perencanaan Perbaikan
a.     Menyusun skenario pembelajaran.
b.    Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
c.     Mempersiapkan instrumen pengumpul data.
d.    Mempersiapkan sumber belajar.
9.        Judul PTK
Peningkatan Keterampilan Menulis Melalui Pendekatan Whole Language Berbasis Lingkungan pada Siswa Kelas V SD Negeri Siliwangi

                                                                       Dosen Pembimbing,



                                                                       Dra. Florentina Widihastrini, M.Pd.
                                                                       NIP 19560704 198203 2 002
























Lampiran

Data Kuantitatif

DATA HASIL BELAJAR SISWA PRA SIKLUS

No.
Nama
KKM : 65
Rata-rata
Keterangan Rata-rata Ketuntasan
UH 1
UH2
1.
DPH
71
75
73
TUNTAS
2.
JSA
70
70
70
TUNTAS
3.
RA
66
72
69
TUNTAS
4.
NAL
75
75
75
TUNTAS
5.
MA
70
76
73
TUNTAS
6.
AA
64
70
67
TUNTAS
7.
MPD
60
60
60
TIDAK TUNTAS
8.
MKK
50
56
53
TIDAK TUNTAS
9.
MBA
55
53
54
TIDAK TUNTAS
10.
TPS
50
50
50
TIDAK TUNTAS
11.
FBI
45
55
50
TIDAK TUNTAS
12.
LA
55
55
55
TIDAK TUNTAS
13.
BU
60
54
57
TIDAK TUNTAS
14.
DU
50
50
50
TIDAK TUNTAS
15.
IP
50
50
50
TIDAK TUNTAS
16.
PKI
55
55
55
TIDAK TUNTAS
17.
PAN
55
53
54
TIDAK TUNTAS
18.
PKB
60
54
57
TIDAK TUNTAS
19.
PDI
45
55
50
TIDAK TUNTAS
20.
PKS
44
50
47
TIDAK TUNTAS





No
Rentang Nilai
f
fk
Xi
fi.xi
Presen-tase
(%)
Ketuntasan
Tuntas
Tidak Tuntas
1.
47 – 52
6
6
49,5
297
30 %

2.
53 – 58
7
13
55,5
388,5
35%

3.
59 – 64
1
14
61,5
61,5
5%

4.
65 – 70
3
17
67,5
202,5
15 %

5.
71 – 76
3
20
73,5
220,5
15 %


Jumlah
20

307.5
1170




%Tuntas
30 %

%Tidak tuntas
70 %
       




Data Kualitatif
LEMBAR OBSERVASI KETERAMPILAN GURU
Nama Guru                 : Sudarwati, S.Pd.
Nama Sekolah             : SD Negeri Siliwangi
Kelas                           : V
Hari/ tanggal               : Senin, 8 April 2013
Petunjuk                     : Berilah tanda cek (√) pada kolom tingkat kemampuan yang sesuai dengan indikator pengamatan


No
Indikator
Tingkat Kemampuan
1
2
3
4
1.
Pengkondisian kelas



2
Mempersiapkan media dan sumber belajar



3
Melakukan apersepsi



4
Mengemukakan tujuan pembelajaran



5
Melakukan demonstrasi berupa karangan dan gambar serta memberikan motivasi awal pembelajaran



6
Membimbing pembentukan kelompok



7
Keterampilan menguasai bahan ajar



8
Melakukan tanya-jawab secara individu maupun kelompok guna merangsang ide siswa dan memicu keterlibatan siswa dalam kelas (baik kelompok maupun individu)



9
Membimbing siswa dalam merangsang ide keterampilan menulis



10
Membimbing siswa dalam pendemonstrasian hasil penugasan



11
Memberikan penguatan pada siswa



12
Melaksanakan evaluasi dalam kegiatan pembelajaran



13
Memberikan umpan balik



14
Menarik kesimpulan pembelajaran



Jumlah Skor Total
30


Keterangan Penilaian
R = skor terendah : 14 x 1 = 14
T = skor tertinggi : 14 x 4 = 56
n = banyaknya skor = (skor tertinggi - skor terendah) +1  = 43
Letak Q1 =  ( n+1)    =  ( 43+1)      = x 44
= 11, nilai Q1 adalah 24
Letak Q2 =  ( n +1)   =  ( 43+1  )     =  x 44
= 22, nilai Q2 adalah 35
Letak Q3 =  (n +1)                =
=  ( 120+2)            =  x 122
= 33, nilai Q3 adalah 46
Q4= kuartil keempat = T = 56
Skor
Nilai
Ketuntasan
46 ≤ skor ≤ 56
Sangat Baik
Tuntas
35≤ skor < 46
Baik
Tuntas
24≤ skor < 35
Cukup
Tidak tuntas
14     ≤ skor < 24
Kurang
Tidak tuntas






LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA

Nama Guru                 : Sudarwati, S.Pd.
Nama Sekolah             : SD Negeri Siliwangi
Kelas                           : V
Hari/ tanggal               : Senin, 8 April 2013
Petunjuk                     : Berilah tanda cek (√) pada kolom tingkat kemampuan yang sesuai dengan indikator pengamatan


No
Indikator
Tingkat Kemampuan
1
2
3
4
1
Kesiapan dalam pembelajaran



2
Mendengarkan penjelasan guru



3
Mampu memberi ide kalimat pada kelompok



4
Mampu menyusun karangan baik secara individu maupun kelompok



5
Aktif bertanya dan menyampaikan gagasan



6
Mempresentasikan hasil tulisan



7
Menyimpulkan materi pembelajaran



8
Melakukan refleksi



Jumlah Skor
16

Keterangan Penilaian
R = skor terrendah : 8 x 1 = 8
T = skor tertinggi : 8 x 4 = 32
n = banyaknya skor = (skor tertinggi - skor terendah) +1      = 25
Letak Q1 =  ( n+1)    =  ( 25+1)      = x 26
= 6,5
Jadi Q1 adalah 13,5
Letak Q2 =  ( n +1)   =  ( 25+1  )
=  x 26       = 13
Jadi Q2 adalah 20
Letak Q3 =  (n +1)
=
=  ( 25+1)              =  x 26           = 19,5
Jadi Q3 adalah 26,5
Q4= kuartil keempat = T = 32

Skor
Nilai
Ketuntasan
26,5  ≤ skor ≤ 32
Sangat Baik
Tuntas
20 ≤ skor < 26,5
Baik
Tuntas
13≤ skor < 20
Cukup
Tidak tuntas
8    ≤ skor < 13,5
Kurang
Tidak tuntas





















CATATAN LAPANGAN

Nama Guru                 : Sudarwati, S.Pd.
Nama Sekolah             : SD Negeri Siliwangi
Kelas                           : V
Hari/ tanggal               : Senin, 8 April 2013
Mata Pelajaran            : Bahasa Indonesia

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap keterampilan guru dalam mengajar, didapatkan hasil bahwa keterampilan guru dalam mengajar masih kurang. Hal ini dilihat dari kurangnya kemampuan guru dalam melakukan pengkondisian kelas sampai kegiatan menutup pelajaran yaitu belum digunakannya strategi, pendekatan maupun model pembelajaran inovatif. Model, pendekatan maupun strategi konvensional kurang menarik bagi siswa dan menyebabkan proses transmisi pengetahuan di dalam otak anak menjadi tidak maksimal sehingga hasil belajar pun kurang maksimal. Guru belum dapat mengkondisikan siswa dengan baik.
Guru belum menggunakan apersepsi untuk mengkaitkan materi yang akan dipelajari dengan materi sebelumnya, hal ini menyebabkan kesiapan siswa dalam menerima materi baru menjadi kurang. Guru belum melakukan demonstrasi berupa karangan dan gambar serta belum memberikan motivasi awal pembelajaran. Kurangnya demonstrasi membuat siswa kurang fokus dalam mengikuti pembelajaran, siswa tidak memperhatikan materi yang disampaikan guru namun justru berbicara dengan teman sebangku atau justru sibuk dengan aktivitasnya sendiri. Belum digunakannya media konkret oleh guru mengakibatkan siswa tidak dapat mendeskripsikan benda yang dipikirkannya dalam bentuk tulisan, khususnya dalam pembelajaran menulis. Siswa kesulitan dalam menuliskan objek yang dipikirkannya menjadi suatu bentuk deskripsi.
Kemampuan siswa SD yang masih dalam tahap operasional konkret menyebabkan siswa masih merasa kesulitan ketika diharuskan menulis benda yang tidak ada di hadapannya. Kurangnya bimbingan guru secara individual maupun kelompok dalam menulis menyebabkan keterampilan menulis siswa kurang optimal. Posisi guru selama mengajar juga mempengaruhi kondisi kelas selama pembelajaran. Posisi guru yang dominan di depan mengakibatkan siswa yang berada jauh dari jangkauan guru kurang memperhatikan materi dengan baik. Keaktifan siswa dalam menyampaikan hasil kerja dan menyampaikan gagasan masih kurang karena belum diterapkannya inovasi pembelajaran yang tepat.

Daftar Pustaka
De Porter, Bobbi dan Mike Hernick. 2004. Quantum Learning Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: PT Mizan Pustaka
Haryadi dan Zamzani. 1997. Peningkatan Keterampilan Bahasa Indonesia.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Tarigan, Henry Tarigan. 2008. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: PT Angkasa                       
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2005. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algensindo
Suriamiharja, Agus. 1997. Geografi Dialek. Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Widihastrini, Florentina. 2012. Penelitian Pendidikan SD. Semarang: Universitas
Negeri Semarang

A.    JUDUL PENELITIAN
Peningkatan Keterampilan Menulis Melalui Pendekatan Whole Language Berbasis Lingkungan pada Siswa Kelas V SD Negeri Siliwangi
B.     BIDANG KAJIAN
Strategi Pembelajaran
C.     PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
            Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mempunyai tujuan menciptakan manusia beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, berkepribadian mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, bertanggung jawab serta sehat jasmani dan rohani. Melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pemerintah berusaha memenuhi tuntutan pembaharuan tersebut yang dijabarkan dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) di SD/MI yang merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru (BNSP, 2006).
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan menengah, dan pendidikan dasar (PP. No 74 tahun 2008). Dalam undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen diamanatkan ada 4 kompetensi yang harus dimiliki guru, yaitu: (1) kompetensi pedagogik; (2) kompetensi kepribadian: (3) kompetensi sosial; dan (4) kompetensi profesional. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran yang inovatif atau interaktif untuk memperoleh hasil yang maksimal.
Belajar bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis (Depdikbud, 1995). Hal ini relevan dengan kurikulum 2006 bahwa kompetensi pebelajar bahasa Indonesia diarahkan ke dalam empat subaspek, yaitu membaca, berbicara, menyimak, dan mendengarkan.
Tujuan pembelajaran bahasa,Indonesia menurut Basiran (1999) adalah keterampilan komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi. Kemampuan yang dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya tafsir, menilai, dan mengekspresikan diri dengan berbahasa. Kesemuanya itu dikelompokkan menjadi kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan.
Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia adalah: (1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis; (2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara; (3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan; (4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual,serta kematangan emosional dan sosial; (5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; (6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Adapun ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. (Depdiknas, 2006 :231).
Salah satu kerampilan berbahasa yang sangat penting adalah menulis. Menurut Tarigan (dalam Kurniawan, 2009:151), menulis merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat aktif. Keterampilan ini hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang sudah dapat membaca dan menulis. Sedangkan keterampilan berbicara sekalipun aktif, tetapi dapat dilakukan oleh seseorang yang belum dapat membaca. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang paling tinggi karena didapatkan setelah keterampilan mendengarkan, berbicara dan membaca.
Menurut Pelly (dalam Haryadi dan Zamzami, 1996:75), menulis kurang mendapat perhatian dari siswa dan para guru. Menulis sebagai salah satu aspek dalam keterampilan berbahasa kurang ditangani secara sungguh-sungguh sehingga berdampak pada kemampuan siswa dalam berbahasa Indonesia yang kurang memadai.
Berdasarkan temuan Ghazali (2010) mengatakan bahwa kegiatan menulis dalam pengajaran bahasa Indonesia biasanya dianggap sebagai keterampilan sekunder yang nilai pentingnya terletak di bawah kemampuan menyimak, berbicara dan membaca. Oleh karena dianggap sebagai keterampilan sekunder, motivasi siswa ketika mengikuti pembelajaran menulis rendah. Kondisi demikian ini mengakibatkan produk menulis mereka sangat minim. Siswa merasa sangat berat ketika mendapat tugas dari guru mereka untuk menghasilkan tulisan tertentu. Mereka cenderung tdak menyukai pembelajaran bahasa Indonesia khususnya menulis karena mereka tidak punya cukup bekal pengetahuan yang memadai untuk bisa menulis, khususnya menulis karangan deskripsi.
Dari hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran menulis karangan deskripsi menunjukkan bahwa anak belum dapat menulis deskripsi dengan baik. Dari jumlah 20 siswa, hanya 6 siswa yang dapat membuat karangan deskripsi dengan baik dan sisanya 14 siswa, tidak dapat membuat karangan deskripsi. Peneliti menemukan ada beberapa kendala atau masalah yaitu guru belum menggunakan media konkret dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Kalaupun menggunakan media, guru tidak menggunakan media yang tepat sesuai materi pembelajaran. Selain itu, guru lebih banyak menggunakan metode ceramah sehingga siswa kurang tertarik pada pembelajaran yang disampaikan. Guru tampaknya juga belum mampu mengkondisikan kelas sehingga masih ada siswa yang berbicara dengan teman sebangku dan terlihat sibuk dengan aktivitasnya sediri. Hal ini didukung oleh hasil wawancara guru SD kelas V SDN Siliwangi bahwa hasil pembelajaran menulis belum menampakkan hasil yang maksimal.
Permasalahan di atas juga didukung oleh data kuantitatif yang diperoleh peneliti berupa data dokumen. Data hasil penilaian unjuk kerja keterampilan menulis Bahasa Indonesia siswa juga menunjukkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia yang rendah. Berdasarkan data dokumen penilaian unjuk kerja  keterampilan menulis siswa semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013, menunjukkan bahwa sebagian besar siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia belum mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 65. Siswa yang mendapat nilai di atas KKM ada 5 siswa dari 20 siswa . Ini berarti bahwa ada 75 % dari jumlah seluruh siswa belum mencapai KKM.  Rata-rata kelas 58,45 dengan nilai terendah 47 dan nilai tertinggi 75.
Dengan memperhatikan permasalahan yang ada pada pembelajaran keterampilan menulis karangan deskripsi di kelas V SDN Siliwangi, peneliti dan tim kolaborasi memilih pendekatan Whole Language sebagai solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut dengan alasan pendekatan ini mampu menyajikan pembelajaran bahasa secara utuh dalam situasi nyata atau otentik. Kegiatan pengkonstruksian pengetahuan siswa berdasarkan pengalaman atau pengamatan lingkungan sekitar akan mampu menjadikan pembelajaran menjadi lebih bermakana, menarik, dan menyenangkan sehingga siswa menjadi lebih aktif. Hal ini didukung oleh Routman (1991) pendekatan Whole Language adalah salah satu pendekatan pengajaran bahasa yang menyajikannya secara utuh, tidak terpisah-pisah. Dengan mengajarkan bahasa secara terpisah-pisah, sangat sulit untuk memotivasi siswa belajar bahasa karena siswa melihat apa yang dipelajarinya tidak ada hubungannya dengan kehidupan mereka. Bahasa Indonesia sebaiknya diberikan kepada siswa sebagai suatu bentuk pembelajaran yang utuh, tidak menyajikannya secara terpisah hanya karena materi itu tertera dalam kurikulum.
Melalui pendekatan whole language kemampuan dan keterampilan anak  dalam berbicara, mendengar, membaca, dan menulis, dapat dikembangkan secara operasional dan menyeluruh. Selain itu minat baca anak telah dipupuk sedini mungkin. Demikian pula kaitannya dengan keterampilan bahasa lainnya, yang pada akhirnya anak dapat berkomunikasi dengan baik, baik melalui bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Selain itu pendekatan ini mementingkan penggunaan multimedia, lingkungan dan pengalaman nyata yang dialami anak, penyampaiannya menyeluruh dan melibatkan berbagai disiplin ilmu, menggunakan pendekatan tematik, programnya disusun berdasarkan pendekatan fungsional dan memperhatikan perkembangan anak, baik perkembangan fisik, sosial-emosi, mental dan intelektual.
Pendekatan whole language berbasis lingkungan adalah pendekatan pembelajaran Bahasa Indonesia yang disajikan secara utuh dalam situasi nyata. Lingkungan yang digunakan guru dalam menerapkan pendekatan ini adalah lingkungan kelas dan lingkungan sekolah. Di dalam lingkungan kelas, guru menyiapkan media tiga dimensi berupa akuarium untuk menstimulus kemampuan siswa dalam mendeskripsikan suatu benda. Sedangkan, lingkungan sekolah digunakan sebagai objek pengamatan siswa sebagai bahan untuk membuat karangan deskripsi. Penggunaan pendekatan whole language berbasis lingkungan lebih bermakna bagi siswa, karena siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya secara alami sehingga lebih nyata, lebih faktual, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.
Keunggulan penggunaan lingkungan sebagai media pembelajaran menurut Sudjana (2005:208) meliputi: 1) kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan bagi siswa, sehingga motivasi belajar siswa lebih tinggi; 2) belajar siswa akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan pada situasi yang bersifat alami; 3) bahan yang dipelajari lebih kaya dan faktual; 4) kegiatan belajar siswa lebih komprehensif dan aktif; 5) sumber belajar menjadi lebih kaya sebab lingkungan yang dapat dipelajari bisa beraneka ragam; dan 6) siswa dapat memahami dan menghayati aspek kehidupan yang ada di lingkungan.
Salah satu komponen pembelajaran whole language yang tepat digunakan untuk pembelajaran menulis adalah independent writing (menulis bebas). Independent writing bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis, meningkatkan kebiasaan menulis, dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
Dengan demikian, penelitian ini akan meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi sehingga peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Melalui Pendekatan Whole Language Berbasis Lingkungan pada Siswa Kelas V SD Negeri Siliwangi”.
2.      Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
a.      Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri Siliwangi?
Adapun rumusan masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
1.      Apakah penggunaan pendekatan Whole Language berbasis lingkungan mampu meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi siswa kelas V SD Negeri Siliwangi?
2.      Apakah penggunaan pendekatan Whole Language berbasis lingkungan mampu meningkatkan aktivitas guru dalam menjalankan pembelajaran menulis karangan deskripsi siswa kelas V SD Negeri Siliwangi?
3.      Apakah penggunaan pendekatan Whole Language berbasis lingkungan dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis karangan deskripsi siswa kelas V SD Negeri Siliwangi?
b.      Pemecahan Masalah
Sesuai dengan perumusan masalah maka untuk meningkatkan keterampilan menulis kelas V SDN Siliwangi akan dilaksanakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan pendekatan Whole Language berbasis lingkungan. Adapun langkah-langkah pendekatan Whole Language berbasis lingkungan adalah sebagai berikut:
1.      Mempersiapkan media berupa akuarium dan sumber belajar yang diperlukan
2.      Guru menjelaskan mengenai materi pokok melalui media akuarium.
3.      Siswa diberi kebebasan untuk memilih objek pengamatan yang ada di dalam akuarium yang dibawa guru.
4.      Siswa mendeskripsikan salah satu isi akuarium secara lisan
5.      Siswa keluar kelas untuk mencari objek pengamatan yang menarik.
6.      Siswa menentukan dan  mengamati objek yang menjadi pilihannya
7.      Guru membimbing siswa dalam pemilihan objek pengamatan untuk dijadikan deskripsi tulisan.
8.      Siswa menyusun dan menulis karangan deskripsi sesuai objek yang diamatinya
9.      Guru berkeliling memperhatikan aktivitas yang dilakukan siswa serta memberikan bimbingan bagi siswa yang membutuhkan bimbingan menulis.
10.  Beberapa siswa menyampaikan hasil karangannya dan siswa lain menyimak.
11.  Guru melakukan refleksi.
12.  Guru memberikan penilaian dari penampilan siswa dengan memperhatikan 4 aspek kebahasaan.
3.      Tujuan Penelitian
Adapun tujuan umum penelitian ini adalah: untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri Siliwangi.
Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah:
a.         Mendeskripsikan peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi siswa kelas V SD Negeri Siliwangi.
b.        Mendeskripsikan peningkatan aktivitas guru dalam menjalankan pembelajaran menulis karangan deskripsi siswa kelas V SD Negeri Siliwangi.
c.         Mendeskripsikan peningkatan keterampilan siswa dalam menulis karangan deskripsi siswa kelas V SD Negeri Siliwangi.
4.      Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di pendidikan sekolah dasar. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
a.         Siswa
Melalui pendekatan whole language berbasis lingkungan, siswa dapat melakukan aktivitas pembelajaran bahasa secara utuh, menyenangkan, dan bermakna. Siswa akan lebih termootivasi terhadap pembelajaran bahasa Indonesia sehingga hasil belajar siswa akan meningkat.
b.        Guru
Dengan penerapan pendekatan whole language berbasis lingkungan, guru mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru tentang pembelajaran yang inovatif, meningkatkan keterampilan guru dalam mengajar serta mampu menciptakan kegiatan belajar yang menarik dan menyenangkan.
c.         Sekolah
Melalui penerapan pendekatan whole language berbasis lingkungan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi guru-guru di SDN Siliwangi sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan memaksimalkan kinerja guru di sekolah dasar yang bersangkutan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar