Sabtu, 15 Februari 2014

Pengembangan Kurikulum Berbasis Karakter



By muin Arifah
PGSD
UNNES
A.          Pengembangan Kurikulum Berbasis Karakter
Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktek pendidikan, serta bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianutnya. Dari berbagai konsep tentang kurikulum, pada dasarnya konsep kurikulum dapat dibedakan menjadi empat , yaitu 1) kurikulum sebagai rencana, 2) kurikulum sebagai proses, 3) kurikulum sebagai hasil, dan 4) kurikulum sebagai sistem.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merumuskan kurikulum sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
. Dalam makalah ini kurikulum dipandang sebagai rencana pendidikan atau rencana pembelajaran, seperti yang dikemukakan oleh Unruh and Unruh (1984), curriculum development is a planning process “a complex process of assessing needs, identifying desired learning outcomes, preparing for instruction to achieve the outcomes, and meting the cultural, social, nd personal needs that curriculum is to serve”. Konsep kurikulum sebagai rencana, juga diungkapkan oleh Mac Donald (1995 ; 3), yang menyatakan bahwa kurikulum merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar-mengajar. Beauchamp juga lebih menekankan kurikulum sebagai suatu rencana pendidikan atau rencana pembelajaran. Beauchamp (1995 : 6), menyatakan “A curriculum is a written document which may contain many ingredients, but basically it is a plan for the education of pupils during their enrollment in given school”.
Dalam perencanaan pendidikan atau pembelajaran dalam suatu kurikulum, yang menjadi fokus adalah tujuan, dan atau kompetensi yang hendak dicapai, karena itu semua unsur lainnya dari kurikulum diarahkan pada pencapaian tujuan pada berbagai lingkup pendidikan.
Kurikulum dalam makalah ini diartikan sebagai “a plan of instruction”, artinya  kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan pembelajaran mengenai  kompetensi / tujuan pembelajaran, isi dan bahan pembelajaran, metode pembelajaran, kegiatan belajar, dan evaluasi pembelajaran, sebagai pedoman peserta didik dalam melakukan aktivitas  belajar, serta pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.  Lingkup pengembangan kurikulum dalam makalah ini mencakup lingkup yang sempit, yaitu pengembangan kurikulum untuk level sekolah, bidang studi dan level kelas.
Kurikulum berbasis karakter dalam makalah ini diartikan sebagai proses pengembangan kurikulum untuk penguatan nilai-nilai karakter atau budi pekerti plus (melibatkan aspek pengetahuan, perasaan, dan tindakan) peserta didik, dengan mengangkat materi  atau masalah-masalah  yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai, ke dalam topik-topik kurikulum,  dan  dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan peserta didik sehari-hari, dan menghubungkannya dengan konsep-konsep yang ada dalam pokok bahasan.
Nilai-nilai karakter yang dimasukkan dalam proses pengembangan kurikulum  dalam makalah ini meliputi aspek (1) berketuhanan, (2) berketerampilan, (3) berkarya, (4) berkreasi, (5) berkepribadian, dan (6) berbudaya. Secara rinci indikator-indikator karakter dalam makalah ini adalah  seperti yang tertera dalam bagan 1 tersebut di atas tentang aspek dan indikator karakter.
Tahap pengembangan kurikulum  berbasis karakter adalah sebagai berikut  : 1) needs assesment, dengan mengidentifikasi materi atau masalah-masalah yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai yang ada di masyarakat dan lingkungan peserta didik, khususnya materi atau masalah yang terkait  dengan mata pelajaran, menganalisis kurikulum SD yang saat ini digunakan, 2) merumuskan kompetensi / tujuan pembelajaran berbasis karakter, 3) mengembangkan materi / bahan ajar  berbasis karakter, 4) mengembangkan  kegiatan belajar berbasis karakter, dan 5) mengembangkan evaluasi.
Pengembangan kurikulum berbasis karakter  dalam makalah ini mengacu kepada nilai-nilai karakter yang relevan dengan  standar isi dan standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar, yang ditetapkan dalam standar pendidikan nasional.

D.   Pengembangaan Pembelajaran Berbasis Karakter
 a.  Konsep Pembelajaran Berbasis Karakter
Menurut Abin Syamsudin  (2002 : 15),  pembelajaran adalah suatu rangkaian interaksi antara peserta didik dan guru dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran dalam makalah ini diartikan sebagai interaksi antara peserta didik dan guru, sebagai proses aktif dan dinamis, untuk membantu peserta didik berkembang secara utuh, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik,  dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran dan atau kompetensi yang diharapkan. Pembelajaran yang dimaksud dalam makalah ini adalah pembelajaran berbasis karakter, dalam pembelajaran di sekolah dasar.
Pembelajaran berbasis karakter dalam makalah ini diartikan sebagai pembelajaran dengan mengangkat  materi atau masalah-masalah yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai,  ke dalam suatu proses pembelajaran dan menghubungkannya dengan konsep-konsep yang ada di kurikulum dan  dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan peserta didik sehari-hari, atau dapat juga dimulai dari topik atau konsep yang ada di kurikulum kemudian dihubungkan dengan materi atau masalah-masalah yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai, dan  dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan peserta didik sehari-hari.
Nilai-nilai karakter yang dimasukkan dalam proses pembelajaran di sekolah dasar dalam makalah ini meliputi aspek : (1) berketuhanan, (2) berketerampilan, (3) berkarya, (4) berkreasi, (5) berkepribadian, dan (6) berbudaya. Secara rinci indikator-indikator karakter dalam makalah ini adalah  seperti yang tertera dalam bagan 1 tersebut di atas tentang aspek dan indikator karakter.
Menurut Akhmad Sudrajat (2010), alternatif langkah-langkah pembelajaran karakter adalah sebagai berikut  : 1) pendahuluan, 2) kegiatan inti, yang meliputi 3 tahap yaitu : (a) eksplorasi, (b) elaborasi, (c) konfirmasi, dan 3) penutup. (Http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com).
Dengan mengadaptasi pendapat dari Akhmad Sudrajat (2010) tentang alternatif langkah-langkah pembelajaran karakter, tahap pembelajaran berbasis karakter dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1)       Tahap orientasi
Pada tahap ini  guru mengkondisikan peserta didik secara fisik dan psikis pada posisi siap untuk melakukan  pembelajarannya. Tahap  orentasi  dilakukan dengan, (1) penjelasan tujuan yang harus dicapai baik tujuan yang berhubungan dengan penguasaan materi  pembelajaran yang  harus dicapai, maupun  tujuan  yang berhubungan dengan   pembelajaran atau karakter yang harus dimiliki peserta didik, (2) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari, (3) menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan pembelajaran terkait dengan butir karakter yang hendak dikembangkan sesuai silabus / Rencana Program Pembelajaran.
2)       Tahap eksplorasi.
Pada tahap ini guru memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan dan mengembangkan sikap melalui kegiatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Kegiatan-kegiatan pada fase ini dapat berupa :  (1) melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik materi yang dipelajari dari berbagai sumber,(2) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar, (3) memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik, serta peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya, (4) melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran, (5) memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
3)       Tahap elaborasi
Pada tahap ini peserta didik diberi peluang untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan serta sikap lebih lanjut melalui sumber-sumber dan kegiatan-kegiatan pembelajaran lainnya sehingga pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik lebih mendalam. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini dapat berupa : 1) membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna, 2) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis, 3) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut, 4) memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif, 5) memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar,   6) memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok, 7) memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok,  8) memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan, 9) memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
4)  Tahap Konfirmasi
Pada tahap ini peserta didik memperoleh umpan balik atas kebenaran, kelayakan, atau keberterimaan dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh . Kegiatan –kegiatan dalam tahap ini dapat berupa : 1) memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik, 2) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber, 3) memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan, 4) memfasilitasi peserta didik untuk lebih jauh/dalam/luas memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap, antara lain dengan guru: (a) berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar, (b) membantu menyelesaikan masalah,  (c) memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi, (d) memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh, (e) memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.
5)   Tahap  evaluasi.
Pada tahap ini  dilaksanakan refleksi dan evaluasi terhadap pembelajaran.
Kegiatan-kegiatan  yang dapat dilakukan pada tahap evaluasi ini dapat berupa : 1) guru bersama peserta didik dan /atau sendiri membuat rangkuman / simpulan pelajaran, 2) melakukan evaluasi, 3) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, 4) merencanakan kegiatan tindak lanjut.

b.   Pembelajaran menurut Paradigma Humanisme-Konstruktivisme
Pengembangan kurikulum dan Pembelajaran berbasis karakter dalam makalah ini berlandaskan pada paradigma humanisme-konstruktivisme.
(1)     Pembelajaran menurut Paradigma Humanisme.
Salah satu tokoh teori belajar Humanisme adalah Carl Ransom Rogers. Ide dan konsep teorinya banyak dipengaruhi oleh teori kebutuhan Abraham H. Maslow.Menurut teori kebutuhan Maslow, di dalam diri tiap individu terdapat sejumlah kebutuhan yang tersusun secara berjenjang, mulai dari kebutuhan yang paling rendah tetapi mendasar (physiological needs) sampai pada jenjang paling tinggi (self actualization). Setiap individu mempunyai keinginan untuk mengaktualisasi diri, yang oleh Carl R. Rogers disebut dorongan untuk menjadi dirinya sendiri (to becoming a person). Peserta didik pun memiliki dorongan untuk menjadi dirinya sendiri, karena di dalam dirinya terdapat kemampuan untuk mengerti dirinya sendiri, menentukan hidupnya sendiri, dan menangani sendiri masalah yang dihadapinya. Itulah sebabnya, dalam proses pembelajaran hendaknya diciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik secara aktif mengaktualisasi dirinya.
Aktualisasi diri merupakan suatu proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi-potensi psikologis yang unik. Proses aktualisasi diri seseorang berkembang sejalan dengan perkembangan hidupnya, karena setiap individu dilahirkan disertai potensi tumbuh kembang baik secara fisik maupun psikis masing-masing. Proses tumbuh kembang pada setiap individu mengikuti tahapan, arah, irama, dan tempo perkembangan yang berbeda. (Nabisi Lapono, dkk, 2009 : 35).
Menurut teori Humanisme, pembelajaran didasarkan pada pemikiran bahwa belajar merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang dalam upayanya memenuhi kebutuhan hidupnya untuk dapat aktualisasi diri. Dalam proses pembelajaran, kebutuhan-kebutuhan tersebut perlu diperhatikan agar peserta didik dapat berkembang secara optimal, dengan memberikan layanan pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik dan perkembangan peserta didik, sehingga peserta didik dapat mencapai aktualiasi diri.
Pada masa sekolah individu berada dalam proses tumbuh kembang ke arah penemuan jati diri. Oleh sebab itu, melalui pembelajaran Humanisme peserta didik memperoleh kesempatan membangun dasar-dasar bagi keterbentukan jati diri yang sesuai dengan karakteristik budaya di mana mereka hidup. Diharapkan melalui pembelajaran Humanisme, peserta didik dapat tumbuh kembang menjadi individu yang penuh kepercayaan diri yang memiliki sifat-sifat antara lain: (a) bersikap terbuka dalam menerima semua pengalaman dan mengembangkannya menjadi persepsi atau pengetahuan yang baru dan selalu diperbaharui; (b) Percaya diri sehingga dapat berperilaku secara tepat dalam menghadapi segala sesuatu; (c) Berperasaan bebas tanpa merasa terpaksa dalam melakukan segala sesuatu tanpa mengharapkan atau tergantung pada bantuan orang lain; (d) Kreatif dalam mencari pemecahan masalah atau dalam melakukan tugas yang dihadapinya.
Pembelajaran menurut paradigma Humanisme adalah pembelajaran yang mampu membantu anak untuk mencapai aktualisasi diri, sebagai wujud karakternya yang membedakan dengan individu lainnya, dengan memberikan layanan pembelajaran yang disesuaikan dengan perkembangan dan karakteristik anak.

(2)     Pembelajaran menurut Paradigma Konstruktivisme
Menurut paradigma konstruktivisme, belajar lebih sebagai proses regulasi diri dalam menyelesikan konflik kognitif yang sering muncul melalui pengalaman konkrit, wacana kolaboratif, dan interpretasi. Belajar adalah kegiatan aktif peserta didik  untuk membangun pengetahuannya. Belajar bermakna terjadi melalui refleksi, resolusi konflik kognitif, dialog, penelitian, pengujian hipotesis, pengambilan keputusan, yang semuanya ditujukan untuk memperbaharui tingkat pemikiran individu sehingga menjadi semakin sempurna.
Menurut paradigma konstruktivistik, pembelajaran lebih mengutamakan penyelesaian masalah, mengembangkan konsep, konstruksi solusi dan algoritma ketimbang menghafal prosedur dan menggunakannya untuk memperoleh satu jawaban benar. Pembelajaran lebih dicirikan oleh aktivitas eksperimentasi, pertanyaan-pertanyaan, investigasi, hipotesis, dan model-model yang dibangkitkan oleh peserta didik sendiri. Secara umum, terdapat lima prinsip dasar yang melandasi kelas konstruktivisme, yaitu (1) meletakkan permasalahan yang relevan dengan kebutuhan peserta didik, (2) menyusun pembelajaran di sekitar konsep-konsep utama, (3) menghargai pandangan peserta didik, (4) materi pembelajaran menyesuaikan terhadap kebutuhan peserta didik, (5) menilai pembelajaran secara kontekstual.
Pembelajaran dilakukan dengan cara menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sebelumnya sehingga menimbulkan struktur pengetahuan yang baru. Menurut paradigma konstruktivistik, pembelajaran lebih diutamakan untuk membantu peserta didik dalam menginternalisasi membentuk kembali, atau mentransformasi informasi baru.
Menurut paradigma konstruktisme, keaktifan peserta didik menjadi syarat utama dalam pembelajaran konstruktiv. Peranan guru hanya sebagai fasilitator atau pencipta kondisi belajar yang memungkinkan peserta didik secara aktif mencari sendiri informasi, mengasimilasi dan mengadaptasi sendiri informasi, dan mengkonstruksinya menjadi pengetahuan yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki masing-masing.
Setiap individu memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi kembali pengalaman atau pengetahuan yang telah dimilikinya. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa pembelajaran konstruktivisme merupakan satu teknik pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk membina sendiri secara aktif pengetahuan dengan menggunakan pengetahuan yang telah ada dalam diri mereka masing-masing. Peserta didik akan mengaitkan materi pembelajaran baru dengan materi pembelajaran lama yang telah ada.
Guru harus dapat meyakinkan dirinya sendiri bahwa setiap siswanya dalam keadaan aktif belajar. Untuk itu guru harus menegur dan memotivasi para siswanya yang kurang bergairah, membimbing dan membantu siswa yang mengalami kesulitan dengan penuh kasih sayang serta memberi tugas yang menantang bagi para siswa yang lebih cepat.






BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A.         KESIMPULAN
1.     Kurikulum berbasis karakter merupakan proses pengembangan kurikulum untuk penguatan nilai-nilai karakter atau budi pekerti plus (melibatkan aspek pengetahuan, perasaan, dan tindakan) peserta didik, dengan mengangkat materi  atau masalah-masalah  yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai, ke dalam topik-topik kurikulum,  dan  dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan peserta didik sehari-hari, dan menghubungkannya dengan konsep-konsep yang ada dalam pokok bahasan.
Nilai-nilai karakter yang perlu dimasukkan dalam proses pengembangan kurikulum  berbasis karakter di sekolah dasar meliputi aspek (1) berketuhanan, (2) berketerampilan, (3) berkarya, (4) berkreasi, (5) berkepribadian, dan (6) berbudaya.
Tahap pengembangan kurikulum  berbasis karakter di sekolah dasar, adalah sebagai berikut  : 1) needs assesment, dengan mengidentifikasi materi atau masalah-masalah yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai yang ada di masyarakat dan lingkungan peserta didik, khususnya materi atau masalah yang terkait  dengan mata pelajaran, menganalisis kurikulum SD yang saat ini digunakan, 2) merumuskan kompetensi / tujuan pembelajaran berbasis karakter, 3) mengembangkan materi / bahan ajar  berbasis karakter, 4) mengembangkan  kegiatan belajar berbasis karakter, dan 5) mengembangkan evaluasi.
2.     Pembelajaran berbasis karakter  adalah pembelajaran dengan mengangkat  materi atau masalah-masalah yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai,  ke dalam suatu proses pembelajaran dan menghubungkannya dengan konsep-konsep yang ada di kurikulum dan  dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan peserta didik sehari-hari, atau dapat juga dimulai dari topik atau konsep yang ada di kurikulum kemudian dihubungkan dengan materi atau masalah-masalah yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai, dan  dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan peserta didik sehari-hari.
Nilai-nilai karakter yang perlu dimasukkan dalam proses pembelajaran di sekolah dasar meliputi aspek : (1) berketuhanan, (2) berketerampilan, (3) berkarya, (4) berkreasi, (5) berkepribadian, dan (6) berbudaya.
Tahap pembelajaran berbasis karakter di sekolah dasar  mencakup : (1) tahap orientasi,  (2) tahap eksplorasi, (3) tahap elaborasi, (4) tahap konfirmasi, dan (5) tahap  evaluasi.

B.         SARAN-SARAN
1.       Pengembangan kurikulum berbasis karakter  tetap harus mengacu kepada nilai-nilai karakter yang relevan dengan  standar isi dan standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar, yang ditetapkan dalam standar pendidikan nasional.
2.     Kurikulum berbasis karakter merupakan alternatif inovasi yang perlu diterapkan dan dikembangkan di sekolah dasar, sebagai upaya untuk memperkuat karakter peserta didik, meningkatkan kualitas proses dan hasil pendidikan di sekolah dasar, khususnya untuk  memperkuat jati diri dan karakter bangsa melalui pendidikan karakter, dalam upaya mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila.
3.     Pembelajaran berbasis karakter merupakan model pembelajaran yang berlandaskan pada paradigma humanisme-konstruktivisme, yang sangat cocok dan relevan dikembangkan di sekolah dasar, dalam upaya menghasilkan peserta didik yang cerdas dan berkarakter kuat.
4.       Untuk melaksanakan kurikulum dan pembelajaran berbasis karakter di sekolah dasar, diperlukan sarana dan perangkat penunjang yang cukup memadai, serta pengembangan bahan ajar berbasis karakter.


1 komentar: